udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.
ayok. ikuti kisahnya ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Di dalam mobil hitam yang melaju keluar dari kota L, Lia bersandar di pelukan Bara.
“Kenapa kau baru datang?” tanyanya lirih."Aku pikir aku benar-benar akan menikahi dua pria."
Bara menatap ke depan. “Kau menyesal?”
Lia terkekeh kecil. Ia mengatupkan mata, menikmati detak jantung Bara yang berirama, dalam pelukan hangatnya yang aman.
"Iya, sepertinya begitu. Aku jadi gagal merasakan dua basoka besar menembus tubuhku."
Bara menyentuh wajah Lia memaksanya menatap. "Lancang!" ujarnya mengusap bibir lembut Lia.
"Basoka-ku jauh lebih menggemparkan dari pada miliknya," gumamnya. Lalu mencium bibir Lia dengan membara. "Dia... Sudah tua... Loyo..."
Lia terkekeh, "Bagaimana denganmu, Tuan Bara?"
"Kamu mau diingatkan di sini?"
"Aahh, aku menyerah. Kenapa harus di sini?" Lia mengerling menggoda.
Bara menyentuh dagu istrinya. "Kenapa kamu cantik sekali dengan baju ini?"
"ini baju pengantinku. Awas saja kalau kau merusaknya," tukas Lia memicingkan mata. walau baru sebentar, dia cukup hapal dengan suaminya.
"akan ku buatkan 1000 kali yang lebih bagus. Tapi, aku menginginkanmu sekarang."
Lia terkekeh kecil, tangan bara sudah meraba bahu dan pinggangnya. Lalu tangan itu turun ke dada dan membuat pijatan kecil yang membuat Lia melenguh.
"aaahh~"
####
Di Aula Pernikahan, Sesaat Setelah Kepergian Bara dan Lia
Keributan masih memuncak. Para tamu saling bertanya-tanya, sebagian memutuskan pulang dengan tergesa. Tuan Takur berdiri di tengah aula, wajahnya merah padam. Gelas di tangannya dilempar ke lantai hingga pecah berhamburan.
“BAJINGAN!” teriaknya. “Dia mempermalukanku di hari pernikahanku sendiri!”
Basuki berdiri tak jauh darinya, memasukkan ponsel ke saku dengan tenang. “Tenangkan dirimu, Tuan Takkur. Kau tak mungkin menang jika melawan Bara.”
Tuan takur menoleh tajam. “Kau! Kau yang harusnya menjaga pernikahan ini tetap berlangsung. Tapi kau malah bersekongkol!”
“Sekongkol?” Basuki mendekat, senyumnya sinis. “Aku papa tirinya Lia. Kalau Bara mau mengambilnya kembali, siapa aku melarang?”
“Jadi kau tahu semua ini?”
Basuki mengangkat bahu. “Bukan urusanmu lagi. Lia sekarang milik Bara.”
Tuan Takur menggertakkan gigi. “Kau pikir kau akan aman hanya karena menyebut nama Bara?!”
“Aku tak hanya menyebut, Takur.” Basuki menepuk dada. “Aku bagian dari keluarganya sekarang. Dan kau? Hanya pria tua yang baru saja dipermalukan.”
Rika menarik lengan Papanya, cemas. “Papa, apa yang papa rencana kan?”
Basuki menoleh pada Rika dan Silva, lalu menatap seluruh tamu yang mulai melihat mereka dengan pandangan tak ramah.
“Sudah waktunya kita pulang,” katanya sambil membusungkan dada dan melangkah keluar dengan kepala tegak. “Ingat, aku Papa dari istri Bara. Dan itu tak bisa dibeli dengan semua uangmu, Takur!”
####
Di Rumah Basuki
Rika melemparkan tasnya ke sofa. “Ini tidak masuk akal! Kenapa Lia?! Kenapa selalu Lia?!”
Silva hanya duduk diam di sisi lain ruangan, memandang anak sambungnya tersayang dengan prihatin.
“Dia bahkan tak pernah bertemu Tuan Bara. Tapi tiba-tiba... jadi istri Tuan Bara?! Sejak kapan mereka menikah?!”
Basuki menyalakan rokok sambil duduk tenang. “Sudah, Rika. Jangan kehilangan kendali hanya karena gagal mendapatkan lelaki.”
“Gagal?! Bukankah tadi papa yang bilang ini kesempatan ku?”
“Rika sayang, jangan terbawa emosi. Kita semua juga kaget. Kita juga tak tau mereka punya hubungan yang dalam.” Silva akhirnya bersuara pelan.
"Tidak! Ini sangat tidak adil. Aku jauh lebih pantas, Ma! Kenapa Mama malah membelanya?"
“Cukup!” bentak Basuki. “lia mungkin sudah bersama Bara, tapi itu bukan akhir dari permainan.”
Rika menatap Papanya dengan bingung. “Maksud Papa?”
Basuki menyeringai. "Papa punya rencana..."
####