NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.

Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.

Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.

Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.

Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?

Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Sore menjelang, cahaya kuning keemasan menyapu ruang tamu rumah Regi. Dona duduk bersila di sofa, memeluk bantal kecil berwarna biru. Sudah hampir satu jam ia tak lepas dari dekat Regi, seolah jarak sekecil apa pun membuat dadanya kembali resah.

Regi duduk di sampingnya, memegang sebuah buku cerita anak. Ia membaca pelan, suaranya rendah dan stabil. Sementara itu, Dona menyandarkan kepala di bahu ayahnya. Tatapannya kosong, bukan sedih, hanya… masih mencari rasa aman yang sejak kecil tidak pernah ia dapatkan.

“Pa,” panggilnya lirih.

“Hm?”

“Kalau malam… Papa di kamar Dona, kan?”

Regi tersenyum tipis, menepuk pelan kepala anaknya. “Iya, Sayang. Papa di sana.”

Dona mengangguk, tapi sorot matanya memantulkan sesuatu yang lebih dalam.

Rasa trauma dan khawatir, takut kehilangan orang-orang terdekatnya kembali, anak itu menarik napas, lalu bertanya dengan polos namun mampu mengguncang hati Regi.

“Papa… kalau Ibu Nindi dan Juragan Halik datang lagi… Papa tetap pilih Dona, kan?”

Regi terdiam sejenak, pertanyaan itu bukan hanya sekedar rasa ingin tahu namun ketakutan terbesar seorang anak yang menginginkan keutuhan keluarganya.

“Nak, ayahmu ini,” kata Regi sambil menghadap ke arah Dona. “Tidak akan biarkan siapa pun menyakitimu. Tidak lagi. Tidak pernah lagi.”

Dona mengangguk kecil, tapi jemarinya masih mencengkeram kaus Regi erat-erat, seolah bayangan perpisahan itu masih menghantui pikirannya.

"Terima kasih Pa, sudah memilih Dona, dan setelah ini Dona ingin memperjuangkan kesembuhan Ibu, Dona ingin Ibu normal seperti dahulu," ucap anak itu, di tengah-tengah kecemasannya ia masih mengingat kondisi ibunya.

☘️☘️☘️

Menjelang malam, Regi menemani Dona merapikan meja gambar. Anak itu tampak lebih tenang dibanding pagi, namun beberapa kali ia memandangi jendela seolah takut seseorang muncul dari balik kaca.

“Pa… boleh tutup tirainya?” pintanya.

Regi menutup tirai dan mematikan lampu luar. “Lebih aman begini?”

Dona mengangguk, ia mencoba untuk mempelajari arti dari kata rasa aman, ia mencoba untuk tenang dan tidak berisik meskipun di dalam hatinya ada rasa gelisah yang tidak dapat ia pungkiri.

Setelah itu ponsel Regi bergetar di atas meja. Ada pesan masuk. Regi mengintip sekilas tetapi langsung menahan napas.

Dari Pak Hakim : Sidang lanjutan dipercepat, besok pagi.

Regi menegang beberapa detik, tapi ia cepat menyembunyikan ekspresi itu agar Dona tak melihat, sidang Halik dan Nindi, konfrontasi yang tak terhindarkan.

Dona melihat ayahnya menunduk, dan dengan hati-hati ia mendekat, menarik lengan Regi.

“Kenapa, Pa?”

Regi tersenyum tipis.

“Tidak apa-apa, Sayang. Papa cuma baca pesan kerja.”

“Kerja?”

Nada Dona langsung cemas.

“Jadi Papa tinggalin Dona?”

Regi cepat-cepat menggeleng dan memeluk anaknya.

“Tidak, Nak. Papa tetap di sini. Ada Papa, ada Dona. Tidak ada yang pergi.”

Dona akhirnya mengendurkan pelukannya… tapi mata kecil itu menyimpan firasat. Entah dari mana, mungkin dari pengalaman pahitnya, ia tahu ada yang Papa sembunyikan.

☘️☘️☘️

Malam semakin larut.

Di kamar Dona, lampu tidur berbentuk bulan bersinar temaram.

Anak itu sudah berbaring, tapi masih memegang tangan Regi begitu erat seolah kalau dilepas ia akan tenggelam dalam ketakutan lamanya.

“Pa…” panggilnya lagi. Suaranya sangat lembut nyaris seperti bisikan.

“Iya, Nak?”

“Besok… jangan pergi tanpa bilang. Jangan seperti dulu Ibu Farida pergi… dan tidak balik.”

Regi terdiam. Napasnya tercekat.

Itu pertama kalinya Dona menyebut ibunya tanpa tangis, tapi dengan rasa kehilangan yang begitu dewasa untuk tubuh sekecil itu.

Regi meraih wajah putrinya dan mengecup keningnya pelan.

“Papa janji, Dona. Tidak akan pergi diam-diam. Tidak akan meninggalkan kamu lagi.”

Dona mengangguk, dan perlahan matanya menutup.

