Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi malam pertama
Prosesi pernikahan Sri dan Lucky sudah siap semua. Hari ini, acara akad nikah akan segera di laksanakan. Pengantin wanita sudah siap di kamar pengantin. Sedangkan pengantin pria sudah duduk di depan pak penghulu yang akan menikahkan mereka berdua.
Wajah Lucky tenang tanpa ekspresi. Sedangkan Frans dan melani, menabur senyum setiap saat. Apalagi Warti. Dengan pesta pernikahan putri bungsunya yang di gelar sangat meriah, apalagi kebahagian yang tidak bisa dia ungkapkan sekarang?
Semua lengkap. Semua mewah. Sanak keluarga yang dekat ataupun jauh, telah hadir bersama mereka menyaksikan putrinya di sunting seorang pemuda gagah dan kaya tentunya.
Lain lagi dengan Lucky. Dalam hati Lucky merutuki diri. Sangat merasa kesal terjebak dalam pernikahan yang tidak di inginkannya sama sekali. Otaknya selalu memikirkan Amira kekasihnya yang pasti saat ini sedang menangis karena kekasih hatinya sebentar lagi akan melangsungkan akad nikah.
keluarga Lucky hanya membawa orang yang di bayar untuk menjadi keluarganya. Bukannya Frans tidak punya sanak keluarga, Tapi Frans sudah lama memutuskan hubungan dengan mereka. Dia lebih memilih hidup bersama Melani istrinya ketimbang mengikuti kemauan keluarga.
Mereka hanya punya Ningrum, ibunya Melani. Neneknya Lucky itu sudah tua. Jadi tidak bisa ikut dalam acara pernikahan cucunya. hanya ada Beni, asisten Lucky yang selalu setia menemani.
"Silahkan pengantin wanitanya di bawa keluar" ujar pak penghulu ingin segera memulai akad nikah.
Lastri beranjak menuju kamar pengantin. Menemui Sri yang sudah bersiap di sana. Tampak Sri memakai kebaya putih dengan hiasan bunga melati di kepalanya.
"Ayo Sri. Kamu sudah di panggil itu"
Sri tampak tegang. Ini adalah momen sakral yang di inginkan terjadi hanya sekali seumur hidup. Tapi mungkin tidak bagi Sri. Pernikahan ini penuh dengan kesepakatan yang telah di ikrarkan. Sri dan Lucky menikah tidak dengan dasar cinta.
Tapi Sri tidak boleh menyerah. Dia harus bisa melewati ini. Sri menghela napas meneguhkan hati, lalu bangkit berdiri menyambut uluran tangan Lastri.
Lastri menggandeng Sri keluar kamar. Berjalan pelan menuju tempat akad nikah. S nya orang menatap Sri takjub. Sri tampak berbeda memakai baju pengantinnya. Yang sehari-hari biasa saja, malah terkesan cuek dan tomboy, kini memakai kebaya dan bersanggul dengan indah.
Sri tampak seperti putri keraton Jawa yang anggun. Jauh sekali dengan keadaannya sehari-hari. Semua undangan yang di dominasi dari keluarganya itu, bergumam riuh melihat kecantikan Sri.
Lucky sampai pangling melihat penampilan Sri. Kemarin dia melihat gadis kampung yang selalu melotot marah padanya. Tapi hari ini, Sri terlihat sangat berbeda. Lucky menatapnya tak berkedip. Sampai Sri berdiri di sampingnya, Lucky masih saja menatapnya.
Sri melirik Lucky. Ketika pandangan mereka bertemu, Lucky langsung tersadar akan keterpukauannya. Cepat-cepat dia mengalihkan pandangannya ke depan dengan salah tingkah.
Melihat Lucky salah tingkah, Sri tersenyum simpul. Lucu melihat lelaki itu dengan gugup berdehem menatap pada pak penghulu.
Sri duduk di samping Lucky. Pak penghulu bersiap menikahkan mereka. Setelah berbincang sejenak, tanya jawab dengan calon penganti, lalu pak penghulu memulai.
"Saudara Lucky Albronze"
"Ya, saya"
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Lucky Albronze bin Frans Albronze dengan Dewi Sri binti Broto Sumardi dengan maskawin emas seberat seratus gram di bayar tunai"
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Dewi Sri binti Broto Sumardi, dengan maskawin emas seberat seratus gram di bayar tunai!"
"Bagaimana saksi? sah?"
