Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 — Pertemuan dengan Naga Hitam
Udara di ketinggian terasa dingin dan menusuk, namun Shen Ryuko tidak merasakannya. Ia adalah Naga Hitam. Dingin adalah elemennya.
Namun, di lengannya, ada sumber kehangatan yang aneh, yang kini menjadi satu-satunya fokus perhatiannya.
Lian Yue terlelap di dekapannya. Gadis itu tidak sadarkan diri, wajahnya pucat dan basah oleh keringat dingin, tapi Spirit Qi Rubah Ekor Perak di dalam dirinya bekerja secara independen, memancarkan gelombang Yin yang liar, memeluk erat Qi Yang Ryuko.
Perasaan itu… membuat Ryuko hampir kehilangan kendali atas penerbangannya.
Ia telah hidup selama dua puluh tiga tahun dalam kekakuan, kehati-hatian, dan pengendalian diri yang mutlak. Qi Naganya selalu stabil, mendominasi, dan panas. Namun, sentuhan lembut gadis itu—bahkan dalam keadaan tidak sadar—telah menciptakan lubang hisap spiritual di Lautan Qi-nya. Yin yang mendambakan Yang. Rubah yang memohon Naga.
Ryuko mempererat cengkeramannya di pinggang Lian Yue, merasakan setiap lekukan tubuh mungil itu di bawah jubah tipisnya. Ia membenci kelemahan, tetapi pada saat ini, ia merasa kuat, seolah-olah semua energi liar di alam semesta telah menemukan keseimbangan sempurna di tengah-tengah dirinya.
“Takdir,” bisik Ryuko, suaranya tercekat. Ia selalu mencibir kata-kata puitis seperti itu, tetapi tanda yang kini bersinar di punggung tangannya—sisik naga yang berpadu dengan bulu rubah perak—adalah bukti tak terbantahkan.
Ia adalah pasangan jiwa yang ditakdirkan untuk Ritual Ikatan Tubuh, Ritual yang akan menyempurnakan Spirit Beast mereka dan melepaskan potensi penuh Warisan Purnama.
Insting Naganya berteriak. Naga adalah makhluk posesif. Naga mengklaim, tidak peduli dengan moral atau hukum Sekte. Ia telah menyelamatkannya dari Sekte Cahaya Putih; itu berarti gadis ini adalah rampasan perangnya. Miliknya, untuk ia lindungi dan ia klaim.
Jubah hitam Ryuko mengepak tertiup angin. Di bawah mereka, pemandangan Negeri Qingya berubah. Lembah berkabut memudar, berganti dengan pegunungan tandus dan formasi batu hitam yang curam—wilayah Sekte Naga Hitam.
Lian Yue tenggelam dalam kegelapan yang manis. Ia tidak sadar, tetapi di alam spiritualnya, ia merasa seperti berenang di lautan Qi Yang yang hangat.
Rubah Ekor Perak-nya, Yueyin, melompat kegirangan. Yueyin tidak peduli dengan bahaya atau intrik politik; ia hanya peduli pada kebutuhan. Dan kebutuhannya kini dipenuhi: Yang yang kuat dan murni.
Dalam kegelapan batinnya, Lian Yue melihat dirinya dan Yueyin berputar dalam pusaran emas yang membara. Itu adalah Qi Ryuko.
’Hangat… sangat hangat… aku menginginkannya…’ pesan Yueyin berbisik ke dalam kesadaran Lian Yue.
Meskipun kesadarannya terpisah, tubuh fisik Lian Yue merespons. Ia bergerak. Ia menyusup lebih dalam ke pelukan Ryuko, tanpa sadar mencari sumber panas itu, mencari keintiman yang didorong oleh Spirit Beast yang menuntut penyatuan.
Sentuhan itu membuat Ryuko terkesiap. Ia merasakan cengkeraman halus di jubahnya dan gesekan kulit lembut gadis itu. Meskipun ia adalah pewaris sekte paling dingin dan paling kejam, ia hanyalah seorang pria. Insting liarnya bangkit, jauh lebih kuat daripada yang pernah ia rasakan saat bersama wanita lain.
Ryuko memperlambat penerbangannya, napasnya sedikit memberat. Ia menatap ke bawah. Wajah Lian Yue, meskipun lelah, kini terlihat lebih rileks, bibirnya sedikit terbuka, memancarkan kepolosan yang mematikan.
