Gadis cantik yang bernama Vanilla Jasmine untuk pertama kali dalam hidupnya ia terbangun di sebuah hotel bintang lima bersama seorang pria berumur. Vanilla Jasmine kerap dipanggil Lala oleh orang-orang terdekatnya. Lala tidak pernah menyangka bahwa malam dimana ia pergi dengan teman-temannya malah berakhir tidur dengan seorang pria yang Lala yakini pria tersebut bukan orang biasa. Memutuskan kabur dan menghilang agar tidak menambah masalah justru membuat beban baru bagi Lala. Beban yang tidak bisa dihapuskan begitu saja. Beban yang akan mengubah kehidupan Lala berikutnya. Beban akibat Lala kehilangan kehormatannya malam itu, tepat satu bulan Lala mengetahui jika ia tengah berbadan dua. Lalu apa yang akan Lala lakukan? Simak selengkapnya.
Peringatan🗣️🗣️🗣️
Cerita ini adalah murni hasil karangan imajinasi author dan seluruhnya adalah fiktif belaka. Semoga pembaca tidak larut dalam cerita sehingga tidak membawanya ke dalam dunia nyata. Cerita ini hanya hiburan, ok!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diamond ice, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. DNA
Langkah Lala tergesa-gesa untuk segera sampai di sekolah triplet. Ia terkejut begitu mendengar triplet mendapatkan masalah di sekolahnya. Lala bahkan sampai harus menyerahkan tanggung jawabnya kepada karyawan yang ada di kedai.
Usai sampai di ruangan yang bertuliskan ruang konseling, Lala segera memasuki ruangan tersebut. Disana ada ketiga putranya dan beberapa guru pengajar. Lala melihat triplet duduk dengan kepala yang tertunduk. Ia takut terjadi sesuatu dengan putra-putranya.
'' Selamat siang,'' ucap Lala memberi salam.
'' Selamat siang, ibu Lala. Mari silahkan duduk! '' ucap guru yang mengajar di sekolah triplet.
Lala mengambil tempat duduk di sebelah anak-anaknya. Triplet masih menunduk menghiraukan kedatangan Lala.
'' Jadi ada apa sebenernya bu? Apa yang terjadi dengan anak-anak saya?'' tanya Lala tidak sabaran.
'' Jadi begini Bu Lala. Kami selaku guru dan kepala sekolah di sini mendapatkan kabar jika ketiga putra anda terlibat masalah. Mereka mengeroyok sesama murid di sekolah ini,''
Lala terkejut mendengar penjelasan dari kepala sekolah triplet. Apa ia salah dengar? Mana mungkin triplet yang kesehariannya selalu berperilaku baik berbuat hal yang tidak pernah Lala ajarkan sama sekali.
'' Kami dari pihak sekolah tentu kecewa dengan perbuatan anak ibu. Disini kami perlu tindakan tegas untuk memberikan pelajaran khusus terhadap mereka,'' ucap kepala sekolah.
Triplet masih terdiam. Lala juga masih mendengarkan penjelasan dari kepala sekolah triplet.
'' Maaf bu. Bisakah saya mendengar penjelasan dari mereka terlebih dahulu?'' potong Lala ingin mendengar penjelasan dari triplet.
'' Silahkan saja bu. Mungkin dengan ibu mereka mau menjelaskan. Karena sedari tadi kita sudah bertanya mereka hanya diam,''
Lala beralih menatap ketiga putranya. Lala masih tidak habis pikir kenapa secara tiba-tiba mereka bisa menyakiti orang lain.
'' Apa kalian ingin menjelaskan sesuatu kepada mama?''
Tidak ada sahutan dari ketiganya. Mereka hanya diam tanpa berani menatap wajah Lala. Lala menghela nafas, ia tahu mungkin anak-anaknya masih belum mau bercerita.
Kemudian Lala memutuskan untuk meminta ijin triplet agar pulang terlebih dahulu. Kepala sekolah triplet memberikan keringanan agar triplet mau menjelaskan kronologinya. Kepala sekolah akan memberikan mereka hukuman jika mereka memang benar-benar melanggar aturan sekolah. Namun jika mereka memiliki alasan tertentu maka kepala sekolah akan mengambil jalan mediasi yang juga melibatkan wali dari murid yang menjadi korban.
