Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Menjelang sore, di ruang tamu rumah keluarga Shan, suasana terasa santai namun hangat. Shan tengah duduk di sofa dengan anggun, mengenakan gaun kasual cantik yang dipadukan dengan riasan sederhana. Ia tampak menunggu seseorang dengan antusias. Tak lama kemudian, pintu depan terbuka, dan Raka, calon suaminya, melangkah masuk dengan senyum lebar di wajahnya.
Namun, suasana berubah ketika Sanara, ibunda Shan, menghampiri mereka dengan tatapan penuh aturan khas seorang ibu yang protektif. "Menjelang hari pernikahan kalian, itu udah gak boleh sering ketemu lagi," ujar Sanara dengan nada tegas, memecah suasana bahagia.
Raka, yang sudah mengenal baik sifat Sanara, hanya bisa tersenyum canggung sambil menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal. "Oh, iya, maaf yah, Tante. Raka nggak tahu," ujarnya mencoba meredakan ketegangan.
Sanara melipat tangan di depan dada, tetap pada pendiriannya. "Yaudah, sekarang mending kamu pulang aja, Raka. Nanti kalau papa Shan pulang dan kamu masih di sini, kamu bisa kena marah."
Shan yang mendengar itu langsung memasang wajah kesal. "Yah, Mama… Raka kan baru aja datang, masa disuruh pulang lagi sih," rengeknya sambil memandang ibunya dengan tatapan memohon.
Namun, Raka hanya tertawa kecil, menerima keadaan dengan santai. "Gapapa kok, lagian bener kata Mama kamu. Sebenarnya Tante aku juga udah ngasih tahu, cuma aku aja yang ngeyel," ujar Raka dengan nada bercanda, mencoba mencairkan suasana.
Sanara hanya menggeleng, lalu mencubit lengan Raka. "Dasar ngeyel," ucapnya dengan nada gemas.
Raka cengengesan sambil memegangi lengannya. "Ihh, kok Mama main nyubit sih?" protesnya pura-pura kesakitan.
Shan, yang tak tega melihat Raka dicubit, spontan mengelus lengan pria itu. "Hehh, Shan! Kenapa pegang-pegang Raka? Masuk kamar sana!" tegur Sanara sambil menarik Shan ke sisinya.
"Masa pegang juga gak boleh," rengek Shan manja, membuat Sanara memutar matanya.
Sanara kemudian mengarahkan pandangan ke Raka. "Yaudah, Raka, pulang gih."
Raka mengangguk sambil tersenyum. "Hehe, yaudah Tante, Raka pamit pulang ya," katanya dengan sopan.
"Sayang, hati-hati ya," ujar Shan dengan suara manja, melambai kecil ke arah Raka.
Sanara menggelengkan kepala, meledek putrinya. "Ihh, lebay banget."
Raka hanya tersenyum dan berlalu pergi, meninggalkan Shan yang kini duduk di sofa dengan wajah kesal.
"Udah dandan cantik-cantik gini, malah gak jadi pergi," keluh Shan sambil memeluk bantal sofa.
Sanara duduk di sampingnya, menatap putrinya dengan tawa kecil. "Emang kamu mau pergi ke mana sih? Gak betah banget di rumah. Gak usah kelayapan deh kamu."
"Bosan, Ma, di rumah terus. Ngapain coba?" balas Shan malas.
Sanara menghela napas, mencoba memberi ide. "Yaudah ke rumah Jean aja."
"Ihh, ngapain? Ogah," tolak Shan cepat. Nada suaranya berubah lebih ketus, membuat Sanara mengerutkan dahi.
"Loh, kenapa? Biasanya kamu kesana. Oh ya, kamu nggak ucapin selamat ke Jean?" tanya Sanara penuh selidik.
Shan menundukkan pandangannya, menahan rasa yang bergejolak di dalam hati. "Nanti aja pas acara pertunangan mereka," jawabnya singkat.
"Oh iya, acara pertunangan mereka kapan ya? Mama lupa, Shan," tanya Sanara lagi.
"Sabtu, Ma," jawab Shan sambil membenarkan posisi duduknya.
Mendengar itu, Sanara langsung berseri-seri. "Kalau gitu, kita shopping yuk!"
"Sekarang, Ma?" tanya Shan dengan nada malas.
Sanara memasang ekspresi jengkel. "Tahun depan, Shan."
Shan tertawa kecil. "Oh, masih lama."