Ia harus melepaskannya. Ini berbahaya. Jika ia melangkah lebih jauh, Ritual Ikatan Tubuh itu bisa saja terjadi di udara, tanpa persiapan, tanpa kendali. Itu akan menyempurnakan Rubah Ekor Perak, ya, tapi itu akan memposisikan dirinya sebagai Predator, bukan Pasangan.
Ryuko mencoba mendorong gadis itu sedikit menjauh dari tubuhnya.
NGIING!
Saat sentuhan mereka sedikit renggang, Qi Rubah Ekor Perak Lian Yue langsung menjerit protes. Qi Yin yang tadinya tenang seketika menjadi gelisah dan tidak stabil, memancarkan gelombang panas yang terasa menusuk kembali ke dalam meridian Ryuko.
Ryuko menggeram tertahan. “Sialan. Sensitif sekali.”
Ia terpaksa menarik Lian Yue kembali, mendekapnya erat-erat, membiarkan tubuhnya menjadi perisai dan penyeimbang. Segera setelah itu, kehangatan yang manis kembali menyelimuti mereka berdua.
“Kau mengklaimku bahkan sebelum kau sadar, Rubah kecil,” bisik Ryuko, nadanya kini mengandung janji dan ancaman. “Baiklah. Mari kita lihat seberapa jauh takdir ini akan membawa kita.”
Tinggi di antara puncak-puncak gunung hitam, menjulanglah Sekte Naga Hitam. Bukan bangunan mewah dari porselen putih, melainkan benteng batu hitam yang dingin, diselimuti kabut tebal yang berasal dari Qi para Naga yang bermeditasi.
Ketika Ryuko mendarat di Lapangan Latihan Utama, ia disambut oleh keheningan total. Beberapa murid senior dan penjaga langsung berlutut, kepala mereka tertunduk, tidak berani melihat ke atas.
Ryuko, sebagai pewaris yang paling kuat dan paling kejam, selalu menuntut kepatuhan absolut.
“Siapkan kamar teraman di Paviliun Utara,” perintah Ryuko, suaranya rendah dan serak, sedikit terpengaruh oleh sentuhan intens gadis di lengannya. “Tidak ada yang diizinkan masuk tanpa izin dariku. Bahkan Elder Mo.”
Seorang murid senior, bernama Gu Wei, memberanikan diri mendongak. Ia melihat tubuh seorang gadis di pelukan Ryuko, dan matanya langsung membelalak. Shen Ryuko, si Naga Es, membawa seorang gadis? Dan gadis itu… memancarkan aura spiritual yang begitu kuat?
“Pewaris Ryuko,” Gu Wei berani bertanya, nadanya penuh ketakutan. “Siapa… siapa gadis ini? Dan mengapa Qi-nya… begitu kuat?”
“Dia adalah urusanku,” potong Ryuko, nadanya seolah-olah Gu Wei baru saja menanyakan apakah langit itu biru. Dingin, mematikan, dan tidak dapat dibantah. “Dia adalah tamuku. Dan Spirit Beast-nya kini terikat padaku.”
Kata-kata terakhir Ryuko diucapkan dengan intonasi yang begitu dalam dan posesif hingga semua murid tahu: mengganggu gadis ini berarti menantang Naga.
Ryuko tidak menunggu jawaban. Ia berbalik dan melangkah cepat menuju Paviliun Utara, kompleks hunian pribadinya yang terletak di titik Qi paling stabil di Sekte itu.
Paviliun Utara adalah tempat yang gelap, besar, dan sangat minim ornamen. Dindingnya terbuat dari batu obsidian yang mampu menahan tekanan Qi tingkat tinggi.
Ryuko memasuki kamar tidurnya, yang hanya diterangi oleh lampu minyak kecil. Ia berjalan menuju tempat tidurnya, yang terbuat dari kayu Hutan Roh Kuno—kayu yang secara alami menenangkan energi.
Dengan hati-hati, ia membaringkan Lian Yue di atas kasur sutra hitam. Begitu sentuhannya terlepas, efeknya langsung terasa.
Lian Yue mengerang. Wajahnya langsung berkerut kesakitan, dan panas yang tadinya terasa manis di tubuhnya kini berubah menjadi demam Qi yang berbahaya. Cahaya perak Yueyin mulai berdenyut liar, menunjukkan ketidakseimbangan yang ekstrem.