Sesampainya di rumah Lala menyuruh triplet untuk berganti pakaian kemudian makan siang. Usai makan siang Lala memberikan waktu kepada triplet untuk tidur siang agar ketika mereka ditanya, mereka tidak merasa sedang diintimidasi.
'' Jadi , siapa yang akan menjelaskan kepada mama tentang masalah kalian di sekolah? ''
Lala mendudukkan triplet di ruang tamu rumah mereka. Saat ini ia ingin mendengar penjelasan secara langsung tentang ulah mereka tadi siang.
'' Mereka menghina Oliver ma. Mereka bilang Oliver tidak punya papa,'' ujar Max memulai.
'' Awalnya Oliver diam saja, karena memang itu kenyataannya. Tapi bocah itu bilang lagi kalau mama hamil di luar nikah dan itu adalah sebuah aib. Mereka menghina ma, Oliver tidak terima. Oliver pukul saja bocah itu,'' jelas Oliver.
Lala terkejut anak-anaknya mendapatkan hinaan seperti itu. Apakah selama ini triplet selalu mendapatkan cacian seperti itu. Lala berpikir betapa buruknya dia. Sebagai ibu bahkan ia tidak tahu kondisi anak-anaknya di lingkungan sosial.
'' Oliver nak, mengapa kamu seperti itu? Tidak baik menyelesaikan masalah dengan kekerasan,''
'' Mereka menghina mama. Max dan juga Matt ikut berkelahi dengan bocah itu,'' ungkap Max selanjutnya.
'' Matt mengapa kamu diam saja tadi? Diantara kalian kamu yang paling dewasa Matt. Mengapa kamu tidak mencegah kedua adik kamu berkelahi. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan kalian nanti? ''
'' Mereka menghina mama. Matt juga tidak terima,''
Lala menghela nafas. Triplet memang anak yang baik, namun jika menyangkut Lala maka triplet akan bertindak layaknya orang dewasa.
'' Sebaiknya kalian lanjutkan belajar. Mama akan mencoba mediasi dengan orang tua teman kalian besok,'' ucap Lala menyudahi obrolan mereka.
'' Hilih. Bocah itu bahkan sudah bukan menjadi teman kita lagi,'' ucap Oliver.
'' Kamu bahkan masih bocah juga Liv,'' sahut Max.
...****************...
Hari ini triplet sedang berjalan-jalan di sekitar mall. Lala tidak ikut karena harus mengurusi kedai yang kebetulan sedang ramai. Sehingga triplet berjalan-jalan di mall bertiga ditemani oleh salah seorang tetangga Lala.
Lala mengijinkan triplet untuk jalan-jalan agar mereka melupakan masalah yang kemarin. Untung saja kemarin kepala sekolah triplet berhasil menjadi mediator yang baik diantara Lala dan wali murid dari teman triplet. Orang tua teman triplet tidak mempermasalahkan itu dan menganggap ini sebagai pertengkaran anak kecil biasa.
Lala beruntung karena memiliki tetangga yang pengertian. Dia dengan senang hati mau mengajak triplet jalan-jalan. Lala merasa aman menitipkan triplet kepada tetangganya. Ia tidak berfikiran buruk karena ia tahu seluk beluk si tetangganya.
'' Max, apa kamu melihat sesuatu yang bisa dibeli?'' tanya Oliver.
'' Nothing,'' jawab Max.
'' Kalau kamu Matt? ''
Pertanyaan Oliver hanya dijawab gelengan oleh Matt. Mereka bertiga asyik mengitari stand-stand mall yang menjual berbagai aneka macam barang.
'' Apakah disini menjual perekam rahasia atau mungkin penyadap suara ? '' tanya Matt.
'' Entahlah mari kita berkeliling lebih jauh,''
Mereka masih asyik melihat-lihat barang apa saja yang dijual di mall. Sedangkan si tetangga Lala sibuk bermain hp sambil mengikuti triplet dari belakang.
