Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Iri Hati
"Papaaaaaa...." Vega berteriak antusias dari depan pintu rumah, hingga kehalaman rumah saat melihat kedatangan Surya dari melakukan perjalanan bisnis.
"Sayangku," Vega dan Surya tampak berpelukkan.
Sreeettttt
Lensi menutup tirai kamarnya, saat melihat pemandangan yang membuatnya muak itu.
"Kemana kakakmu? apa dia ada dirumah?" tanya Surya.
"Ada." Jawab Vega singkat.
"Apa selama papa pergi dia tidak pergi kelayapan?" tanya Surya.
"Nggak pa. Semua anak kita patuh dan menjadi anak baik selama papa pergi. Apalagi Lensi, dia selalu berada di kamarnya. Sepertinya dia sudah menyadari, kalau dia sudah mau jadi seorang istri sebentar lagi," timpal Marini.
"Benarkah? kalau begitu kita harus secepatnya mengatur pernikahan antara Lensi dan Alex.
"Papa segera hubungi pihak calon besan, agar cepat mengadakan acara lamaran," ujar Lensi.
"Baiklah. Ngomong-Ngomong Vega, panggilkan kakakmu. Papa akan membagi oleh-oleh buat kalian," ucap Surya.
"Iya pa." Jawab Vega.
Namun baru saja Vega berbalik badan akan memanggil Lensi, Lensi turun dengan pakaian santainya sembari kedua tangannya masuk kedalam saku celananya.
"Echi. Kemarilah," ujar Surya.
Surya kemudian membuka tas kerjanya. Dan mengeluarkan tiga kotak perhiasan dengan warna yang berbeda.
"Didalam sini semuanya perhiasan berlian. Kalian bertiga silahkan memilih sesuai keberuntungan kalian masing-masing," ujar Surya.
"Kok gitu pa? Vega kan maunya anting-anting," tanya Vega.
"Diantara ketiga kotak ini, ada satu kotak yang nilai berliannya 10 kali lipat dari harga anting-anting. Yaitu kalung berlian. Papa nggak mau dikkira pilih kasih, jadi kalian pilih saja sesuai keberuntungan kalian," ujar Surya.
"Kalau gitu aku mau yang ini," ujar Vega sembari meraih kotak berwarna merah.
"Aku yang ini," ucap Lensi sembari meraih kotak dengan warna yang sama.
Lensi meraih sisa kotak yang ada, dan membukanya. Senyumnya mengembang sembari menenteng kalung ke depan wajahnya. Mata Marini dan Vega seperti hendak keluar dari sarangnya. Padahal mereka sudah memilih kotak yang paling besar.
Marini dan Vega membuka kotak mereka masing-masing. Vega mendapatkan sesuai apa yang dia mau. Sementara Marini mendapatkan sebuah cincin berlian.
"Apa kalian suka?" tanya Surya.
"Suka pa." Jawab mereka serentak.
Lensi melihat kearah Marini, dan menaikan satu alisnya kearah wanita parubaya itu. Dan bisa di pastikan kalau dia bersungut kesal saat ini.
"Wanita tua ini. Sudah pelakor, tamak, serakah, iri hati lagi. Apa di otaknya itu cuma ada duit saja? apa belum cukup menyabotase uang jajanku selama ini?" batin Lensi.
"Echi. Rencananya dalam waktu dekat keluarga Alex akan datang melamarmu. Persiapkan dirimu," ujar Surya.
"Baik pa." Jawaban Lensi sungguh membuat hati Surya senang. Dengan Lensi menikah, maka tujuannya akan tercapai.
Sementara itu Lensi punya tujuan sendiri menyetujui lamaran itu untuk sementara waktu. Karena dia sudah memutuskan untuk pergi dari rumah yang membuatnya merasa terasingkan itu.
"Kalian boleh tersenyum senang, karena mengira akan berhasil menyingkirkan aku dari rumah ini. Tapi kalian lihat saja, tidak lama lagi senyum senang kalian akan lenyap dari bibir kalian itu," batin Lensi.
*****
Dua minggu kemudian....
"Dew. Loe dimana sih? kok kagak pernah nongol lagi dimari?" tanya Riko diseberang telpon.
"Lagi di pingit. Lusa gue mau di lamar. " Jawab Lensi.
"Apa? kok loe kagak bilang-bilang Dew? loe nggak ngundang kita-kita?" tanya Riko.
