Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Planet dimana bernapas itu bayar
ORANG TERKAYA DI KURSI RODA
Pesawat luar angkasa rongsokan bernama The Rust Bucket (Ember Karat) itu meluncur keluar dari Hyperspace. Mesinnya batuk-batuk, mengeluarkan asap hitam di kehampaan antariksa.
Di dalam kokpit yang sempit dan penuh kabel semrawut, Han Ji-woo duduk terkulai di sebuah kursi roda bekas yang mereka temukan di gudang kargo.
"Yuna..." rintih Ji-woo. "Berapa lama lagi? Tanganku rasanya seperti dipasung beton."
"Kita sudah sampai, Bos," jawab Yuna sambil menarik tuas pendaratan yang macet.
Di depan mereka, terbentang pemandangan yang menyilaukan dan kacau.
Planet Bazar-X.
Ini bukan planet alam, melainkan sebuah bola raksasa yang terbentuk dari jutaan stasiun luar angkasa, kapal dagang, dan pasar apung yang saling menyambung. Lampu neon berkedip-kedip dalam ribuan warna.
"Selamat datang di Ibukota Pasar Gelap," kata Valerius, yang kini mengenakan helm astronot retak (karena dia tidak mampu beli oksigen murni). "Di sini, mata uang Won Bumi Anda tidak berlaku sebagai alat tukar resmi, tapi sebagai 'Barang Antik Langka'. Nilai tukarnya sangat fluktuatif."
"Aku tidak peduli!" seru Ji-woo. "Habiskan uang 5 Triliun ini! Aku ingin jalan kaki lagi!"
Pesawat mereka mendekati dermaga pelabuhan yang penuh sesak dengan alien berbagai bentuk—ada yang berkepala gurita, ada yang berbadan cyborg, dan ada yang cuma gumpalan lendir di dalam toples melayang.
KLANG!
Pesawat mendarat keras di Docking Bay 99.
Belum sempat mesin mati, sebuah robot petugas parkir melayang mendekat. Wajahnya adalah layar tablet yang menampilkan angka digital.
"Biaya Parkir," suara robot itu datar. "Zona VIP."
"Kami bukan VIP! Ini pesawat rongsokan!" protes Yuna.
"Pesawat rongsokan dianggap 'Seni Instalasi Vintage'. Pajak barang seni: 500%."
Ji-woo mata berbinar. "Berapa totalnya?"
Robot itu menghitung. "Dikonversi ke mata uang Anda... 1 Triliun Won untuk 1 jam pertama."
Yuna dan Valerius menganga. "Satu Triliun?! Itu perampokan!"
Tapi Ji-woo tertawa bahagia. "Murah! Yuna, bayar! Bayar untuk 3 jam sekalian!"
Yuna dengan berat hati menempelkan ponsel Ji-woo ke sensor robot.
TING!
[TRANSAKSI BERHASIL]
Pembayaran: 3.000.000.000.000 Won.
Sisa Saldo: 2 Triliun Won.
EFEK FISIK: Beban kekayaan berkurang 60%.
"Hahh..." Ji-woo menghela napas panjang. Kekakuan di leher dan pinggangnya hilang. Dia masih lemas di bagian kaki, tapi setidaknya tangannya sudah bisa digerakkan dengan bebas.
"Ayo," Ji-woo memutar roda kursinya sendiri dengan semangat. "Masih ada 2 Triliun lagi yang harus kita buang sebelum makan siang."
KOPI HITAM SEHARGA GINJAL
Mereka memasuki area pasar utama. Udaranya (yang dipompa lewat ventilasi) berbau rempah-rempah asing dan oli mesin.
Setiap kios menawarkan barang aneh:
"Jantung Naga Supernova - Diskon 50%!"
"Budak Robot - Beli 1 Gratis 1!"
"Planet Kecil Bekas Perang - Cocok untuk Investasi!"
Valerius berjalan di depan sebagai pemandu. "Hati-hati, Tuan Han. Di sini banyak penipu. Jangan tatap mata pedagang, atau mereka akan membebankan 'Biaya Kontak Mata'."