"Sah"
"Sah"
"ALHAMDULILLAHIROBBIL ALAMIIINN"
Semua serempak mengucap syukur. Telah resmi Lucky Albronze dan Dewi Sri menjadi sepasang suami istri hari ini. Semua orang turut berbahagia.
♥️
♥️
♥️
Bersandiwara itu sangat tidak enak rasanya. Harus selalu tersenyum dan terlihat mesra di depan semua orang. Menjaga nama baik keluarga. Dan itu semua hanya untuk menstimulus tujuan yang sebenarnya.
Begitulah yang di rasakan Lucky dan Sri. Menjalankan prosesi pernikahan adat Jawa itu tidak gampang. Berhari-hari. Dari mulai seserahan, siraman dan Midodareni, sampai acara akad dan prosesi lainnya harus mereka jalani.
Dan akhirnya semua selesai dengan baik. Rasa lelah seharian duduk di pelaminan dan bersalaman dengan orang banyak, kini akan terbayar dengan tidur yang melenakan. Begitu pikir Sri.
Tidak peduli lagi dengan keberadaan Lucky di kamarnya nanti. Yang terpenting sekarang tidur.
Sri membuka konde dan segala hiasan di kepalanya dengan malas. Rasa lelah sudah menderanya dari tadi. Setelah selesai, Sri duduk lemas di depan meja rias. Menunggu Lucky keluar dari kamar mandi.
"Maseee.. cepatan keluar. Awak ku wes remuk Iki" seru Sri meneriaki Lucky di kamar mandi.
Lucky keluar kamar mandi dengan mengomel. wajahnya cemberut kesal.
"Kecil sekali kamar mandi ini. Aku tidak bisa bergerak!" gumam Lucky seraya menyampirkan handuk ke bahunya.
Keluar dari kamar mandi sudah berpakaian. Mendengar itu, Sri tampak tidak senang. Tersinggung Lucky mengupati kamar mandinya.
"Mase, itu kamar mandi bukan kuburan! mosok sampe gak bisa gerak?"
"Apa tidak ada yang lebih besar?" Lucky melirik Sri sambil membuka kopernya di atas tempat tidur.
Sri bangkit berdiri. meraih handuknya dan berjalan ke kamar mandi.
"Ada. Ke belakang rumah sana. Ada kandang bebek yang kamar mandinya lebih besar dari koper mu itu" Ujar Sri sarkas sambil ngeloyor masuk ke kamar mandi.
Lucky jengkel sekali kalau Sri sudah menjawab semaunya saja. Melirik Sri skeptis. Sangat tidak suka melihat gadis pembangkang itu.
Lucky merebahkan tubuhnya di ranjang pengantin yang sudah di hias sedemikian rupa. Menyandarkan kepalanya di kepala tempat tidur berlasakan bantal. Mengecek ponselnya yang ia nonaktifkan satu harian penuh.
Banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari Amira kekasihnya. Membaca pesan yang bertumpuk di aplikasi chating. Amira menangis. Menumpahkan rasa sedih dengan untaian kalimat yang panjang. Membuat hati Lucky terisris perih.
Tapi mau bagaimana lagi. Amira belum mau menikah. Masih ingin menjaja Karir desainer nya sampai menggelar fashion show di Paris. Dan kendalanya juga Frans dan Melani tidak pernah menyetujui hubungan mereka. Jadi Lucky hanya bisa menuruti kemauan orang tuanya.
Amira menghubungi lewat video call. Cepat Lucky menjawab panggilan itu. Bangkit duduk tegak di tempat tidur. Menatap layar ponselnya dengan tegang. Tampak di layar ponselnya Amira menangis terisak.
"Hey, sayang.. ayolah. Jangan menangis" ujar Lucky menenangkan Amira.
"Hiikkss.. hiikkss.. bagaimana aku tidak menangis luck? kekasih ku menikah dengan gadis lain hari ini. hikkss... dan kau mematikan ponsel mu dari pagi... hikkss"
Amira terisak di seberang sana. Matanya sudah sembab karena terlalu banyak menangis. Hati Lucky semakin tersayat melihat Amira terisak.
"Maafkan aku sayang. Tapi, tenanglah. Ini hanya sandiwara. Jangan di ambil hati. Aku mematikan ponsel agar papi tidak curiga" Lucky menenangkan Amira yang sedang patah hati di seberang sana.
"Lucky.. hiikkss.. ini malam pertama mu dengannya. Apa kau akan melakukannya?"