"Apa loe lupa tentang rencana kita waktu ntu? saat ini gue cuma pura-pura jadi anak baek. Gue akan tetap kabur dari perjodohan ini." Jawan Lensi.
"Dew. Apa itu beneran kagak apa-apa ama bokap loe? takutnya dia nggak bisa nahan malu, terus kena serangan jantung," tanya Riko.
"Gue nggak bisa jelasin detil ama loe.l, yang pasti gue nggak terima dengan perjodohan ini." Jawab Lensi.
"Ya terserah loe aja. Hah...padahal kita-kita udah kangen pengen main bareng loe. Kita sekarang udah jago judinya," ujar Riko.
"Jago apaan. Bertahun-Tahun kalah muluk loe." Yang dijawab kekehan oleh Riko.
"Kalau gue menang dari loe, bisa jadi nanti panggilanku jadi dewa judi. Loe sih, nggak mau ngajarin gue trik biar menang," ujar Riko.
"Loe nggak cocok main judi. Cocoknya jualan marajengjeng." Jawab Lensi sembari terkekeh.
"Ya sudahlah, gue tutup dulu telponnya," ujar Riko.
Riko dan Lensi mengakhiri percakapan itu. Lensi menghela nafas, dan menoleh kearah pigura ibunya.
"Ma. Apa tindakkanku ini benar? aku sama sekali tidak menginginkan perjodohan. ini. Tapi papa sangat ingin melihatku menikah dengan pria pilihannya. Andai mama ada disini, mama pasti tidak akan menyetujui pilihan papa kan ma? karena mama paling tidak suka memaksakan kehendak pada orang lain,"
"Kenapa sih ma? kenapa orang sebaik mama begitu cepat pergi? kenapa mama nggak hidup lebih lama lagi, dan malah ninggalin aku sendiri gini. Papa sekarang sudah berubah, sejak mama meninggal dia begitu tidak sabar membawa selingkuhannya masuk kedalam rumah kita. Kini semua barang-barang mama jadi milik wanita itu,"
Lensi bicara pada pigura ibunya dengan lelehan air mata.
Flashback On
"Jadi selama ini kamu selingkuh mas? bahkan kamu sudah punya anak dari dia? keterlaluan kamu mas. Bisa-Bisanya kamu selingkuh, padahal waktu itu baru 2 tahun pernikahan kita. Dan sekarang anak itu cuma beda satu tahun dari Lensi. Aku kecewa sama kamu mas, aku mau kita pisah!" ucap Lilian.
"Tunggu Lilian. Kamu tidak bisa minta pisah dari aku gitu aja. Setidaknya kamu dengarkan penjelasanku dulu. Kamu tahu sendiri kita ini di jodohkan. Sebelum menikah denganmu, aku sudah memiliki kekasih, tapi tidak direstui orang tuaku. Kamu juga harus ngerti dong, perasaanku waktu itu bagaimana," ucap Surya.
"Ya sudah. Justru karena aku mengerti, makannya aku mau minta pisah sama kamu. Aku akan urus surat cerai kita di pengadilan," ujar Lilian.
"Tunggu! lalu bagaimana tentang pembagian perusahaan?" tanya Surya.
"Mimpi saja kamu kalau ingin mendapat bagian. Itu usaha keluargaku, bukan keluargamu. Perusahaan itu hanya boleh atas nama keturunan Sudrajat." Jawab Lilian.
Tanpa Surya dan Lilian tahu, Lensi mendengar pertengkaran itu dari awal hingga akhir. Lensi saat itu memang baru berusia 10 tahun, dia masih belum mengerti tentang masalah perusahaan. Tapi dia bisa mengerti, saat ini Surya sudah memiliki wanita lain selain ibunya.
Lensi melihat surya menerima panggilan telpon yang dia tidak tahu itu siapa. Sementara Lilina sudah pergi entah kemana. Lensi yang kebingungan akhirnya keluar dari persembunyiannya, dan pergi ke kamarnya sendiri.
Flashback Off.
Lensi meraih pigura ibunya dan mendekapnya di dada. Sampai saat ini dia tidak bisa mengingat dengan jelas bagaimana kejadian setelah itu. Tahu-Tahu Lilian meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal, yang menyebabkan mobil yang dikendarai Lensi jatuh ke jurang.
males ah klu rebut rebut