Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.
Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.
Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.
Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Mami Valen
Entah kenapa, setetes kristal meluncur dari sudut matanya seiring ia kembali membuka ingatannya saat masa-masa genting perusahaan keluarganya. Nenek dari ibunya memiliki banyak perusahaan. Salah satu anak cabang perusahaan yang bergerak di bidang kosmetika dikelola oleh ayah Karen. Namun, sebulan yang lalu perusahaan itu diambang kebangkrutan. Akibat keteledoran ayahnya, produk yang diproduksi besar-besaran dan mengeluarkan dana yang besar, gagal total di pasaran.
Keadaan itu membuat ayah dan ibunya hampir bercerai karena ibunya terus menyalahkan ayahnya. Tak mau perusahaan bersejarah itu mengalami kebangkrutan, nenek Karen meminta tolong pada Oma Darren. Terjadilah pernikahan bisnis antara Karen dan Darren.
Darren baru saja pulang dari kampus. Melihat seisi kediaman yang sepi membuatnya menebak jika Karen dan Oma Belle telah tertidur. Matanya langsung tertuju pada sebuah gelas kaca di atas meja. Ia mencium aroma menyengat dari cairan yang tersisa di gelas itu. Ia dapat menebak kalau itu adalah ramuan tradisional.
Darren masuk ke kamar. Ternyata Karen belum tertidur karena masih menahan nyeri di lambungnya. Melihat perempuan itu tak cerewet seperti biasa, ditambah lagi ekspresinya seperti sedang menahan sakit, Darren pun mendekatinya.
"Kamu kenapa?"
Karen tak menjawab. Malah berbalik membelakangi Darren sambil menahan rintihan kesakitan. Namun, tiba-tiba ia tersentak ketika Darren meraba dahinya dengan lembut.
"Kamu sakit? Kok berkeringat dingin?
Karen hanya bergeming seraya menatap Darren dengan gamang.
"Aku ambilin air hangat, ya?"
Saat Darren hendak beranjak, Karen malah menahan tangannya. "Kamu gak usah ke mana-mana. Di sini aja temani aku!" pinta perempuan itu.
Darren tertegun, kemudian mengangguk kecil. Setelah berganti pakaian, dia berbaring di samping Karen yang membelakanginya. Sebaliknya Karen mencoba memejamkan mata meski lambungnya masih berdenyut nyeri. Tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di perutnya. Ternyata itu adalah tangan Darren. Telapak tangannya yang kekar dan hangat mulai memijat lembut perut istrinya dengan gerakan memutar.
Saat Karen menoleh ke belakang, netranya langsung menangkap wajah teduh suaminya yang tersenyum lembut padanya.
"Kalau kayak gini masih sakit, gak?" tanyanya sambil terus memijat lembut.
Karen menggeleng. "Lumayan enakkan."
Darren mengangkat kepala Karen lalu meletakkannya di lengannya sebagai bantalan. Posisi ini membuat tubuh mereka merapat. Berada dalam kungkungan Darren, membuat Karen merasa tenang. Apalagi sentuhan lembut telapak tangan pria itu di perutnya dapat meminimalisir rasa sakit.
"Ren, jangan lembutin aku kayak gini, dong. Entar aku bisa jatuh cinta ma kamu," gumam Karen dalam hati. Sejujurnya, ia takut memiliki rasa yang tak terbalas pada pria itu. Sebab, pria seperti Darren terlalu sempurna untuknya.
Tak terasa waktu telah menjemput pagi. Suasana Jakarta tampak cerah, di mana langit memberanikan diri menunjukkan birunya yang indah. Karen berdiri di tempat penjemputan bandara.
Tak jauh darinya, ia bisa melihat ibunya yang baru saja turun dari pesawat, kini berjalan bagai model catwalk ke arahnya. Mami Valen adalah mantan model yang kini menjadi seorang sosialita berpengaruh di Jakarta yang gemar mengoleksi barang branded. Selain itu, ia juga di kenal dengan selera fashion yang tinggi. Ibu satu anak itu tampak awet muda meski telah memiliki anak berusia dua puluh tahun. Bahkan ia dan Karen terlihat seperti kakak beradik.
"Karen ...."
"Mami ...."
Ibu dan anak itu sama-sama membentangkan tangan sambil saling menghampiri. Keduanya berpelukan melepas rindu. Wajar saja, mami Valen memilih tinggal sementara waktu di USA ketika perusahaan yang dikelola suaminya hampir bangkrut. Dengan kata lain, ia tidak menghadiri pernikahan anak semata wayangnya.
"Karen, maafin mami. Mami benar-benar gak bisa bantah nenek kamu waktu itu." Mami Valen mengusap pipi Karen dengan penuh kasih sayang.
"Gak papa kok, Mi. Lagian menikah muda gak buruk-buruk amat, kok."
"Tapi kamu beruntung, loh, bisa menikah dengan Darren. Ya, setidaknya kalau kamu punya anak nanti, bisa mewarisi IQ suami kamu."
"Huuu ... mami, aku gak mau punya anak. Kesel banget kalau dengar pembahasan tentang anak." Karen mendadak bad mood, apalagi jika mengingat ramuan tradisional yang diminumnya semalam sehingga membuatnya mual-mual hingga sekarang.