Sanara mengambil bantal sofa di sampingnya dan melemparnya ke wajah Shan. "Iya, iya, ayo kita pergi," ujar Shan sambil tertawa, lalu mereka pun bergegas bersiap-siap.
***
"Je kamu hari ini sibuk ya?" Tanya Raniya
"Iyah kenapa ran?"
Raniya duduk di sofa yang ada didalam ruangan kamar Jean.
"Hari Sabtu kan acara pertunangan kita, aku mau pergi beli makeup. Tapi karena kamu bilang sibuk yaudah deh aku pergi sendiri aja"
Jean tersenyum simpul.
"Maaf ya, soalnya kan bentar lagi gue mau wisuda. Otomatis bakalan sibuk banget sama tugas kuliah"
Raniya tersenyum lalu berdiri menghampiri Jean.
"Yaudah gapapa, aku pergi sendiri aja. Aku ngerti kok"
Jean hanya mengangguk.
"Kamu mau pergi sekarang?" Tanya Raniya.
"Iya nih"
"Yuk aku antar sampai depan"
Jean hanya mengangguk. Jean berjalan mendahului Raniya.
"Jeannn" panggil Raniya.
Jean menoleh kebelakang.
Terlihat Raniya mengulurkan tangannya. Jean kembali menghampiri nya.
"Sorry gue lupa, gak terbiasa soalnya" bohong Jean.
Pria itu pun memegang tangan Raniya dan berjalan berdampingan dengannya.
"Aku maafin kali ini, tapi jangan lupa lagi" ucap Raniya.
Jean hanya mengangguk.
Mereka menuruni anak tangga, terlihat Luna sangat panas melihat kedekatan mereka.
Jean dan Luna saling menatap.
"Sarapan dulu Je, aku udah buatin sarapan buat kamu"
"Iya"
Raniya menghampiri meja makan, dan menyiapkan sarapan untuk Jean.
"Wah Raniya, kamu belajar dengan cepat ya" puji Amira.
"Kan Tante juga yang ngajarin" Raniya tersenyum malu.
Luna menghampiri Jean yang masih berdiri di dekat anak tangga sambil melihat handphone.
"Akting kamu kurang bagus" bisik Luna.
"Maksud Lo?"
"Jean... Kamu kenapa sih? Jangan bohongi diri kamu sendiri. Kalau kamu gak cinta, jangan lakukan"
Jean tersenyum miring.
"Sampai kapan Je? Sampai kapan kamu mengabaikan aku terus?"
"Sorry gue gak punya waktu buat ngomong sama Lo, calon istri gue udah nyiapin sarapan buat gue"
Jean pergi meninggalkan Luna.
"Ck.. Calon istri katanya?"
Luna pun menghampiri meja makan dan duduk di samping Wira.
"Selamat makan Jean" bisik Raniya pelan.
Jean hanya merespon nya dengan sebuah senyuman simpul.
Amira sangat senang melihat Jean dan Raniya. Akhirnya Jean bisa membuka hati kembali untuk perempuan lain setelah Luna. Walaupun sebenarnya Amira tau bahwa sangat sulit bagi Jean untuk melupakan mantan kekasihnya itu.
***
"Baju bayi nya lucu banget, mau beli.. tapi kecepatan gak sih kalau beli sekarang? Usia kandungan ku juga baru 5 bulan"
Mila kembali meletakan baju bayi tersebut.
"Kira-kira jenis kelaminnya apa ya? Mama udah gak sabar banget menunggu kehadiran kamu sayang" ucap Mila seraya mengelus perutnya.
Saat itu handphone nya berdering.
"Mila Lo dimana?" Tanya Raka.
"Ini aku lagi di mall" jawab Mila.
"Sama siapa? Sendiri?"
"Iyah sendiri"
"Lo gimana sih? Lo kan lagi hamil. Bahaya pergi sendiri, sharelok cepetan biar gue susul"
Saat itu juga dari jauh Mila melihat Shan yang juga menoleh kearahnya.
"Heii Mila??"
Mila menoleh ke sumber suara.
Ia terkejut melihat Shan dan Sanara memanggil nya dari jauh.
"Mila?? Lo denger gue ngomong gak sih?"
"Jangan kesini, aku bisa sendiri"
"Pokoknya gue susul, sharelok sekarang"
"Udah ya Raka"
Mila memutuskan panggilan telfon.
"Mama duluan aja, nanti aku susul. Aku mau ketemu Mila dulu"
"Yaudah mama kesana ya"
Shan hanya mengangguk, Sanara pun pergi ke tempat lain.
Shan berlari kecil menghampiri Mila.