Regi tetap duduk di tepi kasur, memandangi wajah anaknya yang mulai damai—setidaknya untuk malam ini.

Namun di balik pintu, dunia dewasa sudah menunggu.

Besok, ia harus menghadapi:

ayahnya sendiri

ibunya

masa lalu yang ia tinggalkan

dan seseorang yang ingin merebut anaknya kembali… bukan karena cinta, tapi karena dendam.

Regi memandang Dona sekali lagi.

“Mau seburuk apa pun, Papa akan lindungi kamu,” bisiknya.

Lalu lampu kecil bulan itu terus menyala lembut, menemani malam pertama Dona tidur tanpa mimpi buruk—walau ketenangan itu mungkin hanya akan bertahan sampai matahari kembali terbit.

☘️☘️☘️☘️☘️

Pagi datang dengan suara burung kecil di balik jendela yang masih tertutup tirai. Dona terbangun dalam diam. Kali ini bukan dengan jeritan, bukan dengan tangis tersedak, hanya dengan mata yang terbuka perlahan.

Dan hal pertama yang ia lakukan adalah menoleh.

Regi masih duduk di kursi samping ranjang, tertidur dengan tubuh sedikit membungkuk, satu tangan masih menggenggam tangan kecil Dona.

Anak itu berkedip, seolah tak percaya.

“Papa…” bisiknya.

Regi terbangun seketika. “Iya, Nak.”

Dona menghela napas lega. Tangannya kembali mencengkeram jemari ayahnya.

“Papa beneran gak pergi…”

Regi tersenyum—tersenyum dengan mata yang memerah karena semalaman tak terlelap.

“Papa janji.”

Dona menegakkan badan perlahan. Tak ada tangis, hanya wajah kecil yang terlihat kelelahan oleh trauma yang belum sepenuhnya sembuh.

“Semalam Dona gak mimpi buruk,” katanya pelan.

Regi terdiam sejenak, lalu mengelus rambut anaknya. “Itu bagus, Sayang.”

“Tapi Dona masih takut…”

“Takut apa?”

“Takut bangun… Papa udah gak ada lagi.”

Regi menarik Dona ke dalam pelukan, memeluknya seolah hendak menyatu.

“Takut boleh, Nak,” bisiknya. “Tapi Papa akan ajarin Dona cara yakin. Pelan-pelan.”

Dona mengangguk kecil sambil menyembunyikan wajah di dada ayahnya. Ia belum sepenuhnya sembuh. Tapi untuk pertama kalinya… ia merasa tidak sendirian.

☘️☘️☘️

Sementara itu di tempat lain, di sebuah rumah besar yang terasa dingin meski siang terang menyinari halaman megahnya, Halik memandangi layar ponsel dengan rahang mengeras.

Foto Dona bersama Regi, berpelukan di teras rumah, baru saja dikirim seseorang kepadanya. Disertai satu kalimat pendek:

"Mereka terlihat bahagia"

Halik mengembuskan napas tajam, tangannya meremas handphone itu dengan kuat.

“Bahagia?” gumamnya.

Lalu ponsel itu ia bantu ke meja kaca, hingga menimbulkan suara yang mengejutkan.

“Setelah semua yang kita lakukan… dia masih bisa bahagia?”

Nindi berdiri di sudut ruangan. Wajahnya pucat, matanya cemas. “Kita kalah kemarin, Pa… putusan sementara jelas memihak Regi.”

“KALAH BELUM BERARTI USAI!” bentak Halik.

Ia berjalan mondar-mandir seperti singa terluka.

“Itu anak masih darah Nindi. Masih cucuku. Aku tidak akan biarkan Regi membesarkannya seolah dia ayah yang sempurna!”

Nindi menggigit bibir. “Kau ingin apa lagi? Semua jalur hukum sudah kita tekan ....”

Halik berhenti tepat di depan istrinya. “Kalau hukum tidak bisa, maka… cara lain.”

Tatapan Nindi melebar. “Kau mau berbuat apa?”

Halik tersenyum tipis, senyum yang tak mengandung kehangatan sedikit pun. “Kita bikin Dona kembali takut.”

Nindi terperanjat. “Halik, itu anak kecil ....!”

“Justru karena dia kecil,” sahut Halik dingin, “takut lah yang paling mudah ditanamkan.”

Nindi gemetar. “Aku… aku tidak ingin menyakiti cucuku…”

“Kau terlambat memilih, Nindi,” bisik Halik pelan. “Sekarang kita di sisi yang sama… atau kau akan kehilangan segalanya.”

Nindi terdiam, napasnya bergetar.

Dan di wajah Halik, tak tersisa lagi sosok ayah, kabut dendam di masa lalu begitu menebal sehingga hatinya sulit untuk membedakan mana yang darah dan mana yang menjadi musuh.

"Aku sudah berjanji siapapun keturunan Farid ...," kata-kata itu menggantung di sudut bibirnya.

