Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mazaya vs Carla
Namun setibanya di rumahnya, suatu hal tak terduga terjadi. Gadis yang tadi ada di pikirannya ternyata telah duduk santai di ruang tamunya.
"Sayang," pekik Carla dengan mata berbinar. "I Miss you," imbuhnya sambil beranjak kemudian langsung berhambur ingin memeluk Gemilang.
Belum sempat Carla memeluk Gemilang, Mazaya ternyata telah lebih dahulu berdiri di depan Gemilang. Menghadang perempuan itu bagaikan tameng pelindung yang siap siaga melindungi suaminya dari terjangan sang bibit pelakor.
"Heh, apa-apaan kamu! Minggir sana!" sentak Carla mengusir Mazaya.
Tapi Mazaya ya tetaplah Mazaya. Dia adalah gadis yang tak mudah digertak apalagi ditakut-takuti. Apalagi oleh seorang yang merupakan cikal-bakal penghancur rumah tangganya.
"Apa yang kau katakan? Minggir? Heh, tahu diri dong, kau itu siapa. Mau seenaknya main peluk-peluk suami orang. Emang kamu itu siapa sih?" Balas Mazaya tak kalah garang. Gemilang hanya bungkam. Ia justru memperhatikan kedua perempuan yang sedang asik berdebat itu.
"Kau tanya aku siapa? Aku kekasihnya, kenapa? Kau itu yang siapa? Pake menghalangi diriku ingin memeluk kekasihku sendiri."
"Oh, jadi kau kekasih suamiku. Hanya kekasih toh? Tak lebih," ucap Mazaya sambil tersenyum mencemooh membuat Carla meradang. "Dan ... perkenalkan, aku Mazaya Claudia. ISTRI SAH GEMILANG CANDRABUANA. BAIK SECARA AGAMA MAUPUN NEGARA. Sekarang kau tahu kan siapa aku dan apa perbedaan aku denganmu. Jadi ... kalau kau masih punya malu, lebih baik kau segera pergi dari rumah ini. Kami mau istirahat," ucap Mazaya acuh tak acuh. Ia bahkan sudah melingkarkan tangannya di lengan Gemilang sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Lepaskan tanganmu dari kekasihku, brengsekkk! Kau memang istrinya, tapi akulah wanita yang dicintainya. Lagipula, kau pikir kau pantas bersanding dengan laki-laki seperti Gemilang? Lihat wajah dan penampilan udikmu itu, kau bukan seperti istrinya, tapi pelayannya. Kaulah yang seharusnya sadar diri, bukan aku. Dasar perempuan kampung." Hina Carla bersungut-sungut.
Ekspresi wajah Mazaya tetap sama, tenang. Gemilang sampai heran, gadis itu ternyata memiliki pengendalian diri yang sangat baik. Buktinya ia tidak terpancing dengan cemoohan Carla.
"Oh, jadi kau merasa kau yang pantas? Begitukah? Tapi sayangnya, mau pantas atau tidak, si udik inilah pemenangnya dan kau ... tak lebih dari pecundang. Seharusnya kau lah yang sadar diri. Dasar pelakor."
"Apa? Kau sebut aku pelakor? Kurang ajar. Kaulah yang pelakor itu, bukan aku jalaang!" Carla yang tak terima dihina lantas meringsek maju hendak menampar pipi Mazaya, tapi dengan cepat, Mazaya menangkap tangan Carla, mere masnya kencang kemudian menghentakkannya hingga Carla menjerit kesakitan.
"Aaargh ... sialan!" jerit Carla. "Sayang, kenapa kau hanya diam? Lihat, tanganku jadi merah begini. Sakit," adu Carla dengan wajah memelas. Mazaya memutar bola matanya malas melihat tingkah Carla yang tak tahu malu.
"Mazaya, kau memang istriku, tapi kau tak memiliki hak untuk berbuat semaumu!" sentak Gemilang yang tak tega melihat wajah kekasihnya yang telah berkaca-kaca.
"Oh, jadi kau lebih memilih membela pelakor ini, mas, dibandingkan istrimu sendiri?" sinis Mazaya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada. "Aku hanya ingin melindungimu agar tidak terjerumus lembah dosa. Aku juga melindungimu, bagaimana kalau ada yang melihat dirimu yang ternyata masih berhubungan dengan perempuan lain di depan istrimu sendiri. Nama baikmu akan hancur seketika, kau tahu itu. Dan satu lagi, ingat kata-kata papa. Jika kau macam-macam, bersiaplah, maka namamu akan dicoret dari ahli waris." Tekan Mazaya dengan sorot mata tajam.
Gemilang sampai tertegun melihat sorot mata yang baru pertama kali ia lihat itu. Begitu pula Carla, tak menyangka orang tua Gemilang mengancamnya sedemikian rupa termasuk akan mencoret nama Gemilang dari ahli waris. Sebegitu pengaruhnya kah sosok Mazaya dalam keluarga Cakrabuana?