"Lo disini juga? Udah lama banget ya kita gak ketemu. Gue kangen banget sama Lo. Lo apa kabar? Baik kan?"
"Ih Lo masih tetep bawel ya?" Mila terkekeh.
"Kabar gue.. baik kok, Lo gimana? Gue denger katanya Lo mau nikah?"
"Gue juga baik banget, ah iya gue mau nikah. Lo datang ya"
Mila hanya tersenyum.
"Iyah kalau ada waktu gue datang kok, selamat ya atas pernikahan lo"
"Ih apaan sih, belum nikah gue"
"Ya gapapa, gue mau jadi orang pertama yang ngucapin selamat"
Shan tersenyum malu.
Kemudian Shan memperhatikan sesuatu yang berbeda dari temannya itu.
"Ehh kok gue perhatiin Lo makin gemuk ya?"
Shan melihat perut Mila yang sedikit besar.
"Mila perut Lo?"
Mila hanya tersenyum, ia menyeka air matanya agar tak jatuh dan mengelus perutnya.
"Apa yang udah terjadi mil?" Tanya Shan.
"Gue hamil Shan"
"Siapa yang udah ngelakuin hal itu ke Lo?
"Ini semua kecelakaan Shan"
"Maksud Lo apa? Lo hamil Mila"
"Gue udah Nerima takdir gue, gue bakal jadi seorang ibu tanpa seorang suami"
"Lo harus minta pertanggungjawaban sama dia, Lo gak bisa diam aja"
"Gue udah pasrah Shan, keadaan apapun yang Tuhan kasih buat gue. Gue bakal terima dengan lapang dada"
Shan menangis dan memeluk sahabat dari SMP nya itu.
"Udah lah gak usah nangis gitu, calon pengantin itu harus bahagia"
"Gimana Lo bisa bercanda kek gini, ini gue beneran sedih"
Mila menepuk bahu Shan.
"It's okay Shan, semua udah terjadi"
"Lo yang sabar ya Mila, semoga dia cepat sadar dan mau bertanggung jawab atas perbuatannya"
Mila hanya tersenyum.
"Sorry banget gue gak bisa lama-lama, ini mama gue udah chattin gue dari tadi"
"Yaudah gapapa, makasih Lo udah nyamperin gue"
"Lo jaga diri baik-baik ya, dan jangan lupa datang ke pernikahan gue"
Mila hanya mengangguk. Setelah Shan pergi rasanya ia tak sanggup berdiri. Kakinya perlahan melemah, hatinya kembali terasa sesak. Bagaimana ia bisa menghadiri pernikahan itu? Pernikahan seorang pria yang tak lain adalah ayah dari anak yang dikandungnya.
Dari belakang seseorang menghapus air matanya dengan sapu tangan. Mila terkejut dan menoleh kebelakang.
"Raka?"
"Sini gue bawa belanjaan nya"
Mila tidak merespon dan tetap memegang paper bag tersebut.
Raka mengambil paksa paper bag tersebut.
"Disini ada Shan, kalau ketauan gimana?"
"Kita pindah mall"
Raka memegang tangan Mila dan menggenggamnya. Membawa Mila pergi dari mall itu.
Di luar mall Raka masih menggenggam tangan Mila.
"Kita udah diluar mall" ucap Mila.
"Gue baca artikel, katanya di usia 5 bulan kehamilan itu kaki pasti pegal-pegal, dan bengkak"
"Ekhmm.. Lo ngerasain itu gak?" Tanya Raka.
"Iyah sih, capek"
Raka berhenti, ia menyerahkan paper bag yang ia pegang kepada Mila.
"Pegang nih"
Mila memegang paper bag itu, sedangkan Raka bersiap untuk menggendong Mila ala bridal style.
"Ehh kenapa?? Lepasin malu tau"
"Tempat parkir masih jauh"
Mila pun pasrah digendong Raka, tapi jauh didalam hatinya ia merasa bahagia karena Raka begitu perhatian padanya.
"Thanks udah ngejaga rahasia kehamilan Lo dari Shan"
"Kamu denger semuanya?" Tanya Mila.
Raka hanya mengangguk.
"Kamu mau bertanggungjawab dengan cara seperti yang kamu sampaikan waktu itu, aku udah sangat berterimakasih sama kamu"
***
Jean
Ashana
Luna
Raka
Kamila
Endingnya kayak terlalu maksa sih Thor, harus nya buat Ampe ratusan episode Thor... sayang banget Thor 😭 bakal kangen Ama jean and Shan huhuhu /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/