Area khusus dewasa 😊
Lordan Rafael, 31 tahun. Cucu dari pengusaha besar di Amerika, yang menjabat sebagai direktur utama.
Lordan menikahi Kari Chin berusia 28 tahun. Gadis Asia berkebangsaan China. Mereka sudah menikah 2 tahun. Namun Lordan dan Kari belum kunjung memiliki anak.
Tubuh Lordan bermasalah. Hanya pria itu dan istrinya yang tahu. Tapi Kari harus hamil dalam tahun ini. Kalau tidak, Lordan harus turun dari jabatannya dan hak ahli waris akan jatuh ke tangan sepupunya.
Karena hal itu Lordan memikirkan ide gila dengan menyuruh Jacob, salah satu pengawalnya yang berbadan seksi dan memiliki ketampanan yang melebihi dirinya, untuk meniduri sang istri di depan matanya.
Jacob adalah pria misterius dengan segala rencana. Siapa yang akan menyangka bahwa ia sebenarnya adalah salah satu penguasa daratan Amerika yang menyamar sebagai pengawal. Niatnya adalah membasmi habis seluruh keluarga Lordan Rafael.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku yang menanamnya untukmu
Kari mengenakan sandal rumah yang ia temukan di bawah ranjang. Langkahnya hati-hati saat ia membuka pintu kamar, sedikit waspada kalau-kalau Jacob masih berdiri di baliknya. Namun yang menyambutnya hanyalah seorang pria bertubuh besar dengan wajah datar. Ia mengenakan setelan hitam dan hanya mengangguk kecil ketika melihat Kari.
"Jacob mengijinkan aku keluar kamar." ucap Kari pelan, setengah ragu.
Pria itu tidak menjawab, hanya memiringkan tubuhnya memberi jalan. Kari melangkah keluar, menyusuri koridor yang lapang dan sepi. Dindingnya dihiasi lukisan bergaya klasik, dan aroma kayu tua bercampur dengan wangi lavender memenuhi udara. Rumah itu luas dan terlalu hening meski banyak sekali pengawal yang berjaga di berbagai sisi. Mewah, tapi terasa dingin seperti museum yang sudah lama tak dikunjungi.
Setiap tikungan, Kari melirik. Mencatat letak jendela, jumlah pintu, arah tangga, dan tentu saja, jumlah penjaga. Ia menghitung ada tiga orang yang tampak siaga di berbagai titik, belum termasuk Matt yang masih berjaga di luar.
Saat menuruni anak tangga menuju lantai bawah, Kari melihat taman kecil yang tadi ia lihat dari jendela. Ada jalan setapak batuan putih yang mengarah ke bangku kayu di bawah pohon sakura yang tengah bermekaran. Tanpa pikir panjang, ia mengikuti jalan itu.
Angin menyapu rambutnya saat ia duduk di bangku tersebut. Matanya memejam sesaat, mencoba mengingat sesuatu. Apapun. Wajah Jacob, rumah ini, aroma kopi yang akrab, atau bahkan suara-suara kecil yang terasa familiar.
Tapi otaknya kosong. Seperti halaman buku yang telah dibersihkan dengan tinta pemutih.
"Kenapa aku tidak ingat apa pun?" bisiknya lirih, seperti bertanya pada angin.
Di kejauhan, ia mendengar suara burung dan gemericik air dari pancuran kecil di pojok taman. Damai sekali, kontras dengan kegelisahan yang menggerogoti dadanya.
Suara langkah mendekat membuatnya refleks menoleh. Seorang wanita muda dengan rambut cepol rapi membawa secarik handuk dan botol air, mungkin seorang pelayan rumah. Ia tersenyum sopan, agak kaku.
"Nyonya Siya, anda boleh duduk di sini selama yang anda mau. Tapi tolong jangan keluar dari pagar taman. Ini perintah tuan besar."
Kari sedikit kesal mendengar itu, namun hanya bisa mengangguk perlahan.
"Apa aku pernah tinggal di sini sebelumnya?"
Pertanyaan itu mengejutkan si wanita. Ia tampak ragu, sebelum menjawab pelan,
"Saya … saya tidak tahu pasti, Nona. Saya baru bekerja di rumah ini dua tahun terakhir."
"Dua tahun, ya …" gumam Kari, mengulang kata itu seperti mengunyah teka-teki. Jika benar dia istri Jacob, dan pernah tinggal di sini, berarti ia menghilang lebih dari dua tahun lalu. Tapi mengapa tak ada satu pun petunjuk yang tersisa dalam pikirannya?
Setelah pelayan itu pergi, Kari kembali tenggelam dalam pikirannya. Ia butuh informasi lebih. Tentang Jacob. Tentang siapa dirinya sebenarnya. Dan satu hal lagi, tentang Lordan. Pria yang selama ini ia pikir adalah suaminya. Entah sudah mati atau belum. Ada keluarganya juga. Benar, keluarganya memperlakukannya dengan baik, mereka pasti tidak akan menutupi fakta yang sebenarnya kan?
