NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Reyhan

Simpanan Tuan Reyhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nova Diana

Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan Ibu dan Tania.

“Bu, Ibu. Saya akan pindah hari ini.”

Semua orang terdiam, pandangan mata mereka tertuju pada Ibu, kaget.

“Maaf, bu, mendadak. Rumah kami sudah terjual, jadi saya mau pindah ke kampung saya.” Ibu melanjutkan perkataannya.

Ada guratan sedih di masing- masing wajah para Ibu- ibu itu.

“Bu, wati kenapa mendadak. Saya masih punya hutang ke, ibuk. Bu wati mau berangkat jam berapa? Nanti saya carikan pinjaman dulu.”

“Iya, bu. Saya juga.”

“Saya juga.”

Yang lain ikut menimpali, hampir semua orang punya hutang ke Ibu, tidak banyak memang, tapi namanya hidup di kampung dengan pekerjaan suami mereka yang serabutan kadang ada kadang tidak.

Ibu sangat memaklumi, karena Ibu juga pernah merasakan hal itu.

“Tidak perlu. Semua hutang kalian saya anggap lunas, dan sayuran juga isi warung akan saya bagikan. Anggap saja ini sebagai perpisahan kita.”

Tania tau ibunya sedih saat mengatakan perpisahan, tapi wajahnya tetap tegar, tidak terlihat sedih.

Bukannya senang, ibu- ibu itu malah diam, tidak enak menerima yang Ibu tania katakan. Mereka sangat tahu bagaimana sulitnya hidup ibu tania. Jadi mereka tidak mau membebani.

“Buk. Kok pada diem, ayo dipilih. Entar kesiangan loh masaknya.” Tania mencairkan suasana sendu.

“Beneran, nggak papa, Buk.” Masih belum yakin, apakah mereka tidak terlalu serakah, begitu pikirnya, hutang dianggap lunas saja sudah syukur alhamdulilah, ini malah diberi sayuran gratis.

“Bener, ayo dipilih. Jangan sungkan.”

Ibu tania mengambil beberapa ikat sayur dan diberikan pada ibu muda itu. Yang lain ikut memilih, wajah senang dan sedih bercampur jadi satu.

Satu persatu ibu- ibu itu telah memilih dan mengambil beberapa lauk, ibu membungkus cabai, dan bawang menjadi satu dan membagikan rata ke semua tetangganya. Bahkan yang tidak belanja hari ini pun mendapat jatah.

Anak- anak yang ikut belanja ibunya juga dapat satu kresek jajanan dan permen, wajah anak- anak itu sangat riang gembira menerima yang Tania berikan.

“Makasih ya, kak cantik.” Ucap anak laki- laki dengan malu- malu, dan bersembunyi di belakang kaki ibunya.

“Iya adik kecil. Nanti berbagi sama kakak, ya.” Tania berjongkok, menghampiri anak itu, namun ia malah tambah malu, dan makin bersembunyi. Tania tertawa melihat tingkah lucu anak- anak itu.

“Wah- wah Bu wati sudah kaya ini, bisa bagi- bagi in sayuran.” Bu dewi datang, langsung memilih sayuran tanpa disuruh.

“Iya, buk. Saya mau pindah soalnya.” Ibu menjawab lembut.

“Iya, saya tahu, sudah diberitahu yang lain. Makanya saya kesini, sayurannya ini aja, bu?” bu dewi membolak balik sayuran yang ingin di ambilnya.

“Sudah habis dengan yang lain, bu. Bu dewi telat.” Tania menjawab.

Bu dewi tampak memperhatikan leher, tangan dan jari Ibu matanya tajam melihat ke kilau kuning yang ada di tubuh ibu.

“Baru tuh, buk. Asli?” Bu dewi menunjuk tangan Ibu yang memakai gelang.

“Alhamdulillah asli, buk.” Ibu menjawab santai, tidak terpancing oleh bu dewi.

“Eemm.” Bu dewi manggut- manggut “kecil, ya. Berapa gram?” Masih penasaran dengan yang di pakai Ibu karena seumur hidup bu dewi tinggal di sini, belum pernah melihat Ibu memakai perhiasan.

“Nggak tau, bu. Tania yang membelikan.” Ibu menunjuk putrinya, Bu dewi beralih pandang ke Tania yang tersenyum.

“Ah, kecil, kok bu. Aku aja lupa berapa.” Tania menjawab, tidak mungkin juga dia jawab beratnya, bisa- bisa ibu syok.

“Oh, pantesan, keliatan kok.” Bu dewi yang memakai daster lengan pendek itu menyodorkan tangannya yang penuh dengan emas, lalu menyentuh lehernya yang juga ada emas disana.

Padahal tanpa di pamerin pun, dari jauh juga terlihat kilau emas di tubuh Bu dewi.

“Kalau punya saya, sih. Di total semua ada kali, tiga puluh gram emas dua puluh dua karat .” Bu dewi berkata dengan nada sombong.

Tania melipat bibirnya, menahan agar tawanya tidak keluar.

Ppfffttt. Bahkan masih lebih besar kalung ibu yang hanya satu tanpa permata. Ternyata emas besar bukan berarti banyak, ya. Tania membatin, ingin sekali dia bicara.