Di tempat yang sama Jason sedang menemani Karen berbelanja. Tidak setiap hari atau lebih tepatnya jarang, Jason mau menemani Karen berbelanja.
'' Sayang, terima kasih kamu sudah menemani aku berbelanja,'' ucap Karen memeluk tangan Jason erat.
'' Sama-sama,'' jawab Jason sekenanya.
Ketika hendak memilih toko yang akan dituju, secara tiba-tiba Oliver menghentikan kedua saudara kembarnya. Ia menahan saudaranya kemudian menyuruh mereka melihat seseorang yang saat ini dipandang penuh oleh Oliver.
'' Kalian lihat laki-laki itu. Laki-laki dengan kemeja hitam dan jas berwarna abu-abu,'' tunjuk Oliver kepada Jason yang tengah berdiri di depan toko pakaian terkenal.
'' Mengapa wajahnya sangat mirip dengan kita? Apakah benar dia papa kita? '' ucap Max.
'' Benar banget. Wajahnya sangat mirip. Aku rasa dia benar papa kita. Ayo kita kesana siapa tahu dia mau menemui kita?'' ajak Oliver.
'' Kita tidak boleh gegabah. Kalaupun dia papa kita, kita harus membuktikan itu dengan bukti yang benar!'' ucap Matt mencegah adiknya menemui Jason.
'' Mari kita lakukan penyelidikan. Aku sudah mendapatkan ide,'' ucap Max.
...****************...
'' Sayang, kenapa sih kita harus berdiri di parkiran seperti ini?'' tanya Karen.
'' Kita tunggu Fernando dulu. Setelah ini aku dan dia akan ada pekerjaan. Kamu nanti pulangnya diantar supir,'' jawab Jason.
Karen mengerucutkan bibirnya. Ia kesal selalu Jason lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya. Posisi mereka saat ini adalah berada di parkiran mall yang mereka kunjungi.
'' Selamat siang, tuan dan nyonya. Maukah kalian membeli topi-topi saya? '' tawar seorang bocah kecil yang berjualan topi.
'' Hei bocah. Mengapa kamu disini? Lebih baik kamu pergi. Merusak pemandangan ku saja. Mana disini panas lagi, cepat pergi dari sini, '' usir Karen sembari mengibas-ibaskan tangannya.
Saat ini cuaca sangat terik. Terlebih parkiran mall itu berada di luar ruangan. Karen yang tak terbiasa panas kini kulitnya sudah terbakar layaknya kepiting rebus.
'' Coba sini saya lihat,'' ujar Jason yang entah sejak kapan ia memiliki rasa tidak tega.
Jason mencoba-coba berbagai model topi yang ditawarkan. Topi yang dijual bocah itu tampak biasa namun karena Jason kasihan akhirnya dirinya membeli semua dagangan itu.
'' Saya beli semua topi kamu,''
'' Terima kasih, tuan ''
Bocah itu berlalu dengan membawa uang dan topi ia sisakan karena merupakan pesanan orang lain.
'' Jason buat apa kamu beli topi sebanyak itu? ''
'' Diam lah. Supir sudah datang sebaiknya kamu pulang,''
Sedangkan tak jauh dari posisi Jason dan Karen berdiri, terdapat seorang bocah penjual topi dan saudaranya.
'' Bagaimana Liv? Apakah kamu berhasil? '' tanya Max.
'' Tentu saja. Kemampuan berakting ku tidak mungkin diragukan. Lalu kita apakan barang ini ?'' ucap Oliver menjulurkan topi yang ia sisakan.
'' Ambil rambut yang tersangkut di topi itu. Setelah ini mari kita bawa ke rumah sakit untuk tes DNA,'' ucap Matt.
'' Matt mana mungkin kita melakukan itu? Kita di mata orang lain adalah seorang anak kecil. Lalu bagaimana bisa kita ke rumah sakit sendiri terus tiba-tiba ingin melakukan tes DNA,'' sahut Max.
'' Ada Mbak Ira tetangga kita. Aku yakin dia pasti mau. Kita bisa memberinya uang hasil penjualan data yang kita dapat dari perusahaan yang kita retas,'' jawab Matt.