Ji-woo mengangguk, tapi perutnya berbunyi. Dia melihat sebuah kedai kopi bernama "Star-Void Coffee".
"Aku butuh kafein," kata Ji-woo. Dia mengayuh kursi rodanya masuk.
Barista-nya adalah alien berwajah serangga dengan enam tangan, sedang meracik kopi dengan kecepatan tinggi.
"Selamat datang! Mau pesan apa, Makhluk Primitif?"
"Kopi hitam. Tanpa gula," pesan Ji-woo.
"Satu Black Hole Espresso. Pilihan bagus," si Barista Serangga mengetik di kasir. "Totalnya 1,9 Triliun Won."
Yuna hampir pingsan. "Kopi macam apa itu?!"
"Bijinya dipanen dari pinggiran lubang hitam, diseduh dengan air mata bidadari nebula," jelas Barista angkuh. "Dan termasuk pajak pendatang baru 90%."
Ji-woo tersenyum lebar. Ini tempat yang sempurna.
"Bungkus. Dan ambil kembaliannya sebagai tip."
TING!
[TRANSAKSI MEWAH]
Pembayaran: 2.000.000.000.000 Won (Termasuk Tip).
Sisa Saldo: 0 Won.
STATUS: KEMISKINAN INTERGALAKSI TERCAPAI.
KEKUATAN: WARLORD BANGKIT KEMBALI.
KRAK.
Pegangan kursi roda Ji-woo hancur diremas oleh tangannya.
Ji-woo berdiri perlahan. Otot kakinya membesar, memecahkan celana kain mahalnya. Aura emas (aura kekuatan, bukan uang) meledak dari tubuhnya, membuat gelas-gelas di kedai kopi bergetar.
Ji-woo mengambil gelas kopi kecil seukuran jari kelingking itu (ternyata porsinya sangat sedikit). Dia meminumnya sekali teguk.
"Pahit," komentar Ji-woo puas. "Rasanya seperti kebebasan."
Namun, momen kepuasannya diganggu.
Tiga alien besar bertubuh reptil, membawa senapan plasma, menendang pintu kedai kopi.
"Hei, Serangga!" teriak pemimpin reptil itu. "Kau belum bayar uang keamanan minggu ini!"
Barista serangga itu ketakutan. "Tuan Zorg, bisnis sedang sepi..."
Zorg, si preman pasar, melirik ke arah Ji-woo. Dia melihat pakaian Ji-woo yang (tadinya) mahal dan sisa-sisa kursi roda.
"Wah, ada turis kaya," Zorg menyeringai, memamerkan gigi taringnya. "Hei, Makhluk Lembek. Serahkan dompetmu."
Yuna dan Valerius mundur ketakutan. Mereka tahu Ji-woo sudah tidak punya uang, tapi alien ini tidak tahu.
Ji-woo berbalik perlahan. Dia menatap Zorg.
"Dompet? Maaf, Sobat. Aku baru saja menghabiskan uang terakhirku untuk kopi yang rasanya seperti aspal cair ini."
Zorg tertawa. "Jangan bohong. Kau baru sampai. Kau pasti bawa bekal."
Zorg menodongkan senapan plasmanya ke kepala Ji-woo.
"Transfer semua asetmu, atau kuledakkan kepalamu."
Ji-woo tersenyum miring.
"Kau ingin asetku?"
Dia membuka menu inventarisnya.
"Aku punya satu aset yang sangat berharga. Namanya... Hutang Budi."
PREMAN PASAR VS DEWA BANGKRUT
Zorg bingung. "Hutang Budi? Mata uang macam apa itu?"
"Mata uang kekerasan," jawab Ji-woo.
DUM!
Ji-woo menghilang dari pandangan.
Sedetik kemudian, dia muncul tepat di depan wajah Zorg. Bukan dengan tinju, tapi dengan sentilan jari di dahi alien itu.
SKILL: PENALTI KETERLAMBATAN.
PTAK!
