[HOT!]
Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Kolam
Tanpa Catherine sadari, saat ia berjalan menuju perpustakaan, sudah ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya baik dari langkah pertama yang ia ambil ketika Catherine keluar dari kamar asramanya.
Catherine sering lebih memilih untuk belajar di perpustakaan kampus sebab kalaupun ia belajar sampai larut malam dan melewati jam malamnya, Catherine tetap bisa kembali ke asramanya tanpa mendapatkan hukuman sebab perpustakaan masih termasuk area kampus.
Berbeda kalau Catherine belaajr di kafe luar sana, selain habis uang, Catherine juga tidak bisa belajar sampai larut malam termasuk belajar di kamar asmaranya sebab terkadang Poppy belajar dengan memutar musik yang sama sekali tidak bisa membuat Catherine fokus.
Saat Catherine hendak berjalan masuk ke dalam perpustakaan, tiba-tiba ada dua pria yang menghadang jalannya tepat di depan pintu masuk perpustakaan.
Awalnya Catherine berusaha mengabaikannya, tetapi ketika Catherine menggeser tubuhnya untuk mengambil jalur lain, mereka berdua kembali menghadang langkah Catherine yang membuat wanita itu menarik kesimpulan bahwa kedua pria didepannya itu memang sengaja untuk menghalangi akses jalannya masuk ke dalam perpustakaan.
Kewaspadaan Catherine langsung naik. Catherine merasa ada yang aneh saat dia mendongakkan kepalanya dan melihat kedua pria itu tengah memberikan tatapan garangnya seakan ingin menakuti Catherine.
“Siapa kalian?” tanya Catherine berusaha tenang, sebab ia tahu keadaan kampus sudah sepi saat itu sehingga ia perlu pintarpintar membaca situasi berbahaya seperti ini.
“Tidak perlu tahu siapa kami,” ujar salah satu dari pria itu kemudian secara tiba-tiba menarik tangan Catherine.
Catherine yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja menolak. Catherine berusaha menyentak tangan pria itu, untuk pembelaan dirinya yang pertama itu cukup berhasil, tarikan tangan pria itu padanya terlepas yang Catherine manfaatkkan untuk kabur.
Namun tanpa ia sadari pria itu berlari mengejarnya dari belakang, Catherine bahkan sudah melepaskan tas yang ia pikul demi mengurangi beban pada tubuhnya agar ia bisa berlari lebih kencang membuat semua buku yang sudah ia ambil itu jatuh berserakan di lantai.
Tetapi di luar dugaan, kedua pria itu tetap bisa menyamakan langkah Catherine dengan kaki panjang mereka. Catherine memberontak untuk kedua kalinay dalam tarikan paksa mereka, tetapi tenaganya tentu saja kalah dengan dua orang pria dewasa yang berusaha mengerahkan seluruh tenaganya itu untuk menangkap Catherine.
Mereka meraih tangan Catherine agar tidak bisa memberontak dan terus melayangkan tinjunya pada tubuh mereka, kemudian secara tidak terprediksi, salah satu dari mereka langsung menggendogn Catherine layaknya menggendong sebuah karung beras pada punggung mereka.
Pandangan Catherine terhadap sekitarnya menjadi terbalik untuk seketika, namun ia terus melayangkan pukulannya pada tubuh pria itu hingga ia terus mengumpat dan merintih kesakitan akibat tinjunya.
Pria itu segera memeprcepat langkahnya sebelum masuk ke area kolam renang yang berada tak jauh dari perpustakaan.
Hari sudah malam begini jadi bisa dipastikan area kolam renang adalah temapt tersepi dari seluruh area kampus. Sebab tidak akan ada yang berani berenang di tengah malam, dimana air akan sangat dingin itu.
Sebab sudah tidak tahan dengan pukulan bertubi-tubi yang Catherine layangkan, pria itu langsung melempar tubuh Catherine begitu saja ke dalam kolam renang.
Catherine akhirnya tercebur ke dalam kolam renang, menimbulkan suara riak air yang cukup keras dengan bercak-bercak air yang menyiprat kuat hingga ke pinggi kolam.
“Sial, pukulannya itu sangat keras,” uajr salah satu pria yang menggendong Catherine tadi sembari mengusap punggungnya yang terasa berdenyut itu. Beberapa kali ia hampir jatuh ketika menggendong Catherine sebab wantia itu terus memberontak, hingga dia sudah tidak tahan dan akhirnya menyeburkan wanita itu ke dalam kolam saja.
Tenaga Catherine benar-benar berbeda untuk seukuran wanita.
Baju Catherine seketika basah kuyup dan saat Catherine memunculkan diri dari dalam kolam, rambutnya sudah basah beriktu dnegan kacamatanya yang sudah terlepas dari wajahnya, entah jatuh dimana Catherine pun tidak tahu.
“Apa yang kalian mau sebenarnya!” teriak Catherine kesal ketika mendapati dirinya itu dibawa secara paksan dan secara tiba-tiba diseburkan ke dalam kolam seperti itu.
Sensasi dingin dari air kolam itu seketika menusuk kuat kulit Catherine, menyerang tubuhnya dengan rasa dingin yang sulit untuk dideskripsikan.
