Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.
"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku," pintanya Nadira.
Tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.
Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.
Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah permintaan dari gadis berusia 18 tahun itu ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda yang berprofesi sebagai seorang Kapolsek.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
Adinda sontak berdiri dari tempat duduknya sakinga terkejutnya melihat siapa Pria yang mengaku akan menikahi Nadhira anak sambungnya.
Dia memindai penampilan pria muda itu, karena ingin memastikan lebih jelas siapa orang yang barusan datang ke ruangan VIP restoran yang dibukimnya.
“Abang Azril,” gumamnya Adinda.
Adinda terduduk lesu, karena kejutan di hari jadi pernikahannya sungguh diluar dugaan dan tak terduga itu. Hingga membuatnya pusing setengah hidup melihat pria yang pernah menjadi masa lalu terindahnya.
Kepalanya sedikit terasa pusing dan berkunang-kunang, penglihatannya sedikit mengabur tapi dia paksakan untuk tetap bersama dengan suaminya.
Azril yang mendengar gumaman Adinda reflek menolehkan kepalanya ke arah Adinda.
Dia menatap intens ke arah Adinda, wanita yang sampai detik ini belum sanggup dihapus namanya di dalam relung hatinya yang terdalam.
Azriel melebarkan senyumnya, “Dek Adinda,” cicitnya Azriel.
Baruna yang memperhatikan interaksi keduanya mengerutkan keningnya melihat tatapan keduanya yang terasa ganjal di penglihatannya.
“Apa mereka sudah saling kenal?” batinnya Baruna yang mulai muncul sifat posesifnya.
Nadhira berhamburan ke dalam pelukan kekasihnya, pria yang berniat melamar sekaligus menikahinya itu.
“Pah, ini Azriel kekasihnya Nadhira,” ujarnya Nadhira yang memperkenalkan Azril sebagai kekasihnya.
Tatapan matanya Asril masih menatap ke arah perempuan yang sudah lama tidak dilihatnya. Perempuan yang selalu cantik di matanya dan dikaguminya.
Wanita yang menjadikan alasan untuk bersemangat menggapai cita-citanya hingga bisa berdiri di tempat saat ini.
Deg der!!
Adinda tidak percaya jika pria yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun silam akan menjadi calon menantunya.
“Takdir seperti apa ini yah Allah SWT yang Engkau gariskan untukku,”
Azril tak bergeming masih menatap ke arah Adinda yang betapa terkejutnya dengan kejutan tak terduga di hari anniversary ke empat pernikahannya itu.
“Kenapa Adinda bersikap aneh? Apa mereka saling kenal?” batinnya Baruna.
Baruna diam-diam memperhatikan apa yang terjadi kepada istrinya bergantian dengan calon anak menantunya itu.
“Sini duduk Nak, jangan berdiri terus,” pintanya Bu Riska yang menyambut hangat calon cucu menantunya.
“Nadhira ajak duduk calon suamimu,” ucapnya Briana.
“Ayo Abang duduk, nanti akan aku perkenalkan satu persatu keluargaku yang selalu menyayangiku sepenuh hati,” Nadhira tak henti-hentinya tersenyum bahagia menyambut kedatangan kekasihnya.
Azril berjalan seperti mayat hidup tak terlihat raut bahagia dan gembira yang terpancar dari mimik wajahnya.
“Kisah hidup seperti apa yang bakal akan aku jalani ya Allah,”
Adinda pun duduk kembali karena tidak ingin gara-gara ulahnya sehingga merusak hari bahagianya.
Baruna memeluk tubuh Adinda dari samping,” sayang kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?”
Adinda berusaha untuk tetap tenang,” alhamdulillah aku baik-baik saja.”
Adinda tidak ingin suaminya mencemaskan kondisinya sehingga dia menutupi keadaannya saat ini.
Azril kecewa sekaligus sedih melihat Adinda yang dipeluk mesra oleh suaminya.
“Abang perkenalkan ini papaku, dan di sampingnya mamaku namanya mama Adinda, jangan salah kami seperti seumuran karena Mama Adinda istri keduanya Papaku,” jelasnya Nadhira yang sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada kekasihnya itu.
“Salam kenal Pak, Bu perkenalkan saya adalah Azril, insha Allah saya berniat ingin melamar putri bapak,” ucapnya Azril yang langsung mengutarakan niatnya.
Nadhira terus melingkarkan tangannya ke lengannya Azril pria yang berprofesi sebagai seorang polisi itu.
“Welcome Azril di keluarga kecil kami ini, semoga niat tulus kamu diijabah oleh Allah SWT dan dilancarkan sampai hari h,” ujarnya Briana setelah memperkenalkan suaminya dan kedua anaknya.
Arkan suaminya Briana hanya tersenyum tipis tanpa berkomentar apapun. Pria yang belakangan ini banyak diam tidak seperti awal-awal mereka menikah.
“Makasih banyak Aunty Briana senang berkenalan dan bertemu dengan kalian semua,” balasnya Azril yang sesekali curi-curi pandang ke arah Adinda.
Bisma memeluk tubuh Elyna dengan posesif, “Perkenalkan ini istriku namanya Elyna dan anak-anak kami, ada Zayyan dan Zhian paling kecil.”
“Salam kenal Tante Elyna, salken boys,” Azril bertos ria dengan Zayyan.
“Semoga betah di keluarga kami Abang,” balasnya Elyna yang menirukan cara bicara anak kecil.
Bu Riska tersenyum ke arah calon cucu mantunya itu, “Jangan terlalu lama menunda pernikahan kalian, sebaiknya dipercepat saja, saya tidak ingin perutnya cucuku bertambah besar kalau kedua orang tuamu menundanya.”