Tapi, bagaimana caranya dia bisa keluar dari tempat ini?
Kari menatap pagar besi hitam di ujung taman, tinggi dan tebal dengan ujung-ujung runcing yang tak ramah. Ia menggigit bibir bawahnya, merasa seperti burung yang ditaruh di dalam sangkar emas. Indah di luar, tapi tetap saja penjara. Dia sadar dirinya tidak bisa kabur dalam waktu dekat ini. Tempat ini sepertinya berada jauh dari pemukiman warga.
Akhirnya Kari menyerah. Dia akan mencoba lagi nanti. Otaknya terlalu lelah untuk memikirkan segala peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia berdiri dan memutuskan kembali ke dalam rumah.
Langkahnya terhenti begitu melihat beberapa pelayan wanita berbincang di antara dapur dan ruang tamu. Kari bersembunyi di balik dinding. Tentu saja untuk mendengar apa yang dibicarakan oleh para pelayan itu. Karena tadi dia sempat mendengar nama Siya di sebut. Nama istri Jacob, yang katanya adalah nama aslinya.
"Kalian yakin wanita itu adalah nyonya Smith? Tapi kenapa dia tidak ingat tuan Jacob? Aneh,"
"Tapi aku tidak yakin dia nyonya isterinya tuan Jacob yang meninggal dulu. Wajah mereka memang mirip, tapi aku masih tidak yakin. Jangan-jangan dia hanya penipu yang pura-pura kehilangan ingatannya dan berakting di depan tuan Jacob?"
"Jangan ngomong sembarangan!" bisik salah satu pelayan, agak ketakutan. Ia melirik sekeliling, memastikan tak ada yang mendengar.
"Kau tahu kan, siapa yang mengurus mereka yang terlalu banyak bicara di rumah ini?"
Yang lain mendesis pelan, lalu mengangguk.
"Maaf … aku hanya … merasa aneh saja. Semuanya terlalu cepat. Tuan Jacob bahkan tidak membiarkan dokter umum memeriksanya. Katanya dia sudah membawa spesialis pribadi. Tapi siapa yang tahu kebenarannya?"
"Diam, diam. Sudah, kita kembali kerja saja. Kalau ketahuan tuan Jacob, kita bisa diusir, atau bahkan lebih buruk lagi."
Langkah-langkah mereka mulai menjauh, suara-suara itu menghilang ditelan tembok. Kari masih berdiri di balik dinding, tubuhnya menegang. Napasnya tertahan, dadanya sesak bukan karena takut, tapi karena kebingungan yang makin dalam. Jadi … ada kemungkinan Siya yang disebut-sebut itu sudah meninggal? Tapi jika benar ia bukan Siya, mengapa wajah mereka bisa begitu mirip?
Dan mengapa Jacob begitu yakin dia adalah Siya?
Dengan hati-hati, Kari berbalik arah, menjauhi dapur dan menuju ruang tamu yang kosong. Ia duduk di sofa besar berwarna krem, mencoba merangkai semua informasi dalam kepalanya. Kalau benar dia bukan Siya, dia tidak ingin terus berada di rumah ini dan diawasi seperti tahanan.
Suara pintu terbuka membuatnya tersentak. Jacob muncul, dengan kemeja hitam yang terbuka dua kancing atasnya. Wajahnya tenang, tapi mata itu … selalu tajam seperti sedang menguliti isi kepala seseorang.
"Kau sudah keluar kamar," ucap Jacob, suaranya netral tapi mengandung tekanan.
Kari menegakkan punggungnya.
"Aku hanya duduk sebentar di taman. Mereka bilang aku tak boleh keluar dari pagar. Aku patuh."
Jacob melangkah masuk, matanya menyapu wajah Kari sejenak, lalu menatap jendela yang menghadap ke taman.
"Kau suka taman itu?"
Kari mengangguk pelan.
"Ya… sakuranya cantik."
Jacob tidak bertanya lagi. Hanya menatapnya lama. Suasana berubah hening dan agak canggung. Kari juga tidak tahu mau bicara apa.
Jacob melangkah pelan ke sofa seberang, duduk tanpa melepas pandangan dari wajah Kari. Sorot matanya sulit dibaca, campuran rindu, curiga, dan sesuatu yang lebih gelap.
"Aku yang menanam pohon itu untukmu," katanya tiba-tiba.
"Sakura pertama yang kau tanam sendiri … sebelum kau pergi."
Kari terdiam. Ia membuang muka dari Jacob yang terus menatapnya. Jantungnya lagi-lagi berdetak kencang.
kari sebaiknya jgn keras kepala dan turuti kata jacob percuma melarikan diri nanti pasti bahaya diluar sana...
Jacob sangat peduli skl padamu dan tidak akan membiarkanmu menderita lagi dan akan membahagiakanmu...
lanjut thor.....
semangat sll...
sehat sll.........