Jangan lewatkan juga "DITAKDIRKAN MENCINTAIMU" dan "NGUMBARA CINTA"
Mengandung adegan dewasa 21+ jadi bijaklah dalam membaca.
Seorang dokter cantik bernama Ziya Almahiyra yang harus membayar hutang ayahnya dengan menjadi pembantu dirumah Aditya Dewa Bagaskoro tanpa gaji sedikitpun selama satu tahun.
Lalu bagaimana dengan cita citanya yang ingin mendirikan klinik sendiri,untuk menolong sesama, meringankan rasa sakit yang diderita pasien?
Ayahnya yang bangkrut karna hutang menggunung.Membuat sang ayah mengidap sakit jantung.Sang kakak bernama Nabila Sahara yang selalu pergi ke klub bersama teman temannya seperti tidak mau tau akan keadaan yang menimpa keluarga, adalah persoalan rumit bagaikan benang kusut yang tak mampu Ziya uraikan.
Aditya Dewa Bagaskoro menikahi Ziya. Kebahagiaan pun menghampiri keduanya. Namun apa jadinya jika ternyata ibunya tidak menyetujui pernikahan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafi', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Bagaskoro.
Ziya menyeret kopernya pelan. Memasuki kediaman Bagaskoro supir yang tadi menjemput nya nampak setengah berlari menghampirinya. Ziya masih mengagumi rumah megah yang ada di hadapan nya.
Ini sehh bukan rumah, tapi istana. Batin Ziya.
"Mari nona, saya antar anda menemui tuan muda terlebih dahulu".
"Eh iya pak!" Ziya mengikuti langkah supir.
"Apa aku setua itu kamu panggil aku pak?namaku Diki Prasetyo panggil saja Diki." Mengulurkan tangannya dengan senyum yang mengembang. Diki memang sosok yang lumayan tampan lebih cocok jadi model daripada menjadi seorang supir.
"Owhh saya Ziya Almahyra panggil saja Ziya" Dengan sedikit kikuk mengulurkan tangannya juga.
"Ayo tuan muda menunggu kita."
Ziya mulai memasuki rumah mengikuti langkah besar Diki. Pertama kali yang terucap adalah kata Subhanallah, rumah yang mungkin hanya Ziya lihat di majalah dan medsos kini terpampang jelas didepan matanya. Ziya pernah punya rumah besar, namun tak seindah dan sebesar rumah yang di pijaki nya sekarang.
Ziya memandang setiap sudut rumah dua kata yang pas mewah dan elegan. Jiwa kemiskinan nya pun meronta, Ziya merasa minder dulu dia serba kecukupan, dan terbilang orang terkaya di kampungnya. Kakanya sekolah keluar negeri setelah itu keluarga nya pindah ke rumah yang lebih besar berada di kota. Ayahnya sukses dengan beberapa toko material yang dimiliki, tapi semuanya pun hilang dalam sekejap. Diapun sekarang hanya menempati rumah yang ditinggal merantau oleh pemilik rumah.
"Silahkan masuk Ziya." Ziya tersentak saat Diki menepuk bahunya pelan. "Ayo"
"Ahhhh iya" Baru tersadar dari lamunan.
"Selamat pagi tuan" Diki membungkukkan sedikit badannya. Reflek Ziya juga membungkukkan badan. Ada Rizal juga disana. Rizal berdiri di samping kursi Aditya.
Sepertinya ini ruang kerja. Batin Ziya terlihat dari banyaknya buku buku terjajar rapi dan berkas berkas yang tersusun dalam lemari kaca.
"Kau boleh keluar Diki!" Rizal yang berkata.sedangkan Aditya yang duduk masih asyik dengan laptop didepannya. Nampak pula ada tumpukan map didepannya dan beberapa berserakan.
Ziya diam mematung menunggu kedua orang itu berbicara, tapi nampaknya mereka asyik dengan dunia mereka sendiri sampai Ziya pun merasa kakinya pegal karena berdiri terlalu lama.
"Tuan tuan bisakah anda mempersilahkan saya duduk." Berkata dengan ketus.
Keduanya menoleh serentak.
"Ahhhh nona maaf, kami terlalu fokus, silahkan duduk"
Ziya baru akan mendudukkan bokongnya.
"Ah tidak nona baiknya kita langsung saja ke rumah belakang." Rizal berjalan meninggalkan ruangan.Ziya menarik nafas kasar.
"Dasar orang kaya seenaknya saja"
Ziya pun hanya nurut dan mengikuti Rizal, tak tau jika didalam ruang Aditya tanpa sadar mengulum senyum. Lalu menggelengkan kepalanya.
Ah tidak,aku hanya ingin berterima kasih karena dia menolongku senja itu. Dan tentu saja untuk acara reuni juga. Hufft kenapa aku harus menerima tantangan Doni. Berani sekali dia bilang aku tak laku. Aku tidak akan kalah, dokter itu bisa aku manfaatkan.