Adinda dan Baruna shock mendengar ucapan dari mamanya itu, saking kagetnya sampai-sampai Baruna reflek bangkit dari duduknya.
“Apa!? Mama jelasin padaku apa maksud dari ucapannya Mama!?”
Baru kali ini Baruna meninggikan volume suaranya di hadapan ibu dan saudaranya serta istrinya karena semarah apapun, pasti Baruna selalu berucap lemah lembut. Bukan berarti dia tidak marah hanya saja dia kecewa pada dirinya sendiri dan hatinya akan sakit jika ucapannya melukai hati orang yang disayanginya.
Nadhira menunduk ketakutan karena melihat amarah papanya yang baru saat ini dilihatnya sampai-sampai keringat sebesar biji merica terlihat di pelipis dan dahinya.
Azril menepuk-nepuk tangannya Nadhira,” tenangin dirimu, kamu itu lagi hamil muda jangan banyak pikiran. Insha Allah semuanya akan baik-baik saja.”
Nadhira menangis tersedu-sedu melihat kemarahan papanya,” maafin Nadhira, Pah, aku tidak bermaksud untuk menyakiti kalian,” cicitnya Nadhira.
Adinda semakin dibuat pusing tujuh keliling setengah hidup mendengar kabar buruk kalau anak sambungnya hamil di luar nikah dan lelaki yang melakukannya adalah mantan kekasih masa kecilnya.
Baruna menatap tajam ke arah kedua pasangan kekasih itu, “Apa!? Kamu bilang tidak bermaksud menyakiti hati dan perasaan kami sebagai orang tuamu!? Kalau kamu hamil tanpa suami!?”
Brak!!
Baruna sampai memukul meja makan yang ada di hadapannya yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam jenis makanan. Hingga beberapa piring terangkat ke atas saking kerasnya Baruna memukul permukaan meja kayu jati itu.
Adinda tersentak kaget sampai-sampai kepalanya semakin berdenyut-denyut sakit, dadanya terasa sesak. Peluh keringat bercucuran membasahi wajahnya dan tubuhnya. Baruna saking marahnya tidak sadar dengan kondisi kesehatan sang istri tercinta.
Baruna mengusap wajahnya dengan kasar,” Papa tidak menyangka kamu akan mengkhianati kepercayaannya Papa selama ini papa berikan padamu! Papa sangat bangga padamu dan yakin kamu tidak akan mencoreng nama baik kami! Tapi buktinya kamu sudah melempar kotoran ke wajah kami!”
Bisma berbisik di telinga istrinya,” kamu amankan anak-anak, tidak baik mereka melihat perdebatan ini.”
“Baik Mas,” Elyna menggendong anak bungsunya sedangkan Zayyan digendong oleh baby sitternya.
Apa yang dilakukan oleh Elyna pun dilakukan oleh Arkan dia mencegah istrinya yang keluar malah dia yang mengusulkan agar dia yang menjaga kedua anak kembarnya Safeea dan Arfathan.
Nadhira semakin terisak dan juga ketakutan melihat murka papanya pria yang selalu bijaksana dan penyayang itu, tapi detik ini Baruna memperlihatkan sisi ketegasannya.
Baruna sampai tubuhnya bergetar ketika berbicara, “Nadhira! Apa salahnya Papa? Apa kurangnya kasih sayang Papa padamu Nak!? Apa!? Kenapa kamu sungguh tega menyakiti perasaannya Papa!?”
“Abang kami mohon tenanglah jangan emosi seperti itu, insha Allah semua bisa dibicarakan baik-baik,” bujuknya Briana.
“Abang tahan emosinya, jangan gegabah! Memang apa yang mereka perbuat sungguh tidak baik dan jelas-jelas adalah perbuatan dosa besar, tapi melihat mereka tak memiliki kejelasan dalam hubungan mereka bukannya itu sama saja dengan menambah dan memperpanjang dosa-dosa mereka,” imbuhnya Bisma yang cukup cemas melihat amarahnya Baruna.
“Baruna! Mama tidak ingin melihat anak-anakku dan cucuku tidak bahagia. Tapi, bukan berarti Mama membenarkan perbuatan mereka! Mereka jelas-jelas sudah berzina tapi tidak merestui hubungan mereka adalah bukan solusi yang tepat,” Bu Riska memaklumi kemarahan anak sulungnya itu.
Adinda semakin tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya saat ini, tapi dia tidak ingin menambah beban pikiran suaminya yang sedang emosi.
Baruna menatap nyalang ke arah Azriel yang terus menenangkan Nadhira, “Saya meragukan ketulusan dan kesungguhan hatimu! Karena kalau kamu serius sayang kepada putriku kamu tidak bakalan melakukan hal yang dilarang oleh agama!”
Adinda memegangi punggung tangan suaminya itu,” Mas jangan seperti ini, Mas harus sabar,” ucapnya lemah.
Baruna saking marahnya dia sampai menghentak tangannya Adinda,” kamu diamlah! Kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan kami!” hardik Baruna.
Adinda semakin pucat pasi mendengar kata-kata bentakan keras dari suaminya.
“A-ku ti-dak bermaksud…” ucapannya belum selesai tubuhnya sudah ambruk ke atas lantai.
Bruk!!
“Mama!!”
“Adinda!!”
“Mbak Adinda!”
Suasana semakin tak terkendali dan caos melihat tiba-tiba Adinda pingsan tak sadarkan diri. Kepanikan dan kecemasan terlihat begitu jelas dari raut wajah mereka.
Baruna melotot melihat istrinya tergeletak di atas lantai,” Adinda! Bangun sayang! Apa yang terjadi padamu!?”