Kyara harus menerima ujian pahit dalam hidupnya ketika dihadapkan dengan kenyataan harus menerima tawaran menjadi istri dari Bos tempat ia bekerja demi permintaan pria tua yang sangat ia sayangi. Membuat Kyara harus berada di posisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bagaimana nasib pernikahan yang Kyara jalani tanpa ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah bahkan tidak dianggap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesayangan Kyara
"Aku sungguh tidak apa-apa, Rania. Sudahlah, sebaiknya kau kembali melanjutkan pekerjaanmu sebelum Bu Retno memarahimu." Kyara terkekeh geli ketika membayangkan Bu Retno memaki Rania. Bukan seperti dirinya,
Rania adalah wanita pemberani yang berani melawan ketika merasa dirinya tidak bersalah. Karena sikap bar-bar Rania, Bu Retno berpikir 90 kali untuk memarahi Rania.
"Kau terlalu pandai mengalihkan pembicaraan, Kya. Apa kau yakin baik-baik saja? Aku bisa menghabisi mereka untukmu, Kya?" penawaran yang sudah sering Rania ucapkan kepada Kyara, tetapi tidak pernah Kyara mengiyakannya.
Kyara menggeleng kepala beberapa kali diiringi senyuman manisnya. "Tidak. Aku hanya ingin kau tetap disampingku."
Rania sontak memukul pelan lengan Kyara yang kini sudah beralih menjadi tempat rangkulannya. "Tentu saja. Aku tidak akan berpaling darimu, Kya!"
"Aku masih normal, Rania. Kau masih bisa bersama Kak Seno untuk menjadi pendampingmu dan tetap setia disampingmu," kelakar Kyara. Mengingat Seno- teman sesama OB mereka yang selalu mengejar cinta Rania namun tidak pernah mendapat tanggapan dari Rania membuat Kyara terkekeh geli. Apalagi mengingat jika setiap pagi Seno selalu meletakkan bunga mawar merah di loker milik Rania.
"Oh, astaga! Jangan menyebut namanya lagi di depanku, KYA!"
Tawa Kyara seketika menggelegar di lorong ruangan menuju lift. "Kau berani mengejekku, Kya" Rania mendengkus melihat tawa Kyara yang sepertinya tidak akan menyurut."Agh, sudahlah. Walau kau menyebalkan, aku tetap menyayangimu."
"Ya, ya. Aku tahu itu, Rania. Terimakasih sudah mau menyayangiku." kelakarnya lagi. "Tetapi lebih baik lagi jika kau menyayangi Kak Seno. Sepertinya kau perlu mempertimbangkan Kak Seno menjadi pendampingmu, Rania. Dia cukup baik menurutku." lanjutnya menggoda Rania namun sedikit keseriusan dalam perkataannya.
"Hugh, sudahlah. Sampai jumpa nanti, Kya. Bekerjalah dengan baik. Jika mereka berani menyakitimu, kau bisa segera menghubungiku." perintahnya. " Aku akan tetap berada di sini. Kau pergilah. Aku tau kau cukup sibuk hari ini."
Kyara mengangguk mengiyakan sebelum dirinya hilang dari pandangan mata Rania bersamaan dengan pintu lift yang sudah tertutup kembali.
***
Setelah rapat yang berlangsung selama tiga jam itu selesai, Kakek Surya yang kini sudah pensiun dari jabatannya menjadi seorang CEO itupun memandang cucunya- Gerry. "Gerry. Segera keruangan Kakek. Ada yang ingin Kakek bicarakan denganmu."
"Baiklah, Kek. Kakek bisa menungguku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Jimy."
"Baiklah. Kau tau Kakek paling tidak suka menunggu." ucapnya tegas. Dengan Gerry, rasanya Surya tidak ingin menunggunya. Ia tahu sifat cucunya yang keras kepala itu. Apalagi Gerry pasti sudah tau apa yang ingin mereka bicarakan.
Gerry mengangguk. Sebenarnya Gerry sudah cukup tau hal apa yang ingin kakeknya bicarakan. Seperti yang ada di dalam pikiran Kakek Surya. Apalagi jika bukan tentang kekasihnya- Ketty. Seorang model yang kini namanya tengah dibicarakan di kalangan masyarakat. Restu dari Surya yang tidak pernah Gerry dapatkan membuat Gerry menjalin hubungan diam-diam dengan Ketty.
Setelah terlibat percakapan 10 menit dengan Jimy asisten pribadinya. Akhirnya dengan malas Gerry melangkahkan kakinya menuju ruangan Presiden Direktur yang dulu di huni oleh Kakek Surya.
Pintu ruangan seketika bergeser setelah Gerry menempelkan sidik jarinya. Gerry menjangkau setiap sudut ruangan untuk mencari keberadaan Kakeknya yang tidak terlihat. Tidak melihat keberadaan Kakek Surya, Gerry melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan. Memutuskan untuk menunggu di sofa. Mengeluarkan ponsel di dalam saku jasnya yang sejak tadi bergetar. Senyuman seketika terbit di kedua sudut bibirnya ketika melihat nama kekasihnya di layar ponsel.
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
bab ini kata Calvin wajah Cilla mirip dengan Bianca
Eeeeee...ini masalah Citra juga lamban dalam mengatasi kecurigaan Rania. Bahkan sudah ada peristiwa berani pegang atau mau betulin dasi juga masih lamban mengatasi Citra. Tapi bukan William kalau tidak heboh dulu wkwkwk
Ato bumil...hajar tuh pelakor tanpa ampun