Aditya ingat betul sebelum datang kerumah Ziya, Doni mendatangi kantornya dan memberikan undangan reuni.
"Aditya ini undangan buat luh" Doni datang langsung menyodorkan undangan dimeja. Aditya hanya diam melirik sekilas undangan tersebut.
"Jangan bilang lu akan hadir Berdua dengan Rizal" mulut Doni macam cabe aja pedas. Ya karna selama ini Aditya tak pernah dekat dengan wanita manapun karena sifatnya yang dingin dan terkesan kaku.
"Maksud lu" Aditya menaikkan alisnya.
"Inget kan luh, si Raka ngebully lu saat ituh".
"Ya biarin ajalah dia kn emang seneng banget cari masalah ama gua".
"Pacar gila kayak gitu aja dibanggakan" Dia ingat betul pacar Raka saat itu masih dengan jelas mengejar dirinya. Meminta untuk dicintai Aditya.
"Emang lu nggak ada rasa sedikitpun sama Raisa?"
"Tidak!"Jawab Aditya cepat.
"Raisa cantik lho, tipe idaman semua pria. Apa kau sudah tidak normal sa..!
Reflek Aditya melempar bolpoin sebelum Doni melanjutkan bicaranya.
"Mau cari mati luh, atau gua tarik aja saham di elu ya? hemm kayaknya ide menarik." Doni langsung gelagapan.
"Jangan dong aku hanya becanda!"
Aditya cuek saja melanjutkan pekerjaannya.
"Bagaimana kalau aku buat tantangan untukmu?" Masih dalam kekonyolan nya.
"Tantangan apa?" Rizal langsung masuk karna pintu tidak tertutup sempurna.
"Ini buat Aditya, tapi lu juga boleh ikut kalau mau!"
"Apa tantangannya?" Malah Rizal yang penasaran,dasar kepo. Aditya hanya geleng kepala.
"Kalau sampai acara reuni minggu depan Aditya bawa cewek, maka gua akan kasih mobil gua yang baru"
"Heleh cicilan aja belum kelar sok sok an kasih ke orang lain" Rizal mengejek Doni.
"Enak aja gua beli cash ya, tuan boss" Doni tak terima.
"Mobil gua banyak tak perlu mobil luh" Aditya menunjukkan sisi kesultanan nya.
"Gua tau itu,nggak usah pamer. Bilang aja lu tak laku makannya nggak mau terima tantangan gua." Doni masih dalam mode provokasi. Tapi Aditya tak bergeming.
"Umpan luh kurang menarik, mendingan luh kasih umpan lain gih. Misal luh cukur gundul gituh".
Ide Rizal malah makin gila. Doni sangat menjaga penampilan nya terutama gaya rambut. Sifat playboy si Doni tentu saja yang membuatnya seperti itu. Bahkan Doni kerap kali menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menata gaya rambut di salon.
"Nah kalau itu gua setuju" Aditya antusias berharap Doni membatalkan perjanjian nya.
Doni masih syok atas ucapan temannya." Rizal lu jangan keterlaluan ya" menendang kaki Rizal. Sayangnya Rizal udah waspada, manjauhkan kakinya disaat yang tepat.
"Apa..takut luh, cemen banget." Rizal tersenyum puas melihat wajah pias Doni. Balas dendam nya terlaksana, Doni beberapa kali pamer dan mengejeknya saat punya pacar baru. Kini saatnya Doni diberi pelajaran.
"Tidak! Kalau kau kalah kau juga harus llakukan hal yang sama. Jadi, adil bukan?Itupun jika kau masih ingin disebut pria sejati"
*Selama ini kan Aditya tidak pernah dekat dengan perempuan* Doni yakin dirinya akan menang.
"Baiklah tidak masalah" Aditya merasa tertantang.
"Oke,aku setuju." Doni tersenyum penuh keyakinan. Berdiri dan mengulurkan tangannya seakan sudah memenangkan tender besar.
"Hemmh" Aditya membalas uluran tangan Doni, mengikuti kegilaan temannya.
"Kau jadi saksi Rizal" Rizal hanya mengacungkan jempol nya.
"Oke aku permisi dulu!"
"Boss kau melamun ya" Rizal kini menepuk pundak Aditya.
"Kau mengagetkan ku saja".
"Haii apa yang sedang kau lamunkan? gadis itu sudah ada disini. Tenanglah pasti kau akan menang." Rizal berkata antusias.
"Tapi apakah gadis itu akan mau."
"Bukankah dia sudah menyetujui syarat yang tuan berikan? tidak akan membantah apapun yang tuan perintah?"
"Iya aku tau"
**Bersambung...
Terima kasih readers yang sudah mau membaca karya receh aku.Semoga suka ceritanya.Terima kasih utk like,komen ,dan vote juga bintang lima.Bagi yang belum kasih,semoga dibukakan hatinya untuk kasih 😊 love you all**
ending yang membanggongkan