NovelToon NovelToon
Berondongku Suamiku

Berondongku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Ibu Tiri
Popularitas:63.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.

Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.

Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Puluh

Begitu Samudera keluar dari kamar dalam kondisi wajah masih merah-merah antara malu, syok, dan sedikit ingin menghilang ke antariksa, aroma masakan yang hangat langsung menyambutnya dari arah dapur kecil apartemen itu.

Mami Vania berdiri di sana, dengan apron bunga-bunga, wajah serius namun tangan cekatan memindahkan lauk-pauk yang ia bawa dari rumah, ayam bakar madu, sayur lodeh, sambal terasi, dan buah potong yang sudah dirapiin kayak mau photoshoot majalah makanan.

Samudera mengusap wajah, “Mi … sejak kapan masuk sini bawa satu paket makanan lengkap begini?”

Mami tidak menoleh. “Sejak kamu hampir membuat cucu buat mami."

“Mami!” Sam sedikit berteriak memanggil maminya.

Mami mengangkat satu alis. “Apa? Kalau mau begituan itu hal wajar. Apa lagi kalian pengantin baru. Tapi tolong tutup pintu. Mami ini punya mata, bukan dekorasi.”

Samudera langsung duduk di kursi dapur dengan pasrah. Ia menumpuk wajah di atas meja sambil meringis. “Astaga, bisa nggak ya Tuhan menghapus lima menit terakhir dari memori Mami?"

“Sudah telat,” jawab Mami santai. “Mami sudah menyimpan di memori."

Samudera mengangkat kepala cepat. “Miz stop bicara itu.”

Tapi Mami sudah sibuk menuang nasi ke piring. “Duduk sini. Makan. Biar kuat.”

Samudera pun terpaksa duduk di samping maminya di meja makan sempit itu. Mami tampak berkonsentrasi memindah ayam satu per satu seolah sedang menata masa depan Sam.

Saat piring untuk Sam sudah penuh, Mami berdeham.

“Sam.”

“Hm?”

“Kamu tuh harus berhenti balapan.”

Sam mendongak, bingung. “Hah? Kok tiba-tiba balapan?”

Mami menatapnya tajam. “Masa calon bapak masih balapan liar? Malu-maluin aja. Mami nggak mau nanti cucu Mami lahir, terus ayahnya masuk berita karena ngebut sambil ngelewatin polisi tidur kayak terbang.”

Sam meletakkan sendok dengan pelan, seperti dramatis. “Mami … siapa yang jadi bapak?”

Mami melotot mendengar pertanyaan putranya, “Kamu lah! Masa kucing tetangga?”

“Mi … apa-apaan sih?! Kita tuh nggak ada rencana ....”

“Sudahlah,” sela Mami sambil menepuk tangan Sam seperti menenangkan anak TK. “Mami ini wanita berpengalaman. Mami tahu gelagat orang jatuh cinta.”

Samudera mengedip lambat. “Mi, aku tadi cuma ngoles balsem di pinggang Kirana. Dia terjatuh."

“Emangnya ngoles balsem itu sambil copotin celana anak orang ya?”

Samudera menahan napas. “Tapi kan itu pinggangnya sakit, Mi! Tentu aja harus copotin celananya."

Mami mengangguk-angguk, wajah penuh pemahaman yang tidak menenangkan sama sekali. “Iya. Mami ngerti. Pinggung sakit. Lutut goyang. Jantung deg-degan. Semua itu proses menuju cucu, paham.”

“Mi!!”

Mami mengambil mangkuk lodeh dan mengaduknya sesantai orang baca gosip pagi. “Mami harus bilang Papi nih. Pasti sebentar lagi Mami jadi Oma. Mami mau beli vitamin penyubur buat Kirana. Biar langsung jadi kecebong benih kamu tuh.”

Sam batuk keras. “Siapa yang langsung hamil?! Kami itu nggak ngapa-ngapain! Mami tuh suka banget berhalusinasi positif.”

Mami menatap Sam dengan tatapan paling dramatis sedunia. “Sam. Kamu jangan bohong sama Mami. Kamu pikir Mami nggak lihat tadi? Kalo bukan kalian diselamatkan Tuhan, itu adegan sudah masuk rating 21+.”

