Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VideoCall
Sudah enam bulan Arin menjadi warga komplek sini, dan selama itu juga Arin menjadi pengasuh dari Meimei, anak tetangganya.
Sangat tak terasa, Arin bahkan tak percaya ia bisa melewati hari-hari dengan penuh warna, dikelilingi orang-orang baik yang selalu bisa menutupi luka di hatinya.
Arin bersyukur bisa mengenal mereka semua, terutama mengenal Meimei si gadis cantik yang selalu membuat Arin tertawa.
Kehidupan Arin dan Noval yang semula sepi kini justru ramai akan kehadiran sosok gadis kecil itu, noval juga semakin bersifat dewasa. Sering mengalah dan selalu menghibur Meimei ketika sedang menangis.
Meimei pun seolah tak bisa jauh dari Arin, Arin sudah seperti Ibu sungguhan baginya. Malah beberapa kali Meimei menginap di rumah Arin karena tak mau berjauhan dari wanita itu.
Sonny bahkan tak bisa membujuk dengan apapun, ia kalah jika harus bersanding dengan Arin. Bahkan dengan mbak Ayu saja Meimei masih merengek agar Sonny selalu menemaninya.
Disisi lain Sonny ikut senang tetapi disisi lain Sonny juga ikut khawatir, Arin bisa saja pergi kapanpun, tak ada ikatan lebih diantara mereka. Bagaimana jika Arin pergi suatu saat nanti? Apa yang akan terjadi pada Meimei? Akankah dia bisa dekat lain dengan wanita lain sama seperti dengan Arin?? Sonny tak yakin akan hal tersebut.
***
Arin mendudukkan Meimei di atas rajang setelah mereka berdua mandi bersama, bukan hal yang aneh lagi jika kini Meimei sering melakukan kegiatan mandi bersama dengan Arin, bocah kecil itu selalu mengikuti kemana Arin pergi.
Sungguh, mereka berdua sudah seperti anak dan Ibu kandung. Mereka sama sekali tidak terlihat seperti anak dan pengasuhnya.
"Nah, Meimei duduk dulu ya. Sekarang tinggal tante yang pakai baju" Ujar Arin setelah memakaikan Meimei pakaian ganti.
"Tante, Meimei mau telpon papah. Meimei mau minta papah buat beli pizza kalau papah pulang nanti" Pinta Meimei.
"Boleh, sebentar ya tante pakai baju dulu"
"Mau sekarang tante...! Meimei mau telpon papah sekarang" Tolak Meimei tak mau menunggu Arin untuk berganti pakaian lebih dulu.
"Ya udah iya, tante ambil handphone nya dulu ya" Arin lantas mengambil ponsel miliknya yang tergelak di atas nakas.
Lalu mencari nomor ponsel Sonny dan men-deal nomor tersebut.
"Ini sayang, tunggu sampai papah angkat telponnya ya" Ujar Arin memberikan ponselnya pada Meimei.
"Tante Meimei gak mau yang ini, mau yang ada mukanya" Kata Meimei menjelaskan keinginannya.
"Maksud Meimei videocall?"
"Iya, Meimei mau liat muka papah"
"Ya udah sini, tante ganti" Arin pun mengubah panggilan telepon menjadi panggilan video, kemudian memberikannya lagi kepada Meimei.
Arin lalu berjalan ke lemari guna mengambil pakaian yang akan ia pakai sambil mendengarkan obrolan antara Meimei dan Sonny melalui telepon.
"Papah...!"
"Hai sayang, Meimei lagi apa? Tumben telpon papah" Tanya Sonny di sebrang sana.
"Meimei habis mandi, pah"
"Oh ya? Wah... Makin cantik aja anak papah"
"Papah, Meimei pingin pizza lagi. Nanti papah beli ya" Pinta Meimei ada sang Ayah.
"Oke, nanti papah beli banyak ya buat Meimei, tante Arin, sama kak Noval"
"Yeyyy..... Makasih papah!!!"
"Papah pulang jam berapa? Jangan lama-lama ya" Lanjut gadis itu.
"Iya nanti papah usahain pulang cepet biar bisa beliin pizza kesukaan Meimei"
Meimei pun mengangguk kepalanya.
"Meimei sama siapa disana? Tante Arin mana?"
"Meimei lagi sama tante Arin di kamar. Tuh!" Jawab Meimei, bocah tersebut dengan polosnya mengarahkan kamera ke arah Arin berada, dimana wanita dewasa itu belum memakai pakaian lengkap.