Pendapat Matt disetujui oleh Oliver dan Max. Mereka sepakat akan bekerja sama dengan Mbak Ira yang merupakan tetangga yang dipercayai Lala untuk menjaga triplet.
Lalu dengan uang mereka secara diam-diam tanpa sepengetahuan Lala memiliki bisnis di dunia hitam. Mereka meretas data perusahaan kemudian mengambil data mereka lalu dijual terhadap pesaingnya. Triplet tentu menggunakan identitas palsu agar tidak ketahuan oleh orang lain.
Perusahaan yang datanya diretas oleh triplet tidak mengalami kebangkrutan, karena triplet hanya mengambil sebagian besar dari kekayaan perusahaan tersebut. Untung saja selama ini nama triplet di dunia bisnis gelap belum terendus oleh pemerintah. Jika sampai ketahuan maka tamatlah riwayat mereka.
Sudah satu minggu dari hari dimana triplet bertemu dengan Jason. Kini kabar yang mereka nanti sudah ada di depan mata. Mereka saat ini tengah berada di kamar mereka dengan memandangi sebuah surat yang diberikan oleh Mbak Ira tetangga Lala.
Mereka sangat ingin tahu apakah dugaan mereka itu benar atau tidak.
'' Matt kamu kan yang lebih tua, cepat buka itu surat. Aku sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya, '' ucap Oliver tidak sabaran.
Matt dengan cepat membuka amplop yang berisi surat tersebut. Surat yang dikeluarkan oleh sebuah instansi rumah sakit itu menampilkan fakta nyata jika Jason adalah ayah kandung triplet.
'' Tuh kan! Apa aku bilang kalau orang kemarin adalah ayah kita. Namun sayang, kita belum tahu namanya. Ini saja data hasil memanipulasi menggunakan nama suami Mbak Ira,'' ucap Oliver.
'' Tapi setidaknya kita sudah tahu siapa papa kita sebenarnya. Lalu yang jadi pertanyaan mengapa dia tidak pernah menemui kita? Apakah dia tidak mau mengakui kita? ''
'' Triplet, kalian sedang apa?'' ujar Lala yang tiba-tiba masuk ke kamar triplet.
Lala melihat sekeliling ruangan triplet, takut jika anaknya berbuat ulah tanpa sepengetahuannya. Ia memang mendukung triplet aktif di dalam apapun namun ia juga harus memantau mereka agar tidak melebihi batas.
'' Tidak ada apa-apa,'' jawab triplet bersamaan.
'' Baiklah saatnya makan siang. Ayo ke meja makan! '' ajak Lala terhadap triplet.
Dengan segera mereka mengikuti Lala menuju ke meja makan agar Lala tidak menaruh kecurigaan yang lebih banyak. Kini mereka makan siang dengan lahap. Masakan Lala selalu jadi yang terbaik. Triplet mandiri mereka makan sendiri tanpa bantuan Lala. Lala tersenyum mengingat hal dimana dirinya memaksa menyuapi triplet dan berakhir penolakan keras oleh sang anak. Lala merasa jika anak-anaknya tumbuh terlalu cepat.
klo hanya menganggap lala wanitamu...bukan kekasih atau calon istrimu...kenapa kamu berbuat seenaknya pada lala...lelaki tipe sprtimu memang tdk bisa di jadikan contoh baik untuk lala terutama triplet...jijik dgn cara murahanmu...kamu sendiri yg melecehkan lala,kau anggap lala sprri wanita murahan...obsesimu yg keterlaluan akan merugikan dirimu sendiri...jngn terlalu percaya diri dan egois ..tdk semua wanita bisa kau anggap murahan sprti bekas wanitamu...
lanjut daja lah thor.../Chuckle/
horang kaya memang sperti itu sikapnya...ga pria ga wanita,sama saja kelakuannya...sombong dan sok kuasa...
kalau masih tetap dikota yg sama dan sekolah yang sama...
biar gampang dilacak ya🤣
coba bayar... bela yang salah pun mau🤣