Tiba-tiba dari arah kanan area kolam, seseorang tampak berjalan ke arah mereka. Orang itu datang dengan suara tawanya yang menggelegar sontak berhasil menarik perhatian ektiganya.
Catherine menancapkan pandangannya saat orang itu kian berjalan mendekat hingga Catherine akhirnya bisa melihat secara jelas pelaku di balik penculikannya itu beberapa waktu lalu.
Lily.
“Bagaimana Catherine, apakah airnya dingin?” tanya Lily sembari mengeluarkan senyum puasnya itu.
Catherine mengepalkan tangannya, ia merasa sangat kesal dan marah namun Catherine tahu dirinya tidak bisa melampiaskan amarahnya itu dengan melawan Lily ataupun memberikan tamparannya sebab kedua pria tadi pasti adalah orang suruhan Lily yang siap sedia untuk melindungi Lily jika Catherine menyerangnya.
“Jadi kau akan emmbuat rencana licik seperti ini? Kau akan menggunakan cara murahan seperti ini?” tanay Catherien beruntun, berusaha untuk tetap tenang dalam melawan Lily.
Lily hanya terus mengeluarkan senyum puasnya, ia melipat tangannya sembari menatap sombong ke arah Catherine dibawah sana.
“Semua cara akan kulakukan demi Bastian. Ini adalah balasan yang kau dapat karena sudah berani dekat-dekat dengan Bastian,” ujar Lily lagi.
“Dasar wanita menyedihkan,” ejek Catherine dengan nada meremehkannay yang berhasil membangkitkan emosi Lily.
Bahkan disaat keadaan wanita itu yang kedinginan dan tak berdaya di bawah sana, bukannya memohon maaf dan meminta untuk dibebaskan, Catherine masih bisa bertindak seberani itu dengannya.
“Apa katamu?” desis Lily tidak terima, ia maju satu langkah mendekati sisi kolam yang sedikti basah itu sebelum berjongkok.
Catherine hanya tersenyum kecil melihat Lily yang sudah berhasil ia pancing emosinya itu. Jika Catherine tidak bisa melawan secara fisik, maka Catherine akan menyerang mental wanita itu hingga hancur menjadi berkeping-keping.
“Bastian bahkan sudah mengatakannya sendiri kepadaku bahwa kau jelas bukan pacarnya. Jadi kusarankan jangan terlalu banyak bermimpi dasar nenek lampir,”ujar Catherine dengan nada merendahkannya, jelas ia gunakan untuk menghina harga diri Lily habis-habisan.
Lily tampak geram apalagi saat Catherine memukul permukaan air dengan telapak tangannya membuat cipratan air itu menguak keluar, membuat Lily refleks mundur karena tidak ingin terkena cipratan air itu.
Catherine kemudian berjalan ke sisi kolam kemudian keluar dari area kolam. Seketia ia berdiri, tetesan air mulai jatuh dari pakaiannya yang basah kuyup, telinganya, tangannya, dagunya dan juga hidungnya.
Catherine benar-benar basah total.
Catherine dapat melihat bahwa Lily seakan melirik ke arah kedua pria yang berdiri di belakanngya itu, semacam memberikan sebuah isyarat kepada mereka.
“Dasar jalang, aku suadh memperingatkanmu ya,” ujar Lily lagi dengan nada marahnya kemudian pria tadi memberikan semacam kaleng minuman yang Catherine yakini itu adalah minuman ber-alkohol.
Lily kemudian membuka kaleng bir itu dan hendak menyirami isinya tepat ke wajah Catherine sebelum wanita itu bergerak untuk menghentikannya.
“Berikan saja kepadaku, daripada kau menyiramiku dan berakhir minuman itu terbang sia-sia, lebih baik aku meminumnya. Aku menyukai alkohol,” ujar Catherine percaya diri.
Lily kemudian tertawa keras sekali, “Kemana murid rajin dan polos itu? Apakah selama ini kau memakai topengmu itu?”
Catherine hanya membalas dengan senyuman miringnya.
“Berikan kepadanya,” ujar Lily yang akhirnya terpancing dengan kalimat Catherine.
Catherine mengambil ahli kaleng bir itu kemudian meneguknya hingga tandas dalam beberapa detik.
Lily hanya memperhatikan gerak-gerik Catherine itu sebelum berkomentar.
“Untuk ukuran orang yang pertama kali mencoba, kau akan mabuk kalau minum sebanyak itu,” ujar Lily yang semakin tersenyum senang. Sepertinya renacananya untuk menghancurkan Catherine lebih cepat dari yang ia bayangkan.
Dan tepat setelah Lily menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Catherine tampak memegangi kepalanya smebari menjambak rambut basahnya itu seakan tengah menahan perasaan pusing yang menyerang kepalanya itu. Catherine kemudian terduduk ke lantai smebair terus memegangi kepalanya.
Lily yang menyaksikan hal itu semakin senang. Ia kemudian emmberi isyarat kepada kedua pria yang ada dibelakangnya itu.
“Terserah kalian mau apakan dia, aku pergi dulu. Aku serahkan dia kepada kalian,” pesan Lily kemudian segera berjalan meninggalkan area kolam.
Kedua pria itu kemudian saling melempar senyum penuh arti.