"Tidak sayang. Tenanglah. cinta dan tubuh ku ini hanya milik mu"
"Jangan bohong luck. Hiikkss.. hikkss.. aku .. tidak sanggup membayangkan jika kamu melakukan itu dengannya. hikkss... biar aku.. aku bunuh diri saja"
"hey.. hey.. apa yang kau katakan sayang. Jangan bertindak bodoh. Aku tidak akan melakukan itu dengannya. Percaya lah Mira"
"Maseee...."
Tiba-tiba Sri berteriak dari dalam kamar mandi.
"Lihatlah.. hiikkss.. istri mu sudah memanggil mu untuk malam pertama luck.. huuuhuuu"
Amira semakin menangis kencang. Lucky sampai bingung harus bagaimana.
"Maseee... tolong ambilkan baju ku yang di kursiiii" Teriak Sri lagi dari dalam kamar mandi.
"Astaga!! diam lah!"
Lucky juga berteriak nyaring saking gemas pada Sri. Sangat tidak sopan menyuruh Lucky yang tidak pernah di perintah oleh siapa pun selama ini. Apalagi sampai mengambil dan mengantarkan baju ke kamar mandi? sungguh sial rasanya.
Kata-kata Sri itu semakin membuat Amira terisak pilu. Memikirkan Lucky sudah siap untuk malam pertama, makanya Sri sudah telan Jang.
"Sebentar masee.. Sri Ndak bisa keluar ini" teriak Sri lagi.
"Huuuhuu... kau belum membuatnya keluar luck!! hikkss.. hikkss" Amira semakin terisak.
"Oh tuhan!! tidak begitu sayang. Kau salah paham" Lucky mengusap wajahnya kasar.
"Maseee... cepetan looooh.. Sri mau keluar!!" Sri semakin mengencangkan teriakannya.
"Luuuck!! istri mu mau keluar!! hiikkss.. hikkss" Amira juga semakin menangis kencang
Lucky bingung. Bagaimana caranya meyakinkan Amira bahwa dia tidak berbuat apa-apa dengan Sri.
"****!!!" maki Lucky frustasi.
"Apa??!! kau memaki ku karena istri mu Luck??!! Amira melotot.
"Maaaseee... cepet maass!!" teriak Sri.
"Aaahh.. tidak Mira. Bukan begitu" Lucky semakin resah melihat Amira salah paham.
Ingin menjelaskan lebih lanjut. Tapi Sri tak henti berteriak dari kamar mandi. Dan Amira juga semakin terisak sedih dan sekarang meraung.
"Aahh.. sial!! tunggu sebentar sayang. Tunggu sebentar saja, oke?"
Lucky meletakkan ponselnya di tempat tidur. Segera beranjak meraih baju tidur Sri di kursi dekat jendela kamar. Menggedor pintu kamar mandi sedikit keras. Menyerahkan baju Sri dari balik pintu dengan tergesa.
Begitu Sri menerima bajunya, cepat-cepat Lucky kembali ke tempat tidur. Meraih ponselnya. Tapi sayang, wajah Amira sudah tidak ada lagi di sana. Amira sudah memutus panggilan videonya.
Lucky lemas. Pasti sekarang Amira sedang menangis terisak karena salah paham. Mencoba menghubungi Amira beberapa kali. Tapi Amira tidak mau menjawab panggilannya.
Sri keluar dari kamar mandi sudah berpakaian. Melirik Lucky yang terlihat sibuk menghubungi seseorang dengan cemas. Sri agak melirik dan melongokkan kepalanya sedikit ingin mengintip siapa yang di hubungi Lucky. Tapi ia teringat kesepakatan mereka. tidak boleh mencampuri urusan masing-masing.
"Ini gara-gara kamu!" bentak Lucky tiba-tiba.
Sri terperanjat. Heran kenapa Lucky jadi marah padanya.
"Loh! Sri salah opo Mase?" tanya Sri terbengong.
Lucky tidak menjawab. Hanya pandangan matanya yang tajam menatap Sri. Dia kesal sekali karena suara teriakan Sri lah Amira jadi semakin menangis sedih.
Lucky berbalik dan berjalan menuju pintu. Membukanya dan keluar kamar meninggalkan Sri begitu saja.
Sri hanya mengedikkan bahu. Tidak peduli kemana perginya Lucky. Dia sudah lelah seharian ini. dia ingin tidur dengan nyaman. Masa bodoh dengan Lucky. pria itu sudah dewasa, pastilah bisa mengurus dirinya sendiri.
"Oooaaaaahhhmmmm...."
Sri menguap dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Ingin mimpi indah malam ini untuk membayar lelah siang tadi. Urusan lucky, biarlah besok pagi saja.