AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Saaaah......
Kata sah menggema di ruang tamu rumah Wira. Hanya pernikahan sederhana namun mampu membuat siapa pun meneteskan air mata. Mawar menangis sesegukan dalam pelukan Tia. Sudah bekerja cukup lama, membuat Tia hafal betul kehidupan Mawar.
Wira menoleh ke arah mamahnya yang sejak tadi tersenyum bahagia mana kala menyaksikan anak laki-lakinya sekarang sudah menikah.
"Aku suami mu sekarang, seharusnya kau memeluk ku. Bukannya dia...!" Wira menjauhkan Tia dan Mawar.
"Memang si bajingan ini sungguh menyebalkan!" umpat Tia dengan nada pelan.
"Maafkan Mawar bu,...!" ucap Mawar tidak enak hati.
"Kau tidak usah meminta maaf. Si duda ini memang suka menyakitkan hati. Hati-hati Mawar, nanti kau di apa-apakan Wira," ujar Tia membuat mata Wira langsung melebar tidak terima.
"Dia sudah tidak di cas selama empat tahun. Hati-hati saja kau malam ini," timpal Bayu menakuti Mawar.
"Mulut kalian ini memang durjana. Mawar ku, jangan dengarkan apa kata mereka!"
Asti hanya bisa tertawa melihat kelucuan di depannya. Meskipun Wira dan Mawar belum mengenal cukup lama namun Asti bisa melihat dari sorot mata anaknya jika Wira mencintai Mawar.
"Mawar, selamat atas pernikahan mu," ucap Genta bersama teman-temannya yang lain.
"Terimakasih," sahut Mawar dengan senyum bahagianya.
"Maaf jika aku tidak bisa menghadiri acara resepsi mu. Aku harus pulang kampung sekarang!"
"Tidak apa-apa. Cukup doanya saja. Genta, hati-hati di jalan ya, salam untuk ibu mu," ucap Mawar pada Genta.
Mata Wira langsung memicing melihat keakraban Mawar dan Genta. Wira cemburu sekarang.
"Tante, sepertinya Wira cemburu!" bisik Tia pada Asti.
"Biarkan saja, dengan begini tante harap Wira bisa melepaskan Dania."
Asti dan Tia kembali tertawa ketika melihat Wira menarik jauh Mawar dari Genta. Terus menggenggam tangan gadis yang sekarang nampak cantik dengan balutan kebaya putih itu.
Suasana kembali sepi, semua orang sudah pulang. Asti yang merasa lelah juga sedang beristirahat di kamarnya. Begitu juga dengan Wira dan Mawar.
Wira terus memeluk Mawar, membuat Mawar sedikit risih karena belum terbiasa. Lelaki yang umurnya hampir menginjak kepala tiga ini tiba-tiba bersikap sangat manja pada Mawar yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya.
"Mau kemana?" tanya Wira ketika Mawar hendak menurunkan kepala Wira dari atas pangkuannya.
"Aku mau ke kamar mandi mas. Sudah sore, aku harus mandi," jawab Mawar yang sudah gerah.
"Em, bagaimana jika kita mandi berdua!" ide Wira membuat Mawar langsung menelan ludahnya kasar.
"Gak mau, aku gak mau. Jangan aneh-aneh deh mas!" Mawar bergidik ngeri.
"Kamu malu ya....!!" Goda Wira membuat wajah Mawar bingung.
"Mas.....!!"
"Ya udah, cepat mandi sana. Mandi yang bersih, yang wangi karena malam ini mas akan menusuk-nusuk kamu."
"Apanya yang di tusuk mas?" tanya Mawar dengan polosnya. Maklum saja, Mawar tidak pernah pacaran, sekalinya mengenal laki-laki langsung dapat duda dan menikah.
"Sate di tusuk!" seru Wira dongkol karena Mawar tidak mengerti juga apa yang di maksud Wira.
Tidak peduli, Mawar langsung masuk kedalam kamar mandi. Kamar Wira sekarang menjadi kamarnya, gadis ini masih belum percaya jika dirinya sekarang bisa mandi dan tidur di tempat yang bagus.
"Sialan. Di kunci....!" umpat Wira yang sebenarnya ingin masuk secara diam-diam ke kamar mandi.
