Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7
Pyurrrr
Eve tertawa melihat Celine yang basah karena air minumnya. Ia benar-benar tak suka dengan keberadaan Celine yang merupakan istri sah dari Rhys, meskipun pernikahan mereka hanya agar Rhys bisa mempertahankan harta milik Keluarga Alban.
“Kamu sangat menjijikkan! Apa kamu tidak memiliki harga diri, hah?! Bagaimana mungkin kamu memaksa Rhys untuk menikahimu? Dasar wanita gila harta!” Celine berusaha menenangkan hati dan pikirannya mendengar bagaimana Eve terus saja memojokkan dan mengatakan hal yang menyakiti hati. Bukankah seorang wanita berpendidikan tak akan membalas dengan perkataan yang buruk ataupun sikap yang tak bermoral?
Celine diam, tak membalas apapun. Ia mengambil peralatan pembersih dan mulai membersihkan semua kekacauan itu. Tak jauh dari sana, Aunty Anna tersenyum melihat semuanya. Untuk saat ini ia tak perlu terlalu bersusah payah, Rhys dan Eve yang akan menyingkirkan Celine. Yang perlu ia lakukan saat ini adalah memikirkan rencana untuk menyingkirkan Eve.
Aunty Anna berjalan menuju ke arah ruang keluarga di mana Eve sedang duduk. Ia duduk berseberangan dengan Eve, seakan menelisik wanita yang duduk di hadapannya itu.
“Kamu seorang model?” tanya Aunty Anna membuka pembicaraan.
“Ya, aku seorang model internasional.”
“Mengapa sekarang kamu di sini? Apa sedang tidak ada pekerjaan?” Pertanyaan Aunty Anna sedikit membuat Eve tersinggung.
“Saat ini aku sedang cuti karena baru saja melewati setengah tahun kerja tanpa jeda. Jadi tidak masalah bukan jika aku beristirahat sambil menikmati hasil kerjaku.”
“Ooo ku kira kamu lagi sepi,” Eve benar-benar tak suka dengan perkataan Aunty Anna dan Aunty Anna tak suka dengan sikap Eve yang terlihat aangat sombong.
“Celine!! Mana teh-ku?” teriak Aunty Anna memberi perintah. Ia ingin menunjukkan pada Eve bahwa ia juga berkuasa di rumah itu.
Celine datang dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya sudah ada secangkir teh bunga kesukaan Aunty Anna.
“Ini teh anda, Nyonya,” Aunty Anna tersenyum mendengar Celine menyebutnya Nyonya. Ia melihat wajah Eve yang seakan tak suka dengan itu.
Eve yang tak suka melihatnya langsung bangkit dan pergi menuju kamar tidurnya sambil menghentakkan kaki. Di dalam kamar, ia terus menggerutu dan berpikir bagaimana caranya untuk membungkam sikap Aunty Anna yang sok berkuasa.
Ketika Aunty Anna sudah tak melihat Eve lagi, ia langsung membentak Celine, “Pergi sana kamu! Aku mau muntah jika terlau lama melihatmu.”
**
Plakkk
Kembali sebuah tamparan mendarat di pipi Celine. Namun kini bukan berasal dari telapak tangan Aunty Anna, tapi dari Eve.
“Kamu ini bagaimana sih? Ini gaun kesayanganku. Rhys membelikan ini untukku. Kamu sengaja ya!” Eve langsung melemparkan gaun yang rusak itu ke wajah Celine.
“Aku tidak mau tahu, kamu harus menggantinya!” teriak Eve yang membuat Rhys yang awalnya berada di ruang kerja yang berada persis di sebelah kamar tidur itu akhirnya menghampiri karena suara Eve yang sangat kencang.
“Ada apa, honey?” tanya Rhys.
“Lihatlah, honey. Gaun yang kamu belikan sudah ia rusak,” Eve bergelayut manja sambil menampilkan wajah yang memelas.
Rhys menghela nafasnya dan menatap tajam ke arah Celine, “sudahlah, nanti akan aku belikan yang baru.”
“Benarkah? Kamu akan mengajakku ke Paris untuk membelinya?” Rhys menganggukkan kepalanya, membuat Eve semakin tersenyum lebar.
Rhys langsung mengusir Celine dari kamar tidurnya yang tak pernah Celine masuki sebenarnya. Ia melihat perbedaan sangat jauh antara kamar tidurnya dengan kamar milik Rhys.
