Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian tujuh
“Di mana Clara?” Tanya Sean yang baru pulang.
Pria itu pulang lebih awal, bahkan sebelum jam makan malam. Membuat para pekerja di Mansion terkejut, karena tidak biasanya Sean pulang jam segini.
“Sejak tadi sore, Nona Clara berada di perpustakaan,” jawab Lauren.
Sean memang mengizinkan perpustakaan pribadinya dimasuki oleh Clara, bahkan pria itu juga sudah menyiapkan beberapa buku tentang kedokteran. Jadi, kalau Clara ingin mengejarkan tugas, bisa di perpustakaan.
“Apa dia sudah makan malam?” Sean kembali bertanya.
“Belum, Tuan. Nona mengatakan masih belum lapar,” jawab Lauren.
“Siapkan makan malamnya!” Pria itu menahan geramannya saat mendengar jawaban Lauren, ia bergegas naik ke lantai enam untuk menemui Clara.
Ting…
Sean keluar dari lift dengan langkah lebarnya, ia membuka kasar pintu perpustakaan dan membuat Clara terkejut.
“Kakak butuh apa?” Tanya gadis itu yang mengira Sean membutuhkan sesuatu.
“Sesibuk apapun urusanmu, jangan lewatkan makan!” Marah pria itu yang kini sudah berdiri di hadapan Clara.
“Apa Kak Sean mengkhawatirkanku?” Tanya gadis itu tanpa sadar.
“Mengkhawatirkanmu? Pemikiran bodoh dari mana itu?” Sean terkekeh kecil, karena ia hampir saja kelihatan sangat memedulikan Clara.
Pria itu tidak ingin cepat-cepat Clara menyadarinya, karena ia memiliki sebuah rencana yang begitu bagus. Di mana Sean akan membuat gadis itu bergantung kepadanya, dengan begitu Clara akan dipastikan tidak akan bisa pergi darinya.
“Jika kau sakit, siapa yang akan mengobatiku?” Pria itu menyentuh pipi lembut Clara.
Gadis itu baru menyadari kebodohan, mulutnya tidak bisa direm. Sehingga apa yang ada di kelapanya, langsung terucap.
“Ke bawah! Kita makan malam bersama!” Titah Sean yang tak terbantahkan.
Pria itu berlalu keluar untuk pergi ke kamarnya, ia ingin mandi terlebih dahulu, sebelum makan malam. Jadi, Sean menyuruh Clara untuk ke ruang makan terlebih dahulu.
Meskipun tinggal sedikit lagi, gadis itu terpaksa meninggalkan tugas yang sejak tadi dikerjakannya. Clara tidak ingin membuat Sean marah.
“Kebiasaan burukmu tidak pernah hilang!” Kesal Clara yang memiliki kebiasaan buruk saat berbicara, dimana apa yang ada di kepalanya langsung ia ucapkan tanpa dipikir lebih dahulu.
Beruntungnya Sean tidak murka, karena Clara menunduh pria itu mulai peduli kepadanya. Apalagi dipikiran gadis itu, Sean sudah mencintai Bella.
Padahal Sean masih belum mencintai Bella, hanya sempat tertarik. Namun dengan pertemuan tidak terduga ya dengan Clara, pria itu malah lebih tertarik kepada Clara.
“Nona Clara, makan malamnya sudah siap,” ucap Lauren saat melihat kedatangan gadis itu di ruang makan.
Clara menganggukkan kepalanya, ia duduk di kursi sebelumnya. Sean masih belum turun, jadi gadis itu belum menyentuh makan malamnya. Clara masih menunggu Sean, karena pria itu adalah pemilik Mansion ini.
Gadis itu hanya menunggu sekitar tujuh menitan, karena Sean sudah rapi dengan setelan hitamnya. Sepertinya pria itu akan keluar lagi.
“Kau menungguku?” Tanya Sean saat melihat gadis kecilnya yang masih belum makan.
Clara menganggukkan kepalanya, gadis itu sempat terpesona dengan wajah tampan Sean. Pria itu benar-benar sangat tampan, tetapi jiwanya bukanlah manusia biasa, melainkan iblis yang sangat kejam.
Sean merasa senang, saat tahu kalau Clara menunggunya. Namun pria itu menutupinya dengan ekspresi dingin yang membuat Clara sedikit merinding.
“Kau bisa memakannya!” Kata Sean.
