Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.
Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.
Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aliansi Sang Alkemis
Chen Kai berjalan meninggalkan Paviliun Harta Karun di bawah tatapan puluhan pasang mata yang terbelalak. Dia bisa merasakan tatapan kebencian yang membara dari Chen Wei di punggungnya, begitu tajam seolah bisa mengebor lubang menembus tubuhnya.
Dia mengabaikannya.
Di dalam genggamannya, kantong berisi tiga koin perak terasa berat. Itu adalah kekayaan yang belum pernah dia pegang selama tiga tahun terakhir. Dia bisa membeli makanan layak untuk Ling'er, mungkin sepotong daging dan beberapa sayuran segar.
"Hmph. Sekelompok semut yang terkesan oleh setetes embun," suara Kaisar Yao terdengar di benaknya, penuh dengan penghinaan. "Teknik 'Pemurnian Sembilan Esensi' adalah teknik sampah yang bahkan tidak akan dilihat oleh murid pelayan di Sekte Naga Abadiku. Tapi di tempat terpencil ini, itu dianggap sebagai harta karun ilahi."
"Itu sudah lebih dari cukup," jawab Chen Kai dalam hati, langkahnya stabil saat dia kembali ke hutan. "Mereka meremehkanku, dan itu memberiku keuntungan. Sekarang, aku punya sekutu."
"Jangan sebut lelaki tua berantakan itu sekutu," gerutu Kaisar Yao. "Dia hanya lintah yang mencium bau keuntungan. Dia akan memerasmu sampai kering jika kau memberinya kesempatan."
"Aku tahu," pikir Chen Kai. "Dan aku akan memanfaatkannya sama seperti dia memanfaatkanku."
Dia menghabiskan sisa paginya dengan membelah kayu seperti biasa. Dia harus mempertahankan penyamarannya. Dia tidak ingin ada yang curiga, terutama Chen Wei, bahwa sesuatu yang drastis telah berubah. Dia bekerja dengan ritme yang stabil, tetapi di dalam tubuhnya, 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' berputar tanpa henti, menyerap energi spiritual dari udara tipis untuk memulihkan Qi yang dia gunakan di paviliun.
Sore harinya, setelah memastikan Ling'er aman dan tertidur, dia menuju ke halaman dalam, ke kediaman pribadi Tetua Liu.
Ruang alkimia Tetua Liu adalah sebuah halaman kecil yang terisolasi di belakang paviliun. Begitu Chen Kai masuk menggunakan token gioknya, gelombang panas dan bau herbal yang menyengat menerpanya. Ruangan itu berantakan. Tumpukan ramuan kering, sisa-sisa pil yang gagal, dan botol-botol kosong berserakan di mana-mana. Di tengah ruangan, sebuah tungku perunggu setinggi manusia berdiri, permukaannya menghitam karena jelaga.
Tetua Liu sedang duduk di depan tungku, mengipasi api dengan ekspresi frustrasi. Dia bahkan tidak menoleh saat Chen Kai masuk.
"Kau terlambat dua menit," gerutu Tetua Liu.
"Saya harus menyelesaikan pekerjaan saya membelah kayu, Tetua," jawab Chen Kai dengan tenang.
Tetua Liu akhirnya menoleh, menatap Chen Kai dari atas ke bawah. "Seorang alkemis masih membelah kayu? Sungguh menggelikan." Dia berdiri dan menunjuk ke sudut ruangan. Di sana ada setumpuk besar ramuan yang tampak lebih buruk daripada 'Rumput Kristal Pagi' tadi pagi. Banyak yang sudah layu, membusuk, atau mengering.
"Itu," kata Tetua Liu, "adalah tumpukan sampah kita. Ramuan spiritual tingkat satu yang gagal diproses. Mereka akan dibuang besok. Aku ingin melihat apakah keajaiban pagimu itu hanya kebetulan."
Dia menunjuk ke tungku alkimia. "Kau tahu cara menggunakan ini?"
Chen Kai menggelengkan kepala.