Menggandeng tangan anaknya, mami Valen berkata, "Karen, ajakin mami ke rumah kamu sekarang, ya! Mami mau lihat tempat tinggal yang disediakan mereka buat kamu. Layak, enggak? Mami gak mau loh kalau kamu hidup susah."
"Tapi, Mi ...." Karen menggaruk-garuk kepala. Bukannya tak mau membawa ibunya ke rumahnya, masalahnya Oma Belle sedang menginap di apartemennya. Dia belum siap mempertemukan dua orang yang bertolak belakang karakter ini.
Jika Oma Belle sosok orangtua kolot yang penuh aturan, sebaliknya mami Valen adalah sosok orangtua modern yang sangat demokratis. Selain itu, ia terkenal memiliki mulut yang tajam dan selalu berbicara blak-blakan. Kalau mereka dipertemukan, bisa jadi tragedi Nagasaki dan Hiroshima terulang di apartemen yang ia tinggali.
Mami Valen terus membujuk Karen. Akhirnya, Karen pun membawa mami Valen ke apartemen yang ditinggalinya bersama Darren. Baru saja masuk, mereka langsung disambut hangat oleh Oma Belle yang kebetulan juga baru datang.
"Oh, jadi ini, ya, ibunya Karen? Gak kalah cantik dari Karen, ya?" puji Oma Belle.
"Oma juga masih terlihat awet muda, loh." Mami Valen balas memuji.
Sebenarnya mereka berdua tidak benar-benar saling memuji. Ya, bisa dikatakan itu hanyalah salah satu kalimat basa-basi yang sering digunakan orang Indonesia pada umumnya.
Oma Belle langsung mengalihkan pandangannya pada Karen. "Kar, Oma baru direkomendasikan, nih, ma teman Oma." Pada saat ini, ia menunjukkan sebuah obat hamil. "Ini obat herbal dari cina. Katanya zaman dulu bahan-bahan di obat ini sering dikomsumsi selir raja biar cepat dapat momongan," tuturnya menjelaskan.
"Ya, ampun, obat lagi?" Batin Karen serasa ingin berteriak. Pasalnya, efek ramuan semalam saja masih belum pergi hingga sekarang, dia harus meminum obat yang baru.
"Yuk, diminum dulu, yuk. Biar kamu cepet ada isi," ucap Oma Belle penuh semangat seperti biasa. Dia bahkan sudah membuka botol obat tersebut, dan menyodorkan kapsul berwarna merah ke bibir Karen.
Melihat ekspresi Karen saat ini, mami Valen langsung berkata, "Oma, kayaknya dah gak jaman deh, percaya-percaya obat-obatan kayak gitu. Ilmu kedokteran sekarang udah berkembang semakin hebat. Kok malah ngasih Karen obat produk jaman baheula. Ya, gak cocoklah!"
Suara dengan nada tak menyenangkan yang keluar dari mulut mami Valen membuat Oma Belle bereaksi. "Lah, memangnya kenapa? Justru produk-produk jaman dulu itu terbukti khasiatnya."
"Tapi kan kita gak tahu efek sampingnya. Mana tahu malah bikin otak sempit kayak situ!" Mami Valen mulai mengeluarkan jurus mulut berapi.
"Gak sopan banget, ya, kamu ngomongnya! Kalau gak ingat kamu anak teman aku sudah kusumpal mulutmu itu!" Oma Belle mendadak naik pitam karena mami Valen.
"Aduh, Karen. Jangan-jangan tiap hari kamu direcoki kayak gini," sindir mami Valen sambil menunjukkan raut khawatir pada anaknya. "Kalau kayak gini mending kalian tinggal sama mami aja."
Karen hanya mampu bermuka masam sambil meronta dalam hati. "Aduh ... kok mami malah mancing-mancing emosi Oma. Bisa habis nih aku! Don't you dare, mom, please!"
(N: Don't you dare\= Jangan Ngadi-ngadi)
Apa yang dikhawatirkan Karen pun terjadi. Hawa di apartemen itu serasa ada di sauna karena perdebatan sengit antara Oma Belle dan mami Valen. Takut Oma Belle dan mami Valen berselisih paham, Karen pun memohon pada ibunya untuk menjaga ucapannya.
Sepuluh menit berlalu, Darren baru saja pulang dari kampus lebih cepat dari biasanya. Baru saja keluar dari lift, Darren terkejut melihat seorang wanita berdiri di depan pintu apartemennya. Ternyata itu adalah mami Valen yang baru saja adu mulut dengan Oma Belle.
Mami Valen yang melihat kedatangan Darren langsung menghampirinya. "Kamu yang namanya Darren, pria yang nikahi anak saya?" tanyanya bernada judes.
"Ah, ibunya Karen, ya? Ayo, masuk, Bu," ucap Darren ramah sambil hendak membuka pintu.
"Enggak," tolaknya cepat sambil bersedekap.
Darren menoleh heran.
"Saya kasih tahu kamu, ya. Saya ngijinin Karen nikah sama kamu, bukan untuk nurutin semua keinginan Oma kamu," ucap mami Valen dengan penuh penekanan ala-ala mertua di sinetron.
Dari ucapan mami Valen, Darren bisa langsung menebak apa yang terjadi. Tak lama kemudian, pintu apartemen terbuka bersamaan dengan kepala Karen yang melongok keluar.
.
.
.
jangan lupa like dan komen ya
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