Mendadak Jadi Ratu

“Ini tidak bisa dibiarkan!” sentak Sonya tak terima.

“Cepat katakan pada Raja jika aku sakit keras!” titahnya kemudian.

Beberapa pelayan yang memang menyanjung gadis cantik ini langsung mengerjakan tugasnya. Sonya, dua puluh dua tahun . Gadis berambut pirang dengan mata biru, hidung mancung dan bibir sedikit tebal. Gadis dengan tinggi 165cm dengan berat 55kg.

Sonya memiliki aset tubuh yang begitu ideal, pinggang ramping, dada besar dan juga bokong yang padat. Suaranya lemah lembut. Ia berasal dari wilayah pesisir barat, bertemu dengan sang raja ketika ia tengah diarak dengan beberapa wanita lainnya ke rumah bordil. Sonya memberontak, ia melawan para pria besar sekuat tenaga.

“Aku tak pernah berhutang pada Tuanmu!” bentaknya waktu itu.

Karena melihat salah seorangnya melawan, maka delapan gadis yang ikut dengannya juga melawan. Mereka ditipu oleh orang yang menawari pekerjaan di sebuah perkebunan besar. Mereka ternyata dijual oleh perekrut yang tak bertanggung jawab.

Raja Henry baru saja menaklukan kerajaan Jones. Kemenangan telak digenggam pria itu. Mereka akan pulang kekerajaan. Sang raja menghentikan perjalanan ketika melihat ada kereta kuda yang penuh dengan perempuan yang berteriak.

“Bantu mereka!” titah Henry.

Semua pria jahat dapat dilumpuhkan dengan mudah. Delapan perempuan termasuk Sonya mengucap terima kasih. Sonya melihat ketampanan sang raja. Gadis itu jatuh tak sadarkan diri ketika semua perempuan sudah pergi menggunakan kereta yang membawa mereka tadi.

“Bawa dia!” titah Henry.

Sonya membuka mata di sebuh ruangan mewah. Sebersit senyum terukir di bibirnya, walau kemudian ia mendengar suara pria yang begitu menawan. Hanya saja ia harus bangkit ketika tabib mengatakan jika dia baik-baik saja.

“Anda sudah bangun Miss?” tanya salah seorang pelayan.

Sonya berpikir cepat, ia tiba-tiba menangis tersedu hingga membuat siapa saja iba dengannya termasuk sang raja. Henry mendekati ranjang, pria itu menantap Sonya dengan pandangan dalam dan khawatir.

“Maafkan aku ... aku hanya takut!” cicit Sonya.

“Apa yang kau takuti?” tanya Henry bingung.

“Aku takut jika harus kembali ke tempatku ... aku bisa dibunuh oleh paman dan bi iku yang kejam itu!” jawanya lirih.

Sepenuhnya Sonya tidak berbohong dengan paman dan bibi yang kejam itu. Gadis itu memang tinggal dengan sang paman yang merupakan adik dari mendiang ayahnya. Sonya hidup bersama empat sepupunya yang keseluruhannya adalah perempuan.

Sang bibi, istri pamannya selalu memaki Sonya dengan makian kasar jika tak mau mengalah pada adiknya. Apa milik Sonya tak boleh lebih bagus dari empat saudara sepupunya. Sonya adalah gadis pintar, ia bersekolah cukup tinggi dibanding empat sepupunya itu.

“Aku pastikan menikah dengan orang kaya raya dan akan menertawakan kalian suatu saat!” sumpah Sonya.

“Pergi kau dari rumah ini. Dasar tidak mau berterima kasih. Sudah banyak uang untuk membesarkanmu, begini balasanmu!” usir sang bibi.

Sonya pergi, sang paman tak membelanya sama sekali. Pria itu menuruti apa kata istrinya, karena rumah itu juga milik sang istri. Sonya pergi dan menginap di teman bermainnya. Hanya sebentar lalu ia pergi untuk bekerja dan ternyata ia dijual oleh orang yang menawarinya pekerjaan.

“Jadi bagaimana kau bisa ada di kereta itu bersama para penjahat?” tanya Henry mulai perhatian.

Sonya pun bercerita dengan berurai air mata. Sesekali ia berhenti hanya untuk menangis tersedu, Henry merasa iba pada penderitaan sang gadis. Sonya menggenggam tangan sang raja dengan berani. Gadis itu memohon untuk tidak dikembalikan ke daerahnya.

“Aku takut jika mereka akan kembali menjualku,” ujarnya beralasan.

Henry yang baik hati langsung iba. Pria itu membiarkan sang gadis tinggal untuk sementara. Tadinya, sonya tinggal di wilayah tengah istana. Gadis itu langsung mengambil simpati banyak pelayan sang berada di sekitar istana.

“Ah, bukankah jika ingin menata pakaian kerajaan harus ada cara dan tahapannya?” ujarnya suatu hari ketika melihat pakaian raja.