“Kalau punya bu wati berapa karat?” Ternyata Bu dewi masih penasaran tentang emas ibu.

“Tidak, tahu buk. Berapa ya, Tania?” Ibu bertanya dengan polosnya, sungguh ibu itu tidak punya pikiran buruk sama sekali apa gimana sih.

“Emas murni, bu dewi. Sembilan puluh sembilan koma sembilan karat.” Tania menanggapi juga akhirnya. Penasaran juga bagaimana reaksinya.

Ibu- ibu yang lain tertawa kecil, menertawai kesombongan Bu dewi. Bu dewi terlihat kesal sekarang. Tapi meski kesal, Bu dewi tetap mengambil beberapa sayuran dan juga meminta minyak goreng serta gula.

Ibu yang baik hati, memberi yang bu dewi mau, malah menambahkan beberapa jajanan untuk anak bu dewi.

Hari sudah menjelang sore, ibu selesai di warung siang tadi. Barang- barang di kardus sudah ada di depan rumah, menunggu mobil jemputan Ibu. Sedangkan pak budi sudah datang dari tadi untuk mengantarkan Tania ke bandara.

Saat sedang menunggu, segerombolan ibu- ibu datang. Membawa beberapa kotak bolu ban dan bolu coklat untuk Ibu Tania.

“Nggak usah, repot- repot Bu, ibu. Tapi terima kasih untuk ini ya.” Ibu menerima bolu pemberian tetangganya.

“Saya mohon maaf kalau selama tinggal disini saya sering membuat kesalahan. Membuat ibu- ibu yang lain tidak nyaman.” Kata Ibu membuat para tetangga menangis, mereka sedih, tetangga mereka yang paling baik hati pindah.

“Bu, nanti saya curhatnya sama siapa kalau ibu pindah. Hiks.” Seorang ibu muda menangis, sarti namanya, ia kerap curhat pada Ibu saat ada masalah dengan suaminya dan ibu mertuanya. Sarti merupak orang luar desa, dan tinggal disini ikut suaminya.

Ibu menjadi tempat curhat yang baik, memposisikan diri dengan sangat baik, tapi tidak pernah menjelekan orang lain. Sarti menganggap Ibu sebagai ibunya sendiri.

“Sarti, kamu itu kuat, Ibu tau itu. Yang penting tetap jadi orang baik.” Ibu mengelus pundak sarti, membuat tangisnya pecah. Disambut ibu tangisan ibu- ibu yang lain. Mereka berpelukan bersama.

Mobil jemputan ibu datang.

Ibu berjalan ke depan gang, menggandeng tangan Tania. Barang- barang ibu di bawa bergotong royong oleh ibu- ibu lainnya dan juga pak budi.

Sampai di samping mobil yang pintunya sudah terbuka, Ibu melepaskan tangan Tania, memeluk tubuh anak semata wayangnya lama. Tania menahan tangis di pundak Ibu, Tania tidak ingin menangis di hadapan ibu.

Ibu mencium pipi dan juga kening anaknya, “hati- hati di jalan, ya Nak. Doa ibu akan selalu menyertai langkah, Nia.” Kini ibu mengelus rambut anaknya.

Tania sekuat tenaga menahan bulir di matanya, tersenyum saat ibu melihatnya.

“iya, bu. Ibu hati- hati di jalan. Sampaikan salam Tania buat pakde dan bude.”

“Baik, sayang.” Ibu menggandeng tangan tania lagi.

“Saya pamit ya buk. Doakan saya, ya.” ibu berteriak pada Ibu- ibu yang sudah menangisi kepergian ibu. Serempak mereka menjawab.

“Hati- hati di jalan, bu wati.”

“Jangan lupakan kami.”

Ya, seperti inilah hidup, dimana ada pertemuan, pasti ada perpisahan.

Ibu masuk kedalam mobil, melepaskan tangan Tania perlahan sebelum pintu mobilnya di tutup.

“Hati- hati, Bu. dadah.” Tania melambai dengan wajah ceria, namun hatinya sudah menangis dari tadi.

Mobil Ibu sudah hilang dari pandang, kini Tania yang berpamitan dengan yang lain.

“Tania pami, bu.” Tania menunduk sopan, lalu masuk ke mobil.

Saat pintu tertutup, barulah ia menangis sejadi- jadinya. Air mata yang ia tahan tumpah, suara isakan yang menyayat hati terdengar dari Tania.

Pak budi menyalakan musik, tidak sanggup mendengar tangisan Tania. Pak budi yang baru beberapa hari bertemu ibunya saja merasa sedih karena Ibu Tania memang baik, luar biasa kepada orang lain. Apalagi Tania sebagai anaknya.

Mobil terus melaju menuju polsek, karena masih ada yang harus Tania urus.

1
Nova Diana
salah masukin jam update dear 🫠 akunya ga buka app. ternyata ga update🙏
Azli Jailani
akhirnya up jg kok lama Thor up nya
Nova Diana
Hallo Readers. Mohon dukukangan untuk pemula seperti aku, ya. Tinggalkan Like dan komentar kalian. Jika ada yang kurang mohon di sampaikan untuk aku perbaiki, ya. Terima kasih. 🫶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!