Tetua Liu mendengus. "Tentu saja tidak. Dengar baik-baik, aku hanya akan mengatakannya sekali." Dia dengan cepat menjelaskan cara menyalakan api spiritual, mengontrol suhu, dan memasukkan bahan. Itu adalah instruksi yang sangat mendasar dan kasar.
Chen Kai mendengarkan dengan saksama. Informasi dari Tetua Liu digabungkan dengan pengetahuan mendalam tentang alkimia yang diberikan Kaisar Yao ke dalam benaknya.
"Bodoh sekali," Kaisar Yao berkomentar di dalam benaknya. "Dia bahkan tidak tahu prinsip dasar penyeimbangan Yin dan Yang dalam tungku. Apinya tidak stabil. Tidak heran pilnya penuh kotoran."
"Cukup bicaranya," kata Tetua Liu tidak sabar. "Mulai. Murnikan tumpukan 'Jamur Batu Hitam' yang busuk itu. Jika kau bisa menghasilkan esensi dengan kemurnian lima puluh persen saja dari sampah itu, aku akan percaya padamu."
Chen Kai melangkah ke tungku. Panasnya sangat menyengat. Dia mengambil napas dalam-dalam, mengabaikan kekacauan di sekitarnya. Dia mengaktifkan 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'.
Alih-alih menggunakan Qi-nya untuk membentuk api seperti yang diajarkan Tetua Liu—metode yang kasar dan boros—dia malah menyalurkan Qi-nya ke dalam tungku itu sendiri, mengikuti instruksi Kaisar Yao. Dia tidak mengendalikan api, dia menjadi api.
Wusss!
Api di dalam tungku yang tadinya tidak stabil tiba-tiba berderak dan berubah warna menjadi biru pucat, jauh lebih panas dan lebih murni.
Mata Tetua Liu membelalak. "Kontrol... kontrol api yang begitu halus!"
Chen Kai tidak memedulikannya. Dia mengambil segenggam 'Jamur Batu Hitam' yang membusuk dan melemparkannya ke dalam tungku.
"Idiot! Terlalu banyak!" teriak Tetua Liu. "Itu akan meledak!"
Tapi ledakan itu tidak terjadi. Di bawah kendali Chen Kai, api biru itu membungkus jamur-jamur itu, membentuk pusaran kecil. 'Pemurnian Sembilan Esensi' diaktifkan.
HSSSS....!
Asap hitam pekat yang berbau busuk menyembur keluar dari cerobong tungku, jauh lebih banyak dari sebelumnya.
"Bau busuk apa ini!" seru Tetua Liu sambil menutup hidungnya.
"Kotoran," kata Chen Kai, matanya terpejam fokus.
Dia terus melemparkan segenggam demi segenggam ramuan busuk itu ke dalam tungku. Keringat membasahi dahinya, dan wajahnya menjadi pucat. Menggunakan teknik setingkat kaisar dengan tubuh Kondensasi Qi tingkat tiga sangat menguras tenaga.
Setelah satu jam penuh, seluruh tumpukan sampah itu telah hilang, diubah menjadi segumpal besar asap hitam.
"Selesai," bisik Chen Kai. Dia melakukan serangkaian segel tangan yang rumit dengan kecepatan kilat—jauh lebih kompleks daripada yang dia lakukan di paviliun.
Gabungkan!
Di dalam tungku, terdengar suara dentang jernih. Api biru padam.
Chen Kai membuka kompartemen keluaran di dasar tungku. Di sana, tergeletak tidak hanya satu, tetapi lima tetes esensi murni seukuran ibu jari, bersinar dengan cahaya hitam kehijauan yang pekat.
Aroma obat yang kaya dan murni langsung memenuhi ruangan, mengalahkan bau busuk tadi.
Tetua Liu gemetar. Dia bergegas maju, hampir mendorong Chen Kai ke samping. Dia mengambil satu tetes esensi dengan spatula giok. Dia mengamatinya di bawah cahaya.
