Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah ku
Saat ini Abizar dan Nia berada didalam pesawat. Setelah mendudukkan tubuhnya dengan nyaman, Nia bersandar dan memejamkan matanya yang terasa sangat mengantuk. Nia bahkan merasa sangat malu didepan Ibu mertuanya tadi pagi saat sarapan. Ibu yang menyadari aura kelelahan dan kurang tidur dari wajah Nia bertanya.
"Apa Nia baik-baik saja, sayang ?" pertanyaan ibu membuat Abizar menoleh kearah Nia.
"Iya, Bu. Nia baik. Kenapa ?" Nia balik bertanya. Ibu tersenyum mendengar jawaban Nia. "Ga apa-apa." lalu ibu menatap Abizar. "Abi, ibu tau saat ini Abi sedang bersemangat tapi harus lihat juga kondisi Nia. Kasihan Nia jadi kecapean dan kurang tidur."
Abizar yang tengah mengunyah makanan tiba-tiba tersedak mendengar perkataan ibu. Tentu saja Abizar mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya. Abizar langsung melihat kearah Nia yang sedang tertunduk menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu. Nia juga mengerti apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya itu. Sedangkan Melia terlihat santai menikmati sarapannya, mungkin karena tidak menyadari kecanggungan kakak dan kakak iparnya.
flashback on
Setelah pulang dari cafe Nia langsung masuk ke kamar, sedang Abizar kembali lagi ke cafe untuk menjemput Ibu dan Melia yang baru satu jam lagi akan pulang.
Nia yang memang merasa lelah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Entah sudah berapa lama dia tertidur, Nia terjaga dan mendapati seseorang sedang berbaring sangat dekat dengannya. Siapa lagi kalau bukan Abizar yang sedang tertidur nyenyak, laki-laki yang saat ini sudah menjadi suaminya. Nia ingin menggeser tubuhnya tapi itu tidak mungkin karena tubuhnya kini sudah berada di pinggir tempat tidur. Nia ingin menggeser badan Abizar tapi takutnya Abizar terbangun. Nia menatap ke sekeliling ruangan, tidak ada sofa maupun sesuatu yang lain yang bisa digunakan untuk alas tidur. Akhirnya Nia membekukan tubuhnya di sana dengan sangat tidak nyaman sehingga pagi hari.
Flashback end
Abizar mengguncang bahu Nia untuk membangunkan Nia dari tidur nyenyak nya. "Nia, kita sudah sampai."
Di dalam mobil, selama perjalanan pulang terjadi perdebatan kecil antara Abizar dan Nia. "Selama kita menikah, aku ingin kau tinggal di rumah ku." Kata Abizar tiba-tiba sukses membuat Nia terkejut.
"Aku tidak bisa. Sebaiknya kita tetap tinggal di rumah masing-masing." bantah Nia yang tidak setuju dengan keinginan Abizar.
"Sebagai seorang suami itu sudah kewajiban ku menyediakan tempat tinggal dan nafkah untuk mu." kata Abizar menerangkan.
Mendengar kata-kata kewajiban dan nafkah membuat Nia teringat dengan perkataan Ibu Abizar tadi pagi yang membuat hati dan pikirannya memikirkan banyak hal. "Tapi kita menikah karena ada alasan dan juga kita sudah berjanji untuk merahasiakan pernikahan ini."
"Aku tau. Aku yang meminta mu menikah dengan ku. Tapi pernikahan tetaplah pernikahan. Kita tetap suami istri apapun alasannya di balik pernikahan ini terjadi."
Tak terasa kini mobil yang dikendarai Abizar sudah sampai di depan rumah Nia. Ada seorang wanita yang sepertinya datang kerumahnya. Nia segera turun dar mobil dan menjumpai wanita itu.
"Eh, ibu. Sudah lama ibu di sini ?" tanya Nia
"Belum lama." jawab wanita itu.
"Ada apa ya, Bu ? Uang sewanya kan saya sudah bayar sampai bulan depan." ujar Nia.
"Iya. justru itu ibu mau ketemu kamu. Ibu mau mengembalikan uang sewa kamu bulan depan. Jadi kamu sewanya sampai ujung bulan ini. Ibu kasi tau dari sekarang supaya kamu bisa cari tempat tinggal baru." terang wanita itu panjang lebar.
"Lho, kenapa gitu, Bu ? Apa ibu mau naikin uang sewanya ?" tanya Nia. Sudah hampir satu tahun Nia tinggal di sini. Dia merasa sangat nyaman dan juga dekat dengan tempat kerjanya. Rasanya sayang untuk Nia meninggalkan rumah ini.
"Bukan gitu. Rumah ini mau ibu tempati karena ibu akan merehap rumah ibu yang sekarang."
Abizar tersenyum di belakang Nia karena dia dari tadi ikut menyimak pembicaraan dua orang wanita tersebut. Kini Nia tidak bisa beralasan lagi untuk menolak ajakan Abizar.