NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:566.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Mulai mengingat

Bab 7

Rayyan

Siang hari, ia dikejutkan oleh kedatangan Pak Sky dan kedua saudara Aura--Cean dan Rion.

"Kita mau cek cctv terutama cctv yang terpasang di depan paviliun kamar ini," kata Cean dengan intonasi suara yang terdengar ketus.

Ia mengangguk, ia pun tak punya hak untuk melarang keputusan mereka. Ia juga penasaran siapa dalang dibalik semua ini.

Bicara soal pertanggungjawaban yang sudah ia nyatakan pada Aura, sepertinya ia memang benar-benar telah di tolak. Entahlah. Jika dikulik dalam hatinya sendiri--sebenarnya ia berharap Aura mau menerimanya atau paling tidak sedikit memikirkannya, meski ia tau jika Aura tak pernah memiliki rasa lebih terhadapnya.

"Kalau isi cctv-nya udah di retas, kita laporin aja masalah ini ke polisi, Pa."

Sayup-sayup ia mendengar percakapan antara Pak Sky dan kedua putranya.

Bukan ia takut jika semua ini berlanjut pada pihak yang berwajib, ia hanya tak mau berita ini akan menjadi konsumsi publik. Jika namanya saja yang akan tercoreng dan di cap buruk, mungkin ia bisa menerimanya, tapi ini sama saja dengan membuka aib Aura. Ia tak mau gadis itu kembali menerima dampak sosial dari kejadian yang telah menimpa mereka berdua.

"Udah, ini biar jadi urusan Papa."

"Maaf, bukan bermaksud mencampuri. Kalau bisa, jangan melaporkan hal ini ke polisi, Pak." Ia menimpali, berusaha untuk membuka pikiran Pak Sky disana.

"Kenapa? Kau takut jika ternyata rencanamu menjebak Aura akan ketahuan?" Kali ini Cean kembali berujar. Tampaknya, kembaran Aura ini memang terlalu protect terhadap sang saudari. Ia dapat memaklumi, justru senang dengan kepedulian itu.

"Bukan, saya sudah katakan bahwa saya sendiri tidak sadar saat melakukannya. Saya hanya tidak mau jika berita ini akan tersebar ke media dan merusak citra baik Aura di mata publik."

"Lebih baik Kak Rayyan diam. Papa pasti tau yang paling baik untuk Kak Aura!" Rion tampak emosi disana.

Ia sendiri cukup salut dengan keberanian adik bungsu Aura tersebut. Sikap Rion benar-benar diluar prediksinya, meski sejak awal ia dapat melihat pancaran kemarahan yang diusung pemuda itu saat melihat padanya.

Ia dapat menilai kepribadian kedua saudara Aura ini. Jika Cean lebih sering blak-blakan, Rion tidak. Pemuda itu lebih sering diam--seolah memendam kemarahan. Tapi, dilain kesempatan, barulah Rion akan meledak ketika sudah diambang batas kesabaran. Intuisinya cukup tinggi untuk membaca sikap kedua pemuda itu.

"Saya akan memikirkan perkataan kamu karena itu ada benarnya." Pak Sky angkat suara. Beliau memang sosok ayah yang berwibawa. Tidak menyelesaikan segalanya dengan kemarahan bahkan adu fisik. Syukurlah jika pria baya itu mau mengerti maksud perkataannya tadi. Semoga saja mereka tak benar-benar membuat laporan ke pihak kepolisian.

"Jadi, apa rencana Bapak setelah ini? Apakah saya boleh membantu? Jujur saja, saya juga ingin tau siapa yang membuat keadaannya menjadi begini?"

Cean terdengar berdecak lidah. "Gak usah sok menolong kalau ternyata kau sendiri lah biang keladinya! Kau sengaja mampir kesini, kan? Jangan bilang kau sudah mengincar Aura sejak lama," paparnya emosional.

"Maaf, saya bukan sok menolong tapi saya juga mau tau kebenarannya. Saya berhak mencari taunya juga, karena disini saya yang ditempatkan sebagai tersangka, padahal saya sama seperti Aura yang tidak mengetahui apapun."

"Diamlah! Tunggu saat semuanya terbuka, kau akan ku seret ke penjara!" ancam Cean berapi-api. Sepertinya pemuda itu juga memiliki personal problem tersendiri--selain memikirkan masalah yang menimpa Aura.

"Cean! Jangan menyelesaikan masalah dengan emosi." Pak Sky terdengar memperingati putranya. "Kita akan memikirkan jalan keluarnya dengan kepala dingin. Tidak semua masalah harus pakai emosi, kita buat keputusan lagi setelah melihat isi cctv-nya."

Mereka semua pun berlalu dari beranda belakang rumah, menyisakannya seorang diri yang seolah dituntut untuk berpikir keras kembali.

Memikirkan lagi kejadian ini, ia jadi teringat pada malam dimana harusnya Aura melangsungkan akad nikah.

Saat itu, ia sedang duduk di pos satpam bersama security rumah bernama Pak Zulmi. Mereka bicara mengenai pertama kali Pak Zulmi bekerja dikediaman orang tua Aura. Sampai akhirnya beberapa mobil tamu tampak datang kesana.

Pak Zulmi terlihat beranjak untuk membukakan pintu gerbang, lalu kembali ke pos dan menawarinya untuk ikut minum kopi.