Dia tidak bisa berkata-kata.
"Kemurnian... ini... ini sembilan puluh lima persen!" serunya, suaranya pecah. "Sembilan puluh lima persen! Dari tumpukan sampah! Ini... ini mustahil! Ini sihir!"
Dia menatap Chen Kai dengan campuran rasa takut, kagum, dan keserakahan yang tak terselubung. "Nak... siapa kau sebenarnya?"
"Saya Chen Kai," jawab Chen Kai, menyeka keringat di dahinya. "Murid pelatnas dan alkemis rekanan Anda."
Tetua Liu menelan ludah. Dia sadar telah menemukan tambang emas. Dia tidak peduli lagi siapa Chen Kai atau dari mana dia mendapatkan tekniknya. Yang dia tahu, pemuda di depannya ini bisa mengubah sampah menjadi emas murni.
"Hahaha... bagus! Bagus sekali!" Tetua Liu tertawa terbahak-bahak. "Kesepakatan 50-50 kita berlaku! Mulai besok, kau akan mendapatkan pasokan tak terbatas dari ramuan berkualitas rendah klan."
Dia berhenti sejenak, lalu menatap jubah kotor Chen Kai. "Tapi ini tidak bisa. Seorang alkemis yang bekerja untukku tidak bisa terlihat seperti pengemis dan tinggal di gubuk. Itu akan memalukan aku."
Dia mengambil sebuah token lain dari pinggangnya. "Ini adalah kunci ke halaman kecil di sebelah timur. Tempatnya sederhana, tapi memiliki pelindung dasar dan lebih banyak energi spiritual daripada tempat tinggal murid luar. Pindah ke sana malam ini. Aku juga akan mengatur agar jatah makanan dan jubah baru dikirimkan kepadamu."
Chen Kai mengambil token itu. "Terima kasih, Tetua."
"Ini bukan untukmu," gerutu Tetua Liu. "Ini untuk esensi yang akan kau hasilkan. Sekarang pergi. Aku perlu... merenung." Dia menatap lima tetes esensi di tangannya seolah itu adalah kekasihnya yang telah lama hilang.
Chen Kai membungkuk sedikit dan pergi.
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, Chen Kai dan Chen Ling pindah dari gubuk mereka yang reyot. Halaman baru mereka kecil, hanya dua kamar sederhana, tetapi bersih, hangat, dan yang terpenting, aman.
Ketika Chen Ling melihat keranjang berisi nasi putih hangat, daging panggang, dan sayuran segar yang dikirimkan ke pintu mereka, matanya berbinar tak percaya.
"Kakak... ini... apakah ini mimpi?" bisiknya.
Chen Kai tersenyum, senyuman tulus pertama setelah sekian lama. Dia mengusap kepala adiknya.
"Bukan mimpi, Ling'er," katanya lembut. "Makanlah. Mulai sekarang, kehidupan kita akan menjadi lebih baik."
Sementara itu, di halaman mewah di seberang kompleks klan, suara barang pecah belah terdengar.
PRAANG!
Sebuah vas mahal hancur berkeping-keping di dinding.
"Sampah! Sampah tidak berguna!" Chen Wei mengamuk. "Dia tidak hanya hidup, dia seorang alkemis? Dia bekerja dengan Tetua Liu? Dia pindah ke halaman dalam?!"
Seorang bawahan gemetar di sudut. "Patriark Muda... apa yang harus kita lakukan? Sekarang dia dilindungi oleh Tetua Liu, kita tidak bisa menyentuhnya dengan mudah."
Mata Chen Wei memerah. "Selidiki dia! Cari tahu bagaimana dia tiba-tiba bisa berkultivasi! Cari tahu dari mana dia mendapatkan teknik alkimia itu! Aku ingin tahu segalanya!"
Dia mengepalkan tinjunya. "Dia pikir dia aman? Aku akan menghancurkannya. Di Pesta Perburuan Klan... aku akan memastikan dia tidak akan pernah kembali hidup-hidup."
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis