CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengumuman Pernikahan dan Umpan Pak Jaya
Kepulangan dari pulau terasa tiba-tiba dan dingin. Kehangatan pasir dan keintiman yang terpaksa di bawah badai menghilang begitu mereka mendarat di Jakarta. Mereka kembali menjadi Ardan Hidayat, CEO yang dingin, dan Risa Dewi, tunangan palsu yang memukau.
Ardan segera menjadwalkan pertemuan dewan direksi untuk mengumumkan langkah drastis mereka: pengumuman tanggal pernikahan resmi dalam waktu satu bulan.
Di ruang rapat, Ardan mempresentasikan foto-foto intim dari "liburan romantis" mereka, memaparkan analisis pasar yang menunjukkan peningkatan kepercayaan investor pasca-Gala Amal, dan kemudian melemparkan bomnya.
"Kita akan menikah dalam empat minggu. Ini adalah satu-satunya cara untuk membungkam spekulasi Bima dan Pak Jaya," tegas Ardan, tatapannya menyapu wajah para direktur yang tampak terkejut.
Direktur Utama, Tuan Susilo, yang selama ini menjadi pendukung setia Ardan, terlihat cemas. "Tuan Ardan, ini terlalu tergesa-gesa. Bagaimana jika Nona Risa berubah pikiran? Jika perceraian terjadi, Hidayat Group akan mengalami kerugian ganda."
"Dia tidak akan berubah pikiran," jawab Ardan, memandang Risa yang duduk di sebelahnya. "Risa telah memilih. Dan dia tahu konsekuensinya."
Risa mengangguk, tampil sebagai pasangan yang yakin. Ia menatap para direktur dengan senyum percaya diri. "Saya mencintai Ardan. Dan saya akan menjadi Nyonya Hidayat."
Meskipun masih ada keraguan, otoritas dan kesuksesan Ardan di Gala Amal memaksa dewan untuk setuju. Pernikahan itu diumumkan keesokan harinya, mengejutkan seluruh dunia bisnis.
Reaksi Pak Jaya datang dengan cepat dan terencana. Malam itu, Risa menerima telepon dari Pak Hadi, yang memberitahunya bahwa Pak Jaya telah meminta pertemuan pribadi dengannya—sendirian—di sebuah kafe tersembunyi.
Risa tahu itu adalah jebakan, tetapi ia tidak bisa mengabaikan kakek kandungnya. Ia menyelinap keluar dari penthouse, hanya memberitahu sopir untuk merahasiakannya dari Ardan. Ia ingin menyelesaikan masalah ini tanpa campur tangan Ardan, demi Nenek Wulan.
Di kafe yang tenang, Pak Jaya menunggu. Pria itu tampak lebih tua dari di Gala, tetapi auranya tetap kuat.
"Kau berani datang. Kakek senang," kata Pak Jaya, saat Risa duduk di hadapannya.
"Saya datang untuk meminta Anda berhenti mencampuri urusan saya dan Ardan," Risa memulai tanpa basa-basi. "Saya sudah membuat pilihan saya."
Pak Jaya tersenyum penuh kasih. "Risa, kau naif. Kau pikir Ardan mencintaimu? Dia hanya mencintai perusahaannya. Kau adalah perisainya. Dia memaksamu untuk menikah dalam waktu satu bulan karena dia takut kebenaran tentang darahmu akan menghancurkan kesepakatan bisnisnya."
"Saya tahu tentang kontraknya," Risa berbohong. "Tapi perasaan kami telah berubah. Saya mencintainya."
Pak Jaya tertawa, tawa yang keras dan menyakitkan. "Bohong. Kakek tahu kau gadis yang cerdas. Kau tidak bisa mencintai pria yang mengambil paksa hidupmu. Kakek punya tawaran yang lebih baik."
Pak Jaya mengeluarkan sebuah folder tebal dan mendorongnya ke hadapan Risa.
"Di sini, Risa, adalah surat perjanjian yang telah Kakek siapkan. Jika kau meninggalkan Ardan sekarang dan kembali ke pangkuan keluarga Jaya Sakti, Kakek akan menunjukmu sebagai pewaris utama Jaya Sakti. Bukan hanya uang—Kakek akan memberimu kekuatan dan nama, Risa. Sebuah jabatan di dewan direksi, dan kendali atas sebuah perusahaan senilai triliunan. Kau akan mendapatkan apa yang selalu kau cari: harga diri."
"Dan bukan hanya itu," lanjut Pak Jaya, suaranya melembut menjadi bujukan yang mematikan. "Kakek akan memindahkan Nenek Wulan ke luar negeri, ke rumah sakit terbaik di dunia, dan dia akan hidup dalam kemewahan dan kedamaian tanpa harus takut pada siapa pun."
Risa terkejut. Itu adalah umpan yang sempurna. Kekuatan, nama, dan keamanan sejati untuk Nenek Wulan, sesuatu yang tidak bisa dijamin oleh kontrak palsu Ardan.
"Apa yang Anda minta sebagai gantinya?" tanya Risa, suaranya bergetar.
"Sederhana," jawab Pak Jaya, matanya bersinar karena licik. "Kau hanya perlu menunggu satu minggu lagi. Pada hari pernikahanmu, kau pergi. Kau meninggalkan Ardan sendirian di altar. Itu akan melumpuhkan Hidayat Group secara finansial dan sosial. Setelah itu, kau datang ke Kakek, dan semua ini menjadi milikmu."
Risa menatap folder itu. Ini adalah kesempatan untuk menyelamatkan dirinya dan Neneknya dari permainan Ardan, dan untuk mendapatkan kekuasaan yang tak pernah ia impikan.
Saat Risa berpikir keras, ponselnya bergetar di dalam tas. Ardan menelepon.
Risa mengabaikannya dan menatap Pak Jaya. "Anda tahu, Tuan Ardan tidak akan pernah memaafkan saya."
"Dia akan hancur," kata Pak Jaya dengan kepuasan. "Tapi kau akan menang. Kau akan mendapatkan kembali hidupmu."
Risa memejamkan mata sejenak. Ia melihat wajah Nenek Wulan yang damai. Kemudian ia melihat Ardan—tatapannya yang berapi-api saat mereka berciuman, sentuhannya yang protektif di pulau, dan kepercayaan yang ia berikan pada Risa untuk menyelamatkan perusahaannya.
Risa mendorong folder itu kembali ke arah Pak Jaya.
"Terima kasih atas tawaran Anda, Kakek," kata Risa, suaranya kini kembali dingin dan tegas. "Tapi, saya sudah membuat pilihan. Saya tidak ingin kekuasaan Anda. Saya memilih untuk memenuhi komitmen saya. Saya akan menikah dengan Ardan."
Pak Jaya menatap Risa, terkejut dan marah. "Kau bodoh! Kau akan menyesalinya!"
"Mungkin," jawab Risa, bangkit dari kursi. "Tapi itu adalah penyesalan saya, bukan penyesalan Anda. Saya akan menikah dengan Ardan Hidayat."
Risa berbalik dan meninggalkan kafe, meninggalkan Pak Jaya yang marah dan rencananya yang gagal. Namun, saat ia melangkah ke jalan, ia tahu bahwa dengan menolak tawaran Pak Jaya, ia telah mengikat dirinya pada Ardan dengan rantai yang lebih kuat daripada kontrak mana pun: kesetiaan yang buta di tengah kebohongan.