"Saya mau buat kopi, Mas Rayyan mau ikutan ngopi, nggak? Biar nggak ngantuk jaga gerbang."

"Boleh, Pak."

"Ya udah, Saya ke pantry belakang dulu ya. Saya buatin kopi sekalian buat Mas Rayyan."

"Sip. Makasih ya, Pak."

"Santai aja, saya senang malam ini karena ada Mas Rayyan, saya jadi ada temennya di pos," kata beliau sembari mengacungkan jempol.

Selepas kepergian Pak Zulmi untuk membuat kopi, ia melihat seseorang yang mendekat ke arah pos satpam. Itu adalah wanita muda berkulit eksotis dengan gaun berwarna broken white.

"Ada masalah, Mbak?"

Ia mencoba menyapa, karena wanita itu tampak celingukan dan kebingungan.

Sepertinya sang wanita adalah salah satu kerabat yang akan menghadiri acara akad Aura malam ini--mungkin sahabat Aura, sebab wanita itu keluar dari salah satu mobil yang tadi baru saja masuk ke dalam gerbang rumah.

"Ehm, iya, Mas. Boleh belikan obat buat saya gak, Mas? Saya mau keluar lagi tapi takut ketinggalan acara, karena acaranya akan segera dimulai. Kepala saya pusing banget ini. Mas-nya belikan saya obat sakit kepala di apotek ya, Mas."

Sebenarnya ia agak kesal, wanita ini sedang meminta tolong, tapi ucapan itu seakan mendesak dan tak membiarkannya untuk menolak. Bahkan tak ada kata tolong dari kalimatnya. Ia menebak, jika wanita ini sudah terbiasa untuk memerintah orang lain.

Kini, sang wanita mulai terlihat memegangi kepala, membuat nuraninya tak tega--hingga akhirnya mengiyakan permintaan tersebut.

"Ini uangnya."

Ia menerima uang pecahan seratus ribu dari wanita itu. Lantas meminjam motor Pak Zulmi untuk pergi ke apotek di persimpangan komplek.

"Tapi ini kopinya udah saya buatin, Mas. Biar saya aja yang beli obat ke apotek," kata Pak Zulmi saat ia pamit ke apotek.

Ia menggeleng untuk menolak tawaran Pak Zulmi, sebab ia tau Pak Zulmi harus membukakan gerbang untuk para tamu dan jika tugas itu digantikan olehnya, ia takut salah menerima tamu karena tidak pernah tau siapa-siapa saja tamu yang diundang ke acara itu.

"Kopinya taruh di meja situ saja, Pak. Nanti saya minum setelah pulang dari apotek."

"Siap, Mas!" kata Pak Zulmi berlagak hormat.

Ia terkekeh sekilas karena respon Pak Zulmi yang lucu dan berlebihan, kemudian ia benar-benar pergi untuk menuju toko obat terdekat.

"Mas Rayyan?"

Panggilan Bi Dima berhasil mengantarkannya kembali pada kenyataan, berikut membuyarkan semua ingatannya tentang malam itu.

"Eh, kenapa, Bi?" Ia cukup tersentak kaget.

"Tadi, Bibi udah minta maaf sama Non Aura soal masalah ini. Bibi percaya Mas Rayyan gak akan melakukan hal seperti ini. Bibi--Bibi kenal sama Mas Rayyan dari Mas masih kecil, jadi ... Bibi--"

Bi Dima tidak mampu melanjutkan beberapa kalimat yang mulai terputus-putus.

Ia dapat memahami kesedihan Bi Dima mengenai masalah ini. Disatu sisi Bi Dima percaya padanya, tapi disisi lain Bi Dima juga pasti merasa bersalah juga pada keluarga Aura-- sebab ia berada disini karena Bi Dima. Belum lagi karena kebohongannya yang mengaku-ngaku sebagai putra dari wanita baya itu.

Bi Dima pasti malu pada keluarga majikannya karena ulah yang sudah ia perbuat, meski itu diluar prediksi dan kesadarannya.

"Bi, saya yang harusnya minta maaf sama Bibi. Saya membuat masalah di tempat kerja Bibi. Maafkan saya ya, Bi."

Bi Dima menggeleng kuat. "Mas Rayyan pria yang baik. Gak mungkin melakukan itu secara sengaja pada Non Aura."

"Iya, Bi. Saya masih terus memikirkan semua ini. Pak Sky juga mau menyelidiki cctv."

"Iya, Bibi udah denger soal itu tadi."

"Semoga ada jalan keluarnya ya, Bi."

Bi Dima mengangguk. "Semoga Non Aura juga mau menerima pertanggungjawaban dari Mas Rayyan. Lagipula, kalian cocok kok. Yang satu cantik dan yang satu tampan," kata wanita baya itu yang masih sempat-sempatnya untuk memuji.

"Bi ..." Ia menghela nafas berat. "Aura udah menolak. Saya gak mungkin memaksanya."

"Semoga aja Non Aura berubah pikiran. Mungkin Non Aura gak mau karena mengira Mas Rayyan adalah anak Bibi."

Ia tersenyum tipis. "Untuk saat ini, biar saja Aura dan yang lain mengira seperti itu ya, Bi," pintanya.

Bi Dima kembali mengangguk, seolah tau alasannya untuk tetap berada dalam posisi seperti ini.

...Bersambung ......

Kirim Vote dan Gift, agar othor tetap semangat menulis. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. 🙏✅❤️

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!