☘️☘️☘️

Kembali di rumah Regi, Dona duduk di ayunan kecil di teras, Regi mendorongnya perlahan, angin sore menerpa wajah gadis kecil itu membawa hawa sejuk.

“Papa…”

“Hm?”

“Kita gak akan balik ke panti lagi, kan?”

Regi menghentikan ayunan, menatap wajah kecil itu sungguh-sungguh.

“Tidak. Rumah Dona sekarang di sini.”

Dona mengangguk. Namun tatapannya tetap menyimpan takut, takut hal itu bakal terulang kembali.

Regi memeluk pundaknya, memberikan sedikit ketenangan di hati anaknya itu. dan tanpa ia sadari seseorang berdiri di seberang jalan… mengamati dari balik mobil.

Tatapan dingin itu terarah lurus pada Dona, pertanda langkah pertama dendam sudah di mulai.

Bersambung ....

Baru bisa up mati lampu 😭😭😭😭

1
Amalia Putri
lanjut besok ya thor💪💪💪
Muffin: Hai sahabat pembaca!
Aku baru aja rilis cerita baru berjudul “Menjebak Cucu Presdir” ✨

Cleona hanya ingin menyelamatkan ibunya dari penyakit mematikan, tapi sebuah kesalahan membawanya ke kamar Batara, CEO muda yang dingin dan penuh rahasia. Kini, hidupnya terjerat antara bahaya, rahasia, dan perasaan yang tak pernah ia duga. Apakah ini awal kehancuran… atau takdir yang menunggu?

🔥 Jangan lupa mampir dan ikuti kisahnya yaa~
total 1 replies
Dew666
🍭🍭🍭🍭
Kasih Bonda
next Thor semangat
kaylla salsabella
ayo thor sembuhin dina biar bisa berkumpul lagi sama dona
Nur Kamelia
alhamdulillah semoga cepat bahagia dona
kaylla salsabella
kasihan dona dan Regi pak halik minta di santet online
ari sachio
ayo din bongkar kebusukan d kejahatan halik pd km d keluargamu di masa lau di dpn hakim wlpn harus pake jual air mata kesedihan.berikan balasan yg pantas tanpa harus memake kekerasan d makian.tp jatuhkan mental dia saja selebihnya biar hukum netzen julid yg menyerangny😁
Lisa: yupp bener banget Kak..bersyukur Dina udh mulai sembuh..cpt pulih y Dina..kuat & semangat y utk menjaga Dona..lawan tuh si Halik yg jahat..
total 1 replies
ari sachio
aku mah...menunggu kehancuran kakek tua
ari sachio
itu bapa ampe segituny....jahat banget...klo ad di dunia nyata y...g bkl tu klo jatuh ad yg mo nolongin.😁😁😁😁

ku harap regi ketemu orang yg status d powery yg lbh tinggi dr halik y bisa menolong dona,regi d mamay dona. d mereka bs bangkit d pya segalay yg tk bs bpny tandingi.

klo g biarlah regi ma dona tinggal di plosok desa yg nyaman d orgy lebh manusiawi d kekeluargaany kentl bgt.biar g mempan di sogok pake duit ma halik.hidup dg kesederhanaan tp bahagia hdp bersama dona d mamay mjd keluarga .
Tengku Nafisa
cukup thor jgn buat regi terpisah lagi dgn dona. cukup menghilang dari keluarga halik demi menjauhkan dona dari jangkauan keluarga nya yg jahat.
Sugiharti Rusli
semoga kamu berani menghadapi Ardina dan semoga sudah ada kemajuan dengan kesehatan mentalnya yah,,,
Sugiharti Rusli
apalagi kamu sudah menyia-nyiakan putri kamu selama bertahun-tahun
Sugiharti Rusli
sebagai seorang ayah, kamu harus mengambil segala resiko dan yakin kalo langkah kamu benar,,,
Sugiharti Rusli
karena ayah kamu tuh tahu kalo yang sekarang bisa dia permainkan adalah rasa takut kamu dengan ancamannya
Sugiharti Rusli
Regi kamu jangan serba ragu dan takut, bagaimana nanti si Dona nasibnya kalo seperti itu kamunya,,,
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Bener -bener ni kakek serakah,thor buat Regi Dona Andriana kumpul dan bahagia lanjut thor💪💪💪💪
Lisa: Setuju Kak..kakek itu jahat banget..ayo Regi semangat cari partner utk melawan Halik
total 1 replies
Sugiharti Rusli
semoga saja karena harta yang kamu kumpulkan selama ini berasal dari harta haram milik Farid, itu akan tenggelam oleh keserakhan kamu sendiri pada akhirnya
Sugiharti Rusli
apalagi cucu kamu Dona bukan anak yang cengeng dan tidak tahu arti kata berjuang, apalagi sekarang ada sang ayah di sisinya
Sugiharti Rusli
ayah kamu tuh ga tahu kalo hubungan darah tuh kental dan tidak mudah dipisahkan oleh harta seberapapun banyak nya,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!