“Benar Miss,” jawab pelayan yang begitu menyukai Sonya.

Ucapan lembut dan begitu perhatian juga terekesan lugu, membuat siapapun jatuh hati termasuk sang Raja. Henry menyukai Sonya, pria itu mendatangi gadis itu jika ada kesempatan. Suara merdu dan mendayu membuat siapapun pria akan mabuk kepayang termasuk Henry, bahkan Albert yang terkesan dingin.

“Yang Mulia, anda harus memakai pelembab dulu sebelum berpakaian. Cuaca sedikit kering. Aku takut jika Yang mMulia nanti kulitnya akan kering.’’

Kedekatan mereka langsung menjadi sorortan para bangsawan. Entah dari mana sebutan selir untuknya, tetapi semua mengatakan jika Sonya adalah selir raja. Saat itu sang ratu belum datang ke istana.

“Yang Mulia sudah menikah!” tolak semua bangsawan.

“Kami akan menggeret perempuan itu jika tak diusir dari wilayah istana!” ancam Duke Romton.

“Bagaiaman jika ini adalah cinta?” ujar henry.

“Kami tidak peduli. Sesuai plakat yang diwarisi turun temurun. Ratu hanya satu dan tak ada selir!” sahut para bangsawan yang begitu berpengaruh.

Maka itu Henry menempatkan Sonya di tempat paling belakang. Di sana tak ada yang mengusik wanita yang ia sukai. Henru berjanji dalam hati untuk memperjuangkan Sonya dan menyingkirkan jodoh masa kecilnya itu.

Sonya yang mengetahui jika ratu datang, segala cara membuat sang Raja hanya memandangnya. Gadis itu memakai baju yang terbaik yang telah dibelikan oleh rajanya. Gadis itu sudah memperlihatkan diri jika ia adalah ratu di istana ini.

“Buat perempuan itu tak betah dan memilih pergi dari istana!” ujar Sonya.

“Kau tentu tau jika cinta harus menyatu bukan? Kau pasti tak terima jika kekasih kalian direbut oleh gadis lain.” ujarnya menghasut para pelayan.

Para pelayan mendukung gadis malang yang harus dibuang ke bagian belakang. Cinta harus bersatu, seorang gadis biasa seperti Sonya diibaratkan para pelayan adalah mereka yang tak bisa mendekati para punggawa yang jabatannya lebih tinggi.

“Kita harus menyatukan cinta Miss dengan Yang Mulia Raja!”

Maka semenjak itu, Sonya mendapat kabar jika sang ratu ternyata sangat buruk dan begitu menurut. Para pelayan memperundung ratu. Sonya bahagia mendengar hal itu. Hingga di suatu sore. Sonya meminta bertemu dengan rajanya, ia merindukan Henry.

“Buat Ratu melihat keberadaan kita berdua,” titahnya.

“Dengan begini, mungkin perempuan itu sadar jika ia tak diinginkan di sini dan memilih pergi,” lanjutnya dengan suara sangat pelan.

Maka terjadilha pertemuan itu, Henry yang selalu mengkhawatirkan Sonya datang, karena pelayan yang diminta untuk mengurus secara pribadi mengatakan jika gadis itu tengah sakit.

“Miss?’ henry menatap SOnya dengan pandangan khawatir.

“Yang Mulia,” sahut gadis itu.

Sonya berdandan begitu cantik. Ia memakai gaun warna peach dengan motif bunga sakura. Ia merias wajahnya sendu, terlihat begitu rapuh. Henry mendekat dengan wajah cemas, Sonya mengambil kesempatan ini dengan berpura-pura lemas hingga sang raja memeluknya.

Sonya melihat keberadaan ratu tak jauh dari sana, gadis itu menarik kepala Henry untuk ia cium. Tetapi tangan besar menahan mulutnya. Henry memandangnya dengan gusar. Pria itu menegakkan tubuh Sonya.

Walau sedikit kecewa, Sonya hanya mengulas senyum. Misinya berhasil membuat sang ratu melihat adegan mesra itu. Terbukti perempuan itu pergi dengan mata berkaca-kaca. Sedang Henry mulai menjauh dari tubuhnya.

“Istirahatlah Miss,” ujarnya.

Henry pun pergi meninggalkan Sonya yang terisak. Pria itu masih mendengar kata-kata jika gadis itu mencintainya. Hati Henry kalut seketika, ia makin yakin memperjuangkan Sonya.

Beberapa pelayan datang kembali. Sonya gadis itu sadar dari lamunan panjangnya. Wajah menunduk mengatakan jika misi mereka gagal.

"Maaf Miss, hari ini adalah hari terakhir kami melayani anda!"

"Apa?" teriak Sonya tak percaya.

Bersambung.

hahahahaah

Next?