Sam mau pingsan rasanya. Mami memang tak bisa dibantah semua pikiran yang ada dikepalanya.

“Apa Mami lupa kalau aku pernah bilang kalau pernikahan ini cuma nikah kontrak?” Sam mencoba bertahan dengan logika terakhir yang ia punya.

Mami mendecak. “Itu hanya kontrak di atas kertas. Perasaan kalian kan nggak pakai materai.”

Sam menunjuk dadanya. “Aku nggak punya pe ....”

“Kalau kamu tidak punya rasa sama gadis secantik Kirana, Mami perlu tanya, kamu ini normal?”

Samudera langsung terbangun dari kursi. “Mi! Aku ini normal ya! NORMAL! Jangan nuduh-nuduh!”

Mami berdiri, menaruh tangan di pinggang. “Oh? Normal? Tapi setiap ada Kirana kamu langsung ribut, jatuh, panik, salah bicara, salah napas. Kalau bukan jatuh cinta, itu sakit magh.”

“Mi .…” Sam memijit pelipis. “Aku ini normal. Jangan bikin rumor keluarga.”

“Rumor apa? Ini fakta. Kamu itu kayak kipas angin pas lihat Kirana, selalu muter-muter.”

Samudera hendak balas tapi tak jadi karena mendengar suara pintu kamar yang di buka.

Dengan wajah merah merona, rambut sedikit acak, pakaian masih belum rapi setelah kekacauan lima belas menit sebelumnya.

Kirana berjalan ke ruang makan dengan langkah pelan, seperti habis jatuh dari tiga dimensi sekaligus. Begitu melihat Mami dan Sam sama-sama menatap ke arahnya, wajahnya makin merah keunguan.

“Ma … Maaf. Aku … tadi cuma ...." Kirana tak tahu harus menjelaskan bagaimana.

Mami langsung merentangkan tangan. “Kiran, sini duduk deket Mami.”

Kirana menuruti, duduk dengan malu seperti anak sekolah yang dipanggil wali kelas karena ketahuan naksir ketua OSIS.

Begitu Kirana duduk, Mami langsung menyodorkan piring penuh nasi, ayam bakar, sayur, sambal, buah, dan entah apa lagi. Piring itu berat seperti masa depan.

“Kamu harus banyak makan, Kiran.”

Kirana berkedip. “Kenapa harus banyak, Mi?”

Mami tersenyum manis tapi mengerikan. “Biar kuat nanti menghadapi Samudera.”

Sam tercekik ludahnya sendiri. “MamiiI!!!”

Kirana mematung, pipinya makin merah. “Mi .…” suaranya kecil kayak suara notifikasi HP yang volumenya 1%.

Tapi Mami terus saja mengelus bahu Kirana seperti guru yang memberi motivasi ke murid terbaiknya. “Kamu tuh harus jaga kesehatan. Sam itu energinya banyak. Kamu jangan kalah.”

Samudera rasanya ingin melompat ke laut saja mendengar semua ucapan mami. " Mi ... stop bicara yang bukan-bukan. Kirana jadi malu tuh!"

Kirana tidak berani menatap Samudera. Begitu juga dengan pria itu, tidak berani tatap Kirana. Kalau ada kamera CCTV di sana, pasti sudah jadi meme viral.

Mami menatap keduanya dengan ekspresi ‘aku sudah tau kalian jodoh dari bayi’.

“Sudah-sudah,” ucap Mami sambil mengambilkan sendok untuk Kirana. “Kita makan dulu. Obrolan cucu nanti selesai makan di sambungnya.”

Samudera menutup wajah dengan kedua tangan. “Mi … stop bahas tentang cucu!"

“Kenapa? Takut?” tanya Mami sambil menyuapi Kirana dengan sepotong ayam. Ia ingin menolak, tapi mami tetap melakukannya.

Bahkan Mami sudah menyuapi menantu padahal pernikahan masih kontrak. Luar biasa.

