Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Malam harinya ...
Angin malam berhembus sepoi-sepoi menerpa Olivia dan Dewa yang sedang berada di balkon kamar.
Dewa sengaja membawa Olivia ke balkon agar Olivia lebih rileks. Dewa memeluk Olivia dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu Olivia.
"Sayang. Bagaimana jika kita berbulan madu?" tanya Dewa.
"Tidak perlu. Lagian anak-anak sudah besar sekarang. Sebaiknya luangkan banyak waktu untuk mereka," jawab Olivia.
Dewa meleraikan pelukannya. Kemudian memutar tubuh Olivia agar menghadap kepadanya.
"Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kalian di masa lalu, tapi untuk sekarang, aku tidak akan biarkan kalian menderita lagi," kata Dewa.
"Kami baik-baik saja. Walaupun hidup di desa, tapi kami tidak kekurangan uang. Anak-anak juga seperti itu. Hanya saja ada beberapa penduduk desa yang menggunjing mereka membuat hatiku terasa perih."
Dewa terdiam. Andai saja dia menemukan Olivia dari dulu, mungkin putra-putranya tidak akan mengalami hal seperti ini.
"Jangan sesali. Mungkin ini sudah takdir kita," kata Olivia.
Dewa mempererat pelukannya, kemudian mengecup kening Olivia. Tidak hanya sampai di situ, Dewa bahkan mengecup bibir Olivia dengan lembut.
Awalnya hanya menempel, namun ternyata Olivia malah membalasnya. Karena mendapatkan respon dari Olivia, Dewa pun tidak tinggal diam.
Dewa mengangkat tubuh Olivia masuk ke dalam. Olivia hanya melingkarkan tangannya di leher Dewa.
Walaupun diantara mereka belum memiliki perasaan cinta yang dalam. Namun karena hubungan satu malam, cukup meninggalkan kesan kepada keduanya.
Apalagi dengan kehadiran tiga bocah kembar yang menggemaskan. Walaupun mereka baru berusia tujuh tahun, tapi kejeniusan mereka melebihi orang dewasa.
"Sayang, apa kamu siap?" tanya Dewa. Olivia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Siap tidak siap, Dewa sekarang sudah menjadi suaminya. Apalagi Dewa sudah menginginkan nya.
Olivia percaya, cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Dari perlakuan Dewa, tidak ada salahnya Olivia membuka pintu hatinya untuk menerima Dewa secara perlahan-lahan.
Dewa pun mulai melakukan pemanasan. Kali ini Dewa yang mendominasi. Tidak seperti waktu pertama kali mereka melakukan. Waktu itu Olivia lah yang mendominasi karena di luar kesadarannya.
Meskipun begitu, Olivia ingat apa yang terjadi? Walaupun tidak sepenuhnya mengingatnya.
Olivia melenguh panjang saat Dewa mulai menyentuh titik-titik sensitif Olivia. Dewa semakin bersemangat sampai akhir Olivia sudah tahan dan ingin Dewa memulainya.
"Aku masuk ya?" bisik Dewa. Lagi-lagi Olivia mengangguk.
Namun Dewa bukannya masuk, dia malah menyelusuri lembah sebelum memulai pendakian.
Olivia hanya terpejam. Sepertinya Olivia benar-benar sudah siap sepenuhnya untuk di ajak melakukan pendakian.
"Kamu sudah siap? Aku akan membawamu ke puncak," bisik Dewa. Olivia tidak menjawab, dia sudah pasrah ketika ini.
Dewa yang sebenarnya sejak tadi sudah tidak tahan, tapi dia tetap mengulur-ulur waktu. Sehingga membuat Olivia tidak berdaya, barulah Dewa membawanya untuk mendaki.
Lagi-lagi Olivia hanya melenguh saat Dewa memimpin jalan untuk mencapai puncak. Namun baru beberapa menit, Olivia mengambil alih dan memimpin pendakian.
Kali ini Dewa yang mengikuti Olivia. Olivia mempercepat ritme nya agar bisa secepatnya sampai ke puncak.
Namun, ketika dipertengahan jalan, Olivia mulai kelelahan. Sehingga Olivia meminta Dewa untuk kembali memimpin.
Dengan senang hati Dewa melakukannya. Lagipula, untuk mencapai puncak, mereka harus bekerja sama.
Beberapa menit kemudian, puncak yang ingin mereka capai pun semakin dekat. Dewa semakin mempercepat ritme nya.
"Aah...." Dewa melenguh panjang saat sudah sampai ke puncak. "Capek Yang, akhirnya kita sampai juga," ucap Dewa.
