Manusia harus mampu bertahan dari kerasnya kehidupan dan aturan-aturan dari para Raja serta perang yang membuat kegelisahan dan ketakutan.
Pedang, Tombak dan Busur adalah jalan utama untuk bisa bertahan hidup.
Sejak dahulu kala, keserakahan manusia memang tidak ada habis-habisnya, hanya demi sebuah ambisi dan kekuasaan yang lebih, para raja harus rela melihat rakyat menderita.
Para Rakyat yang sudah tidak tahan pada akhirnya putus asa dan berharap ada yang bisa membantu mereka.
Akhirnya kebencian di hati mereka di kuasai oleh Kegelapan dan memaksa mereka untuk memberontak, mereka sudah tidak percaya lagi terhadap keadilan, dan Dewa yang mereka puja kini sudah dianggap tidak ada.
Aku terpaksa mengangkat tombak ku demi mengembalikan kepercayaan manusia terhadap sang Dewa, dan atas semua yang aku lakukan membuat diriku di kenal sebagai Pendekar Dewa Sesat.
Aku tidak peduli apakah musuh-musuh ku adalah para raja, ataupun para penghuni dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desa Louyan
Kedua Pendekar begal yang sudah di ikat rencananya akan di bawa oleh Zang Yang ke desa Louyan.
Kebetulan ada kuda mereka di hutan itu sehingga mereka tidak perlu repot-repot membagi kuda dengan ke-dua begal yang sudah terikat tangan dan kakinya.
"Siluman kecil! Apakah kamu pernah mempelajari satu atau dua kali ilmu dasar?" tanya Mao Lao kepada Tian Feng.
"Tidak kek!" jawab Tian Feng dengan singkat sekaligus menggelengkan kepalanya.
Tian Feng mengerti kenapa Mao Lao bisa bertanya seperti itu padanya, Mao Lao sempat merasakan Sel Darah Tian Feng saat mengelus rambutnya.
"Berarti Chang Shan sangat beruntung bisa memiliki seorang murid seperti mu, andai saja kamu masih belum masuk ke perguruan manapun, pasti aku akan dengan senang hati menjadikan dirimu sebagai murid ku!" kata Mao Lao.
Mao Lao adalah seorang pendekar bebas yang tidak pernah bergabung dengan perguruan manapun, bahkan Mao Lao dimasukkan dalam pendekar aliran bebas karena sifatnya yang kadang berubah-ubah.
Terkadang Mao Lao sangat baik dan tidak pernah membunuh lawannya seperti yang terjadi kepada ke-dua begal itu.
Namun kadang juga sifatnya berubah drastis dan jika bertarung disaat suasana hatinya sedang buruk, maka musuhnya pasti akan dia bunuh tanpa berpikir dua kali.
Tidak ada satu orang pendekar pun yang tahu dari mana Mao Lao bisa mempelajari jurus mabuk, tiba-tiba saja dia muncul begitu saja sebagai pendekar Dewa Mabuk di Wilayah Kerajaan Wu.
Namun yang jelas Mao Lao tidak pernah membunuh tanpa alasan, dan awal mula Mao Lao dikenal oleh para pendekar sebagai Pendekar Dewa Mabuk dan menjadi salah satu dari Lima Pendekar terkuat saat sedang terjadi pertarungan di salah satu perguruan besar yang letaknya berada di dekat laut.
Saat itu Mao Lao berumur 45 tahunan, saat sedang diadakan pertandingan tantangan antara dua perguruan besar aliran putih, dan tantangan itu untuk membuktikan jika ke-dua perguruan itu juga memilki Pendekar hebat yang bisa disejajarkan dengan salah satu dari 10 pendekar.
Saat itulah Mao Lao muncul dan menggagalkan semuanya, Mao Lao yang tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah pertarungan sehingga ke-dua pendekar terkuat masing-masing perguruan merasa tidak terima.
Ke-dua pendekar secara bersamaan menyerang Mao Lao yang saat itu belum menunjukkan jurus mabuk yang ia miliki.
Mao Lao hanya tidak mau jika para pendekar harus saling melukai hanya demi hal yang tidak penting, karena itu Mao Lao tidak langsung menggunakan jurus mabuk nya.
Walau sudah berusaha menjelaskan sekaligus bertahan dari serangan ke-dua pendekar, namun mereka tidak mau mendengarkan penjelasan apapun dari Mao Lao.
Mungkin menurut Mao Lao pertandingan ke-dua perguruan itu tidak penting, namun bagi perguruan itu sangatlah penting, di tambah lagi menyangkut harga diri dan juga reputasi perguruan.
Mao Lao terluka akibat serangan ke-dua pendekar tersebut. Mao Lao yang sudah habis kesabaran nya akhirnya menggunakan jurus mabuk andalannya dan berhasil melukai ke-dua pendekar yang menyerangnya hanya dalam beberapa jurus saja.
Melihat dua pendekar hebat itu yang dikalahkan dalam waktu singkat, akhirnya salah satu Pendekar dari 10 pendekar yang hadir turun tangan dan menyerang Mao Lao.
Namun sayang ternyata pendekar tersebut yang katanya masuk dalam 10 pendekar terkuat kalah di tangan Mao Lao.
Pendekar tersebut merasa malu dan akhirnya tercoret namanya dari daftar 10 pendekar dan posisinya di gantikan oleh Mao Lao, dan saat itu Mao Lao masih belum masuk dari ke-lima Pendekar paling kuat.
Tian Feng sebenarnya juga memiliki keinginan untuk bisa bertemu dengan salah satu dari Lima Pendekar terkuat itu, namun dia tidak pernah berhasil karena untuk menemuinya tidak semudah yang di pikirkan.