“Aku bukan takut!” Sam bangkit dari kursi. “Aku cuma nggak mau Mami bikin Kirana salah paham!”

Kirana mengangkat tangan pelan. “Aku … tidak salah paham kok. Aku tahu Mami cuma bercanda.”

“Siapa bilang Mami bercanda? Mami memang inginkan cucu secepatnya!” jawab Mami cepat. Kirana langsung membeku.

Sam langsung duduk, lemas. “Mi … plis .…”

Mami menghela napas dramatis. “Kalian ini jodoh. Sudah sah, tinggal nunggu waktu. Kalian berdua itu kalau lagi berantem lucu, kalau lagi jatuh saling injak, kalau lagi mesra bikin Mami pengen tutup mata pakai parenting-book.”

“Mi .…” Samudera sudah tampak lelah menghadapi maminya.

Mami menepuk punggung Kirana. “Kiran, kamu jangan sungkan-sungkan sama Sam ya. Kalau dia bawel cubit aja. Tapi jangan sering jatuh. Tubuh kamu harus dijaga.”

Kirana tersenyum kecil, malu-malu. “Iya Mi .…”

Samudera mende'sah panjang seperti habis lari maraton. “Aku pusing banget .…”

Mami menepuk bahunya keras. “Pusing itu salah satu tanda lagi jatuh cinta.”

“Aku pusing karena Mami!”

"Jadi kamu pusing karena tadi nggak kesampaian main kudanya karena mami datang. Kalau begitu Mami pulang. Kalian bisa lanjutkan. Mau berapa ronde terserah tapi jangan lupa kunci pintu apartemennya. Mau main di kasur, di sofa. Terserah. Mami pamit dulu," ucap Mami Vania.

Mami langsung meraih tas dan berjalan keluar dari apartemen. Samudera dan Kirana hanya terdiam melihat kepergian wanita itu.

1
Fitra Sari
lanjut KK doubell up ...
Radya Arynda
alhamdulillah ya alloh kirana buah dari ke sabaran mu begitu manis,dan indah mendapat mertua yang baik,,,semogah kalia cepat bucin sampai mati🫶🫶🫶🫶..buat mereka yang menyakitimu menderitan ....🤣🤣🤣🤣
Apriyanti
lanjut thor
Rahma
aq jg ikut gemes sm ocehan mami Vania susah d lawan, g bakal menang lawan mami Vania 😂😂
vj'z tri
penguasa rumah kalau udah bicara gak da lawan lah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 dah jelas jahil nya sam turunan kanjeng ratu
D_wiwied
tuh mami aja paham Sam
Teh Euis Tea
duhhh mau bgt punya mertua ky mami vania dan papi dirga, sesayang itu dm mantu😍
Eonnie Nurul
mertua nya sungguh di luar Nurul 🤣
D_wiwied
lhaaaa mami yg salah sapa suruh main masuk2 ajaaa 🤭🤭
Ilfa Yarni
mertua yg kayak gini nih yg keren seneng aku sama mami vania udah lah sam daN jg kM Kirana sobek tuh kertas kontrak kalian ga berguna tau ga
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si mami bikin malu🤣🤣🤣🤣🤣
Rohmi Yatun
ngakak sendiri baca di part ini🤣🤣🤣🤣.. lanjut thor🙏
partini
Sam kamu ga punya rencana tapi mami mu punya seribu rencana biar menantu nya tekdung because you mami selangkah di depan dari pada kamu 😂😂😂
Ilfa Yarni
duh romantisnya aku jg mau dong jatuh trus tp aku maunya jatuh cinta sama dewa
Dewi kunti
pinggang dan pinggul
Siti Amyati
haha gimana ngga salah paham mami lihat momen kok ngga pas pa lgi status masih pengantin baru lanjut kak
Cindy
lanjut kak
Taslim Rustanto
Kirana ternyata punya hobi jatuh ya...bentar LG juga jatuh...
jatuh cinta .wa ea aa
Mama Reni: 🤣🤣🤣🫣🫣
total 1 replies
dyah EkaPratiwi
hahaha pikir mama Vania udah seneng nie ya anaknya proses buat cucu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!