Wira duduk di sofa sambil mengomel sebab Mawar mengunci kamar mandinya. Tak berapa lama, Mawar keluar dengan sudah berganti pakaian.
Wajah Wira langsung masam menoleh kearah Mawar yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Mas, kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Mawar merasa aneh.
"Kau berganti pakaian di dalam kah?" Wira bertanya balik.
"Iya, kenapa memangnya?"
"Lain kali ganti baju di kamar. Kalau mandi gunakan handuk ini...!" Wira melemparkan selembar handuk pendek pada istrinya.
"Mas, handuk ini hanya cukup untuk rambut selesai keramas saja!"
"Aku tidak menerima protes. Sekarang juga aku akan membuang handuk di dalam!" kata Wira langsung masuk kedalam kamar mandi.
Mawar bingung sendiri, Wira sudah seperti anak kecil.
Makan malam pertama bersama suami dan mertua. Mawar masih nampak malu-malu terlebih lagi gadis ini belum terlalu akrab dengan Asti.
"Makan yang banyak Mawar. Gak usah malu-malu," ujar Asti dengan senyum ramahnya.
"I-iya tante...eh...mah!" Mawar gugup.
"Kalau Wira jahat sama kamu, bilang sama mamah ya," ucap Asti membuat anaknya langsung menyambar ucapannya.
"Perasaan dari siang mamah ini suka sekali menghakimi ku. Jangan membuat istri ku takut pada ku!"
Asti hanya mencibir, untung saja Wira anak semata wayangnya, jika tidak Asti sudah pasti akan mengejek anaknya terusan.
Selesai makan malam, Asti langsung kembali ke kamar begitu juga dengan Wira dan Mawar. Sebentar Wira membantu Mawar untuk menyusun pakaian sang istri di dalam lemari. Bukan lemari bekas Dania, Wira sudah mengganti semua pekakas di dalam kamarnya ini termasuk tempat tidur.
"Wuah, lucu sekali benda ini,....!" ujar Wira sambil membentangkan busa empuk penutup gunung.
Mawar yang melihat hal tersebut langsung merampasnya dan menyembunyikannya.
"Mas, apa sih? bikin aku malu aja!"
"Ya kalau punya istri gak masalah. Yang masalah itu ketika aku menenteng punya istri tetangga!"
"Mas Wira.....!" Mawar mencubit lengan suaminya.
"Nah, ini juga lucu!!" seru Wira kembali menenteng ****** ***** milik Mawar.
Ingin sekali Mawar berguling-guling dengan sikap suaminya ini. Belum ada dua puluh empat jam, jantung Mawar sudah di buat naik turun oleh Wira.
"Mawar ku, celana kacamata mu yang ini sudah robek. Buang saja, besok aku akan membelikan yang baru untuk mu," ucap Wira benar-benar membuat Mawar malu.
"Kembalikan pada ku!" pinta Mawar yang sudah kesal.
"Gak mau, ini akan ku jadikan jimat!" ujar Wira semakin membuat darah Mawar naik turun.
"Mas, apa kau tahu jika wajah sekarang sudah setebal kulit kelapa? jadi, kembalikan pada ku!"
Bukannya mengembalikan, Wira malah mencubit pipi Mawar.
"Ah, masih kenyal. Kalau setebal kulit kelapa mana bisa di cubit!"
Benar-benar di uji kesabaran Mawar. Jika dilihat Wira ini memiliki wajah dingin dan cuek namun ternyata di balik itu semua menyimpan sejuta kata menyebalkan untuk pria ini.
Hahaha......
Wira tertawa terbahak-bahak ketika melihat pembalut yang bersayap. Bukan tidak pernah melihat, hanya saja ini sudah empat tahun jadi Wira sudah tidak pernah memegang secara langsung.
Mawar langsung merampas pembalut tersebut lalu memasukan ke dalam lemari.
"Kenapa sih mas? kamu ini aneh-aneh aja!"
"Gak, udah lama aku gak memegang benda itu," ujar Wira merasa lucu.
"Ada baiknya kamu duduk di sana, biarkan aku berkemas sendiri...!" usir Mawar namun Wira tidak mau beranjak juga.