"Tante, liat ini papah" Panggil Meimei.
Arin pun menoleh ke arah Meimei, seketika matanya membulat dengan lebar saat layar ponsel itu menunjukkan wajah Sonny yang juga terkejut melihat dirinya.
"Meimei..!!" Arin langsung berlari dan merebut ponsel yang masih terhubung dengan Sonny, lalu mematikan sambungan telepon tersebut.
"Tante, Meimei lagi teleponan sama papah. Kok dimatiin?" Tanya Meimei bingung.
Detak jantung Arin berdegup kencang, membuat nafasnya terengah-engah dan keringat dingin mulai bercucuran disekitar dahinya.
"Meimei, lain kali jangan seperti itu nak. Tante kan lagi ganti baju" Tutur Arin menasihati.
"Emangnya kenapa?" Tanya Meimei tak mengerti.
"Itu enggak boleh sayang, lain kali jangan seperti itu lagi ya. Mending sekarang meimei main game aja di handphone tante, kita telpon papahnya nanti aja" Imbuh Arin, ia juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan Meimei, bagaimana pun ia yang lalai membiarkan gadis itu melakukan panggilan video ketika dirinya sedang dalam ruangan yang sama.
"Iya tante" Balas Meimei.
Arin lantas kembali memakai baju yang belum seluruhnya arin kenakan.
"Hufttt..... Ada-ada saja!"
***
Sore hari.
Sonny tampak memandang ragu rumah Arin, mengingat kejadian ketika Meimei dan dirinya melakukan panggilan video.
Tubuh Arin terlihat begitu nyata dimatanya, kini Sonny sudah mengetahui bagaimana kondisi Arin saat hanya memakai pakaian dalam saja.
Sonny meneguk saliva beberapa kali, masih terlintas jelas dalam otaknya.
Entah kenapa hubungan tanpa status ini justru menimbulkan hasrat yang besar, Sonny mulai menganggap dirinya sebagai duda yang mesu*m.
Sonny jadi frustasi sendiri, ia berjalan dengan gontai sembari membawa pizza pesanan Meimei.
Sonny menekan bel pintu rumah dan tak lama pintu rumah pun terbuka.
Deg!
Arin dan Sonny sama-sama tertegun, tubuh mereka mendadak membeku! Menatap lawan jenis yang berdiri tepat didepannya.
"M-mas Sonny? Emm.... S-silahkan masuk mas" Ucap Arin canggung.
Sonny jadi salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Terimakasih Arin, tapi sepertinya aku akan membawa pulang Meimei sekarang saja" Tolak halus Sonny.
"B-begitukah? Baik, saya panggil Meimei sebentar"
Setelah Arin memanggil gadis itu Meimei lantas menghampiri kedua orang tua tersebut, tetapi Meimei langsung mengajak Sonny untuk masuk ke dalam rumah.
"Sayang, kita pulang aja yuk ke rumah. Kasian tante Arin pasti capek jagain Meimei hari ini" Bujuk Sonny.
"Gak mau, Meimei pingin makan bareng tante Arin! Ayok pah kita masuk... Ayok...!"
Meimei terus memaksa Ayahnya, hingga Sonny pun tak bisa berkutik. Ia akhirnya masuk ke dalam rumah Arin.
"Asikk... Papah bawa banyak pizza, kak Noval! Ayo kita makan bareng" Meimei malah mengambil satu kotak pizza dan membawanya pada Noval untuk mereka makan berdua.
Kini hanya tinggal Arin dan Sonny yang duduk di ruang tamu, suasana tambah kaku dan sesak. Mereka saling membuang muka dan tak tau harus apa.
Arin melirik ke arah Sonny, ia meremass ujung bajunya sangking gugup berdekatan dengan pria itu.
"M-mas Sonny... "
Sonny menoleh, ia juga sama gugupnya dengan Arin.
"I-iya?"
"Emm..... B-begini.... " Arin bingung harus mengatakan dari mana, namun ia tak bisa membiarkan situasi seperti ini terus.
"S-soal tadi.... S-saya...... "
Glek!
Sonny menelan air liur dengan susah payah, apakah Arin akan membahas masalah tadi? Ini tak bisa dibiarkan, Sonny tidak akan tahan jika harus mengingat hal itu lagi! Ia tidak akan tau apa yang akan terjadi selanjutnya!