Dewa pun menyingkir dan berbaring di samping Olivia. Keringat di tubuh mereka tidak dihiraukan lagi.
Dewa memeluk Olivia lalu mencium keningnya. "Terima kasih," bisik nya.
"Iya sayang, sama-sama," ucap Olivia membalas pelukan Dewa.
Dewa melihat jam, ternyata baru jam 10 malam. Dewa tersenyum, lalu meminta Olivia untuk beristirahat sejenak. Mengumpulkan tenaga untuk pendakian selanjutnya.
Keesokan harinya ...
Triple A sudah berada di meja makan untuk sarapan. Namun kedua orang tuanya belum keluar dari kamar.
Mereka yang pintar tidak ingin mengganggu kedua orang tuanya. Akhirnya Adelia dan Robinson lah mengantar mereka ke sekolah.
"Oma, bagaimana dengan paman sopir?" tanya Arjun.
"Dia masih dirawat di rumah sakit. Mungkin beberapa hari lagi baru boleh pulang," jawab Adelia.
"Apa separah itu lukanya?" tanya Arden.
"Tidak juga, hanya Opa yang belum mengizinkan nya pulang. Biarkan sopir itu istirahat dulu di rumah sakit," jawab Robinson.
Setelah selesai sarapan, mereka pun berangkat. Triple A menoleh ke atas. Namun belum ada tanda-tanda kedua orang tuanya akan keluar kamar.
Akhirnya triple A tidak pamit kepada kedua orang tuanya. Lagipula, siapapun yang mengantar mereka ke sekolah itu sama saja.
Saat tiba di sekolah, triple A pun keluar dari mobil. Mereka mencium tangan Adelia dan Robinson secara bergantian.
"Hati-hati. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi Opa," kata Robinson.
"Baik Opa," ucap mereka serentak.
Triple A pun melambaikan tangannya saat memasuki gerbang sekolah. Mereka melihat petugas keamanan sudah berganti dengan orang baru.
Karena yang sebelumnya masih cuti karena kejadian kemarin. Mereka tidak di pecat, tapi ditambah lagi petugas keamanan untuk menjaga keamanan sekolah.
Saat masuk, triple A heran. Karena para guru dan murid-murid yang lain menyambutnya seperti orang penting.
"Kalian adalah pahlawan," teriak mereka secara bersamaan.
Para guru tersenyum, mereka bangga memiliki anak murid seperti triple A. Bukan cuma cerdas, tapi juga pemberani.
Semenjak kehadiran mereka, tidak ada lagi pembullyan di sekolah. Karena kelima anak itu sudah dimasukkan ke pusat rehabilitasi anak.
"Maaf semuanya, kalian tidak perlu berlebihan seperti itu. Pak guru dan Bu guru, jangan seperti ini," kata Arden.
"Kami hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kalian. Berkat kalian, sekolah ini sudah tidak ada lagi pembullyan," ungkap bapak kepala sekolah.
Anak-anak yang lain memberikan bingkisan untuk mereka. Bahkan para guru juga ikut memberikan bingkisan untuk triple A.
"Maaf semuanya, kami tidak bisa menerimanya. Jika kalian semua ikhlas, sebaiknya kita kumpulkan dana untuk membantu anak yatim-piatu," ucap triple A secara bersamaan.
"Setuju!" Seru mereka secara bersamaan sambil mengangkat tangannya masing-masing.
Bu Susi tersenyum, dia menoleh ke bapak kepala sekolah yang juga ikut tersenyum. Mereka benar-benar kagum dengan triple A.
"Berapa banyak yang harus kita kumpulkan dana nya?" tanya salah satu murid yang satu kelas dengan triple A.
"Sisihkan uang jajan kalian, walau hanya seribu perak, itu akan membantu mereka. Kita kumpul setiap hari, jika sudah banyak baru kita sumbangkan kepada anak-anak miskin dan membutuhkan," jawab Arden.
Mereka setuju, seribu perak perhari tidak menyulitkan mereka. Uang jajan mereka melebihi dari itu.
"Tidak dipaksakan ya? Bagi yang mau saja, yang tidak mau juga tidak apa-apa," kata triple A secara bersamaan.
Bapak kepala sekolah pun menyiapkan kardus untuk menampungnya. Dan nanti akan disediakan disetiap kelas.
Bahkan bingkisan yang ingin mereka berikan kepada triple A pun di sumbangkan kepada anak-anak yatim-piatu.
lanjut thor semngat💪💪💪
lanjut thor semngat💪💪💪