Ryuko mendesis. Ia melangkah mundur, mencoba memberi jarak, tapi ia tahu jarak adalah musuh Lian Yue saat ini.
“Dasar Rubah yang merepotkan,” gumamnya, meskipun ada nada cemas yang tersembunyi di balik kekesalannya.
Ryuko melepaskan jubah luarnya, memperlihatkan otot-otot yang terbentuk sempurna oleh pelatihan Qi Naga yang keras. Ia duduk di tepi tempat tidur, meraih pergelangan tangan Lian Yue, dan segera menyalurkan setetes Qi Yang murni ke dalam meridian gadis itu.
Zzzzzzt…
Lian Yue tersentak, mata hijaunya sedikit terbuka, menatap sosok Ryuko yang gelap dan mengintimidasi di atasnya. Ia tidak mengenali Ryuko; ia hanya merasakan Qi-nya.
“Yang… hangat…” bisik Lian Yue, suaranya parau, bukan suara dirinya, tapi suara hasrat Spirit Rubahnya.
Tanpa kendali, ia mengangkat tangannya dan menyentuh dada Ryuko, tepat di atas jantungnya, tempat Qi Yang murni berdenyut paling kuat.
Ryuko membeku. Sentuhan itu tidak disengaja, tetapi begitu sensual. Jari-jari Lian Yue yang mungil dan panas terasa seperti sengatan listrik.
Ryuko merasakan seluruh tubuhnya merespons dengan keras. Qi Naganya, yang selalu ia tekan, kini berdenyut, mendesak untuk menyebar, untuk membanjiri gadis ini dengan energi Yang-nya. Tanda di tangannya terasa terbakar.
Ia melihat wajah Lian Yue. Gadis itu tidak tahu apa yang ia lakukan. Ia hanya mengikuti insting.
“Lepaskan,” perintah Ryuko, suaranya dalam dan serak, lebih merupakan peringatan pada dirinya sendiri daripada pada Lian Yue.
Lian Yue tidak mendengar. Ia hanya membutuhkan sentuhan itu. Ia mengerang pelan, dan dalam gerakan yang didorong oleh Yueyin, ia bergeser, mencari kontak yang lebih dekat, meletakkan kepalanya di bahu Ryuko.
Pewaris Naga Hitam itu, yang seharusnya mendorongnya menjauh, kini justru memejamkan mata dan membiarkan momen itu terjadi.
Ia bisa merasakan aroma manis hutan dan bulan yang melekat pada Lian Yue, aroma yang kini bercampur dengan bau besi dan tembaga, bau ketakutan dan pertempuran. Itu adalah aroma Spirit Rubah yang mencari perlindungan.
Ryuko mencondongkan tubuhnya, merasakan Qi Rubah itu menenangkan badai dalam dirinya. Ia harus mengakui, ini jauh lebih dari sekadar perlindungan spiritual. Ini adalah daya tarik fisik dan emosional yang mengakar.
Ia tidak bisa hanya melindunginya dari musuh luar. Ia harus melindunginya dari dirinya sendiri, dari insting Naganya yang kini mengaum liar, menuntut Ritual Ikatan Tubuh yang sempurna.
“Tidur, Rubah kecil,” bisik Ryuko, suaranya kini sedikit melembut, seolah ia sedang berbicara dengan Spirit Beast-nya sendiri. “Kau sudah aman. Di sini, di Sekte Naga Hitam, tidak ada yang bisa menyentuhmu, kecuali aku.”
Kalimat itu terdengar seperti janji perlindungan, tetapi juga seperti deklarasi hak milik yang mengerikan. Ryuko menatap langit-langit batu obsidian yang gelap, mendengarkan napas tenang Lian Yue di telinganya.
Ia duduk di sana, membiarkan Qi mereka menyatu dan berputar-putar dalam keintiman yang terlarang, tahu bahwa ia baru saja membawa bom waktu ke tengah bentengnya yang dingin. Bom waktu yang akan meledak dalam gairah dan kekuasaan.
Ia tahu pertempuran sesungguhnya bukan lagi di luar sana. Pertempuran sesungguhnya baru saja dimulai, antara pengendalian diri Naganya dan nafsu primal yang dituntut oleh Takdir Ikatan Tubuh ini.