Akhirnya mereka kembali makan malam bersama, kali ini Clara sudah tidak secanggung sebelumnya. Gadis itu tampak lebih rileks, bahkan ia juga sudah tidak malu-malu lagi, saat Sean menaruh beberapa daging yang sudah dipotong ke piringnya.
“Bagaimana hari pertamamu pindah jurusan?” Pertanyaan itu membuat Clara menaikkan pandangannya.
“Cukup lancar, bahkan aku memiliki teman baru,” jawab gadis itu dengan senyuman tipisnya.
“Bagus kalau begitu, siapa nama teman barumu? Laki-laki atau perempuan?” Sean kembali bertanya.
Sebenarnya pria itu sudah tahu semuanya, bahkan ia sendiri yang memerintahkan Elios untuk meminta Zelin menjadi teman Clara, sekaligus menjaga Clara dari jarak paling dekat.
“Perempuan, dan namanya Zelin.”
Sean menganggukkan kepalanya, ternyata gadis kecilnya menjawab dengan jujur.
Clara mencengkeram erat garpu di tangannya, entah hanya perasaannya saja atau ia memang sempat melihat seringai di bibir tipis Sean.
‘Mungkin, aku salah melihat,’ batin gadis itu.
...***...
Sean kembali pergi, setelah makan malam. Pria itu pergi begitu saja, tanpa mengatakan apapun. Clara sendiri merasa senang kalau Sean tidak ada di Mansion, karena gadis itu bisa bernapas lega.
Sean sendiri memiliki urusan penting, pria itu sedang mengecek kelengkapan senjata yang sedang di pesan oleh salah satu orang terpenting di dunia. Tentu saja mereka tidak pernah bertemu langsung dengan Sean, karena Sean sudah mengutus salah satu orang kepercayaannya untuk berpura-pura menjadi dirinya.
Bukan Elios, karena Elios memiliki tugas tersendiri.
Tidak hanya mengecek markas, Sean juga membasmi beberapa hama yang ingin menghambat bisnis gelapnya. Juga, ada beberapa tikus yang ingin bermain-main dengannya.
Jadinya, Sean kembali ke Mansion nyaris pagi. Pria itu datang dengan keadaan tubuh yang terlihat sangat mengerikan, tetapi pemandangan tersebut sudah biasa dilihat oleh orang-orang di Mansion pribadinya.
“Kau sudah bangun?” Sean melihat Clara yan sedang berada di dapur.
Gadis itu hampir memekik, saat melihat penampilan Sean yang sangat mengerikan. Beruntungnya Clara tidak merasa jijik atau takut dengan darah, jadi gadis itu langsung mendekati Sean.
“Apa Kakak terluka?” Tanyanya sambil mendekatkan wajahnya untuk mencari luka di wajah tampan Sean.
“Hanya luka kecil, aku akan mandi dulu dan kau bisa menunggu di dalam kamarku untuk mengobatiku,” bisik pria itu.
Clara menganggukkan kepalanya dengan kaku, ia sedikit merinding saat mendengar bisikan Sean yang terdengar serak.
...***...
Clara menunggu Sean yang sedang membersihkan diri, ia duduk di sofa yang ada di dalam kamar pria itu.
Kebetulan jadwal kelas hari ini siang sampai malam, jadi pagi ini gadis itu bisa sedikit lebih santai.
Mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, Clara langsung menoleh dan matanya langsung bertemu dengan mata biru Sean yang menyorot dingin.
“Sampai kapan kau melamun?” Pertanyaan itu membuatnya tersadar.
Lagi-lagi Clara dibuat terpesona oleh ketampanan pria itu, tetapi dengan cepat ia menguasi diri dan mengeyahkan pikiran gilanya.
“Wajah Kakak tidak ada luka, di bagian mana yang terluka?” Tanya gadis itu sambil menghindari tatapan tajam Sean yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.
“Di perut!” Pria itu membuka bathrobe hitam yang dipakainya.
Clara menelan ludahnya dengan susah payah, gara-gara sempat terpesona dengan ketampanan Sean. Kini gadis itu baru menyadari kalau tubuh Sean sangat indah, begitu keras dan sangat pas untuk dipeluk atau dijadikan sandaran.
“Clara? Kenapa kau sering melamun?” Bisikan itu membuatnya terkejut.
Clara menahan napasnya saat wajah Sean begitu dekat dengannya, bahkan ia dapat merasakan aroma segar yang memabukkan dari tubuh pria itu.
Bersambung.
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/