Sentilan itu menciptakan gelombang kejut yang melempar Zorg menembus dinding kedai, menembus dinding toko sebelah, dan mendarat di tumpukan sampah tiga blok jauhnya.
Dua anak buah Zorg bengong. Mereka menatap bos mereka yang hilang, lalu menatap Ji-woo.
"Serang!" teriak salah satu reptil.
Mereka menembakkan laser plasma. Pew! Pew!
Ji-woo menangkis laser itu dengan tangan kosong. Kulitnya yang sudah diperkuat oleh kemiskinan mutlak kini kebal terhadap energi panas.
"Di Bumi," kata Ji-woo sambil berjalan santai menembus hujan laser, "Kalau kau menodong orang miskin, kau cuma buang-buang waktu."
Ji-woo menangkap kedua kepala alien reptil itu, lalu mengadu keduanya.
DUG!
Mereka pingsan seketika.
Barista Serangga itu keluar dari balik meja bar, gemetar. Keenam tangannya bertepuk tangan.
"Luar biasa! Tuan... Tuan mengalahkan Geng Zorg! Tapi... waduh..."
"Kenapa?" tanya Ji-woo.
"Zorg itu adik ipar dari The Collector. Penguasa Sektor 777. Dia kolektor makhluk langka."
Ji-woo menghela napas. "Baru 5 menit jadi miskin, sudah cari masalah lagi."
Tiba-tiba, layar hologram raksasa di tengah pasar menyala. Wajah alien gemuk dengan banyak mata muncul.
"PENGUMUMAN! Dicari: Spesies Manusia Tipe Petarung. Baru saja membuat keributan di Sektor Kopi. Hadiah bagi yang menangkapnya: 10 Triliun Kredit Galaksi."
Seluruh pasar hening.
Ribuan mata alien di sekitar kedai kopi menoleh ke arah Ji-woo.
Mata mereka berkilauan hijau—warna keserakahan.
10 Triliun Kredit. Itu cukup untuk membeli satu planet kecil.
Ji-woo menatap kerumunan alien pedagang, pembunuh bayaran, dan robot yang kini mengeluarkan senjata mereka. Jumlahnya ratusan.
Yuna menarik baju Ji-woo. "Bos... kita jadi buronan lagi. Dan kali ini satu planet memburu kita."
Ji-woo merenggangkan lehernya sampai berbunyi krek.
Dia tersenyum lebar. Sangat lebar.
"Bagus," kata Ji-woo. "Semakin banyak musuh, semakin banyak kesempatan untuk... negosiasi fisik."
"Valerius!" panggil Ji-woo.
"Y-ya, Tuan Han?"
"Apakah di planet ini ada asuransi kesehatan?"
"Ada. Kenapa?"
"Karena mereka semua akan membutuhkannya."
Ji-woo menerjang ke arah kerumunan alien itu.
Baku hantam galaksi dimulai.
[INTERMEZZO SISTEM]
Sementara Ji-woo sibuk menghajar alien, sistem di kepalanya memberikan notifikasi aneh.
[PEMBARUAN LOKASI: LUAR ANGKASA]
Karena Anda berada di luar yurisdiksi Bumi, Sistem 'Mutual Wealth' sedang mengunduh Patch Bahasa Asing & Konversi Mata Uang.
Loading... 50%...
Fitur Baru Terbuka:
[BLACK MARKET TRADING]
Anda bisa menjual "Bagian Tubuh Musuh" (Tanduk, Gigi, Skala) langsung ke Sistem untuk ditukar dengan buff sementara.
Ji-woo melirik alien reptil yang baru saja dia hajar. Giginya rontok di lantai.
Ji-woo mengambil gigi itu.
[Gigi Reptil Zorg]
Nilai Jual: 500 Kredit.
Opsi: Jual untuk Buff Kecepatan?
"Jual!" teriak Ji-woo.
WOOSH!
Tubuh Ji-woo menjadi seringan bulu. Dia bergerak secepat kilat, menghindari tembakan meriam bahu seorang cyborg.
"Ini baru bisnis!" tawa Ji-woo. "Ayo maju semuanya! Aku butuh modal usaha!"