**
Sudah 2 minggu Eve berada di kediaman Keluarga Alban, tapi Rhys benar-benar tak menyentuhnya. Ia ingin Rhys segera menjadikan ia sebagai istri, Nyonya Alban.
“Honey, malam ini temani aku ya,” pinta Eve.
“Memang kamu akan ke mana?” tanya Rhys.
“Ada temanku yang berulang tahun. Aku tidak ingin pergi sendiri.”
“Apa managermu tidak bisa menemani? Sebenarnya aku sedang banyak pekerjaan.”
“Setiap hari kamu selalu banyak pekerjaan. Setidaknya temani aku sekali ini saja.”
Rhys berpikir memang ia jarang sekali menemani Eve. Ia sebenarnya kurang suka dengan teman-teman Eve dan pergaulannya.
“Baiklah, aku akan menemanimu,” kata Rhys pada akhirnya.
“Terima kasih, honey,” Eve memeluk Rhys dengan sangat erat. Bahkan ia menghadiahi sebuah ciuman di pipi Rhys.
Malam harinya, Eve mengajak Rhys menuju ke sebuah club. Ia bahkan menggunakan gaun yang sangat seksi hingga menonjolkan aset kembar miliknya.
“Apa kamu tidak bisa mengganti pakaianmu?” tanya Rhys.
“Ahh honey, kita akan ke club. Lagipula aku ini seorang model, pakaianku akan sangat berpengaruh,” jawab Eve.
Rhys hanya bisa menghela nafasnya. Ia tak ingin hanya karena sebuah pakaian, lalu menjadi pemicu pertengkaran antara dirinya dengan Eve. Ia selalu berusaha mengalah pada Eve karena ia tak ingin sampai berpisah dengan wanita itu.
“Halo, Eve!” sapa seorang pria yang langsung menyambut kedatangan Eve. Ia mencium pipi Eve, tanpa peduli jika Eve datang bersama dengan Rhys.
“Halo, Sam! Selamat Ulang Tahun,” kata Eve sambil memberikam sebuah kantong kertas.
“Wow, thank you Eve! Ayo nikmati pestanya,” seru Sam.
Eve masuk dan mengajak Rhys duduk di meja bar. Ia memesan minuman untuk mereka berdua. Rhys berusaha menolak minuman yang diberikan oleh Eve karena memang ia memiliki toleransi yang sangat rendah pada alkohol. Sedikit saja ia meminumnya, maka ia akan mabuk.
“Minumlah, honey.”
“Aku tidak mau, Eve. Kamu tahu kan aku akan mudah mabuk. Aku harus menyetir nanti.”
“Ihh kamu tak menghargaiku. Lihatlah teman-temanku, mereka akan menganggap apa aku jika kamu menolak,” Eve mulai memasang wajah sendu.
“Baiklah, aku akan meminumnya sedikit.”
Eve tersenyum melihat Rhys mengikuti kemauannya. Memang pria yang satu ini selalu saja mengikuti keinginannya. Oleh karena itu juga, Eve ingin segera menjadikan Rhys sebagai suaminya.
1 gelas … 2 gelas … 3 gelas … hingga 5 gelas diteguk oleh Rhys hingga tandas. Wajahnya kini sudah memerah dan ia merasa lemas. Ia mulai meracau tidak jelas. Eve akhirnya meminta bantuan pegawai di club untuk membantunya membawa Rhys ke dalam mobil.
“Terima kasih,” kata Eve sambil memberikan uang tip kepada 2 orang pria yang membantunya.
Eve tersenyum melihat Rhys yang kini sudah berada di kursi penumpang di sebelahnya. Eve mengambil alih kemudi dan mulai menjalankan mobil itu menuju ke kediaman Keluarga Alban.
Setelah sampai, Eve meminta bantuan penjaga keamanan untuk membawa Rhys ke dalam kamar tidur mereka.
“Eve …,” racau Rhys yang masih tampak kacau.
“Ada apa, honey?” tanya Eve sambil memegang pipi Rhys yang tampak kemerahan.
“Kamu cantik sekali.”
“Tentu saja. Aku akan selalu cantik. Malam ini, jadikanlah aku milikmu, honey.”
Eve membuka kemeja yang digunakan oleh Rhys dan mulai mengelus serta menjilati dada bidang milik Rhys.
🌹🌹🌹