Saat Zang Yang mendengar jika Mao Lao ingin menjadikan Tian Feng sebagai muridnya jika dia belum masuk ke perguruan lain, Zang Yang merasa lega karena menurut Zang Yang, Tian Feng lebih cocok menjadi murid dari Mao Lao.
Namun dia teringat kepada Yuan Xia yang sudah mempercayakan Tian Feng padanya, jadi tidak di benarkan jika Tian Feng sampai dibiarkan ikut dan menjadi murid Mao Lao tanpa persetujuan dari Yuan Xia terlebih dahulu.
"Senior Mao, saya sangat senang jika senior sudi mengajarkan Tuan Muda dan sekaligus menjadi gurunya, namun untuk saat ini, biarlah dia ikut bersama kami dulu dan berlatih selama Lima atau Sepuluh tahun lagi, nanti jika Tuan Muda sudah bisa memiliki ilmu bela diri, biar Tuan Muda sendiri yang mencari Senior Mao," kata Zang Yang.
"Jika selama itu, aku tidak yakin jika dia akan bisa menemukan ku," kata Mao Lao sambil menggelengkan kepala.
Mao Lao adalah tipe orang yang tidak suka diam di satu tempat, paling lama dia akan berada di tempat yang ia datangi hanya Tiga hari saja, dan itu hanya untuk membeli arak untuk perjalanan berikutnya.
Tian Feng hanya bisa tersenyum kecut, namun dia menyembunyikan senyuman nya. Tian Feng sebenarnya ingin ikut dan menjadi murid Mao Lao, namun Zang Yang tidak mungkin membiarkan itu terjadi.
"Begini saja! Seperti yang gurumu katakan tadi, berlatihlah kamu selama Lima atau Sepuluh tahun lagi, nanti jika kamu sudah siap untuk berpetualang mencari diri ku, Pergilah kearah timur, nanti jika kita berjodoh, kita akan bisa bertemu dijalan," kata Mao Lao kemudian dia mengeluarkan dua benda dari balik bajunya.
"Ini adalah cincin satu-satunya peninggalan ibu ku, bawalah ini jika nanti kamu ingin mencari ku, aku takut nantinya aku tidak mengenali mu karena itu cincin ini akan menjadi bukti jika kita memang memiliki janji," kata Mao Lao kemudian dia menyerahkan cincin yang di atasnya ada seperti batu bulat berwarna hitam.
"Sebagai tanda penyesalanku karena kamu saat ini belum bisa menjadi muridku, terimalah Pil Embun Hujan ini! Nanti jika kamu sudah berhasil memiliki satu lingkaran Chi, minumlah satu pil ini, kau akan dengan cepat bisa menambah Chi hingga memiliki dua lingkaran!" kata Mao Lao sambil menyerahkan bungkusan kain kecil.
Tian Feng mengetahui jika Pil Embun Hujan berguna untuk menambahkan Chi sebanyak satu Lingkaran, sedangkan Pil yang ada di dalam kantong kain berjumlah empat biji saja.
Pil itu hanya berguna bagi pendekar yang berada di Tingkat Bawah saja, dan untuk pendekar yang berada di Tingkat Tengah, Pil tersebut tidak akan lagi berguna karena kondisi asupan dari tubuh sudah sangat berbeda.
"Terima kasih kakek!" jawab Tian Feng kemudian menyimpan Pil tersebut dengan sangat hati-hati.
"Sekarang aku akan pergi dulu, semoga kelak kita masih bisa berjodoh untuk di pertemukan kembali, selamat tinggal semuanya!" kata Mao Lao kemudian dia melompat dan pergi dengan menggunakan Ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Dalam dua tarikan nafas saja, Mao Lao sudah tidak terlihat lagi. Tian Feng menebak kemungkinan besar Mao Lao memiliki jumlah Chi sebanyak 50 lingkaran atau mungkin lebih dari itu.
"Baiklah murid Liu, apakah mereka berdua sudah di bisa kita bawa Ke Desa Louyan?" tanah Zang Yang.
"Sudah Guru!"
"Kalau begitu kita berangkat agar tidak kemalaman!"
Zang Yang dan Tian Feng segera naik ke kuda dan kemudian berangkat secara bersamaan, sedangkan ke-dua Begal itu di ikat di atas kuda dengan sangat erat agar tidak jatuh nantinya dijalan.
***
Desa Louyan adalah desa yang tidak kecil, luasnya hampir sama dengan luas wilayah kota Xanhuo, hanya saja rumah penduduk desa itu saja yang tidak serapat di kota Xanhuo.
Zang Yang dan rombongan nya tiba di desa Louyan saat matahari baru terbenam, kedatangan mereka membuat semua orang memperhatikan Zang Yang dan rombongan nya.
Yang menjadi perhatian bukanlah Zang Yang, melainkan dua orang yang terikat dengan posisi tubuh saling membelakangi.
"Murid Wong! Pergilah ke penginapan di ujung desa ini, nanti aku juga akan menyusul kalian setelah menyerahkan ke-dua begal ini kepada kepala desa!" kata Zang Yang kemudian dia memindah Tian Feng ke kuda Wong Chin.
"Baik guru! Kalau begitu kami pergi duluan!" kata Wong Chin kemudian dia dan Liu She Gwo dan Tian Feng yang bersama dengan Wong Chin pergi kearah penginapan yang letaknya masih berada di ujung desa.
Setelah mereka bertiga sudah jauh, Zang Yang segera pergi menemui kepala Desa Louyan, kebetulan Zang Yang kenal dengan Kepala desa tersebut karena jarak antara perguruannya dengan desa tidak terlalu jauh, bisa di bilang masih berada di wilayah Desa Louyan.