Setelah mengucapkan itu, Mazaya pun bergegas masuk ke dalam rumah itu. Tak dipedulikannya lagi suami dan kekasihnya itu.
...***...
Dibantu pelayan, Mazaya masuk ke kamar yang paling besar di rumah itu dengan wajah kesal. Mazaya bukannya cemburu. Tidak sama sekali. Toh ia saja tidak memiliki perasaan apapun pada Gemilang. Namun, harga dirinya terasa diinjak-injak dengan hadirnya Carla. Bahkan Gemilang dengan terang-terangan membela kekasihnya dibanding dirinya yang telah berstatus istrinya.
Mazaya mengepalkan tangannya. Ini sama seperti penghinaan baginya. Mazaya lantas mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu kontak di dalam ponselnya.
"Halo Za, loe kemana sih? Gara-gara loe tiba-tiba aja pergi, tanpa kabar, tanpa berita, gue jadi kelabakan reschedule jadwal loe." Ucap seseorang di seberang telepon sambil mendumel kesal.
"Hehehe ... sorry. Gue ada urusan penting. Nggak bisa ditunda lagi. Kakek nyuruh gue pulang. Tau sendiri kalo kakek udah bertitah, gue cuma bisa manut aja."
"Tumben. Emang loe disuruh pulang buat ngapain? Kakek loe sakit?"
"Nggak kok. Kakek sehat."
"Terus?"
"Terus apa?"
"Ya terus loe disuruh pulang buat ngapain? Masa' buat dinikahin sama laki-laki yang udah dijodohin sama elo."
"Wah, loe ternyata cenayang ya, Am? Kok bisa tahu?"
"Maksud loe?"
"Ya gue emang dinikahin kakek sama cowok yang udah dijodohin sama gue sejak kecil."
"Apa? Loe nggak serius kan? Loe cuma bercanda kan?"
"Ngapain juga gue bohong. Gue aja pas nyampe terkejut banget. Pas nyampe, kakek langsung bilang gue harus nikah. Mau nolak, nggak bisa. Terpaksa lah menerima."
"Astaga, bener-bener ya. Emang, siapa cowok yang dijodohin sama loe tuh sih?"
"Loe tau CB Group? Gue dinikahin sama anak sulung pemilik CB Group, Gemilang Cakrabuana."
"What? Are you serious?"
"Dahlah. Besok gue cerita. Gue mau rebahan dulu."
Setelah berbasa-basi sebentar, Mazaya pun menutup panggilan telepon bersamaan dengan Gemilang yang masuk ke dalam kamar.
"Ngapain kamu masuk kamarku?"
Mazaya melirik sinis, "kenapa? Nggak suka? Kamu mau kita pindah kamar? Fine. Tapi aku mau telepon mama dulu biar dia tahu kelakuan anaknya," sinis Mazaya.
Gemilang lantas berjalan mendekat dan mencengkram pergelangan tangannya, "kau berani mengancam ku?" sentaknya.
"Kau pikir aku takut?" Mazaya menarik salah satu sudut bibirnya. Gemilang tak habis pikir, bagaimana perempuan kampung seperti Mazaya memiliki keberanian sebesar ini?
"Jangan karena kau mendapatkan dukungan dari kedua orang tuaku, kau pikir aku jadi takut padamu. Aku bisa menghancurkanmu kapan saja bila kau berbuat macam-macam." Ucap Gemilang datar, dingin, dan penuh intimidasi.
"Kau pikir aku takut? Lakukan saja jika kau bisa. Jangan suka meremehkan seseorang tuan Gemilang Cakrabuana. Karena apa yang kau lihat, belum tentu seperti yang kau pikirkan." Ucap Mazaya ambigu. Entah apa yang dimaksud Mazaya, Gemilang masa bodoh dengan hal itu. Malas terus berdebat, ia pun segera keluar dari kamar itu.
Malam kian larut, sejak kepergian Gemilang sore tadi, ia tak kunjung pulang. Mazaya sebenarnya penasaran kemana laki-laki itu pergi. Tapi ia mencoba acuh, ada yang lebih penting yang harus ia lakukan. Apalagi besok merupakan hari yang penting untuknya.
Sementara itu, di sebuah apartemen, tampak seorang pria dengan tubuh yang gagah telah berdiri di depan pintu. Tak lama kemudian, pemilik unit apartemen itu membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya masuk ke dalam.
Laki-laki itu mengernyitkan dahi saat melihat penampilan perempuan yang ada di depannya. Memang sehari-hari perempuan itu kerap berpenampilan seksi, tapi kali ini, apa yang dikenakannya jauh lebih terbuka dari biasanya.
"Sayang, aku sudah menunggumu sejak tadi. Akhirnya kau datang juga." Ucap perempuan itu dengan sedikit mendesah.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...