Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Amarah Aslan terdengar menggelegar memenuhi ruangan ini, rasa tidak terima akan kematian istrinya menjadi bumerang tersendiri di dalam hidupnya, bahkan pria ini seperti kehilangan kesadarannya ketika mendengar kenyataan pahit ini.
Aslan reflek langsung mencekik leher dokter tersebut, hingga membuat anak dan menantunya mulai menghadang aksinya ini yang bisa membahayakan nyawa orang lain tiada.
"Pa, stop jangan lakukan ini," ucap Marvin dengan nada tingginya.
"Tidak mau, dokter ini memang sialan tidak bisa menyembuhkan mamamu Marvin!" bentak Aslan yang saat ini mulai menatap Marvin dengan tatapan tajamnya.
"Ayo Papa tampar Marvin saja,jika Papa ingin melampiaskan kemarahan Papa terhadap Marvin, Marvin ikhlas Pa, asal jangan kepada orang lain nanti Papa bisa terkena pasal pidana," cegah anaknya itu yang tidak menginginkan terjadi hal yang tidak-tidak terhadap ayah asuhnya itu.
"Maaf, atas kekhilafan Papa, jujur saja Papa tidak bisa kehilangan mamamu Nak, ada perasaan bersalah yang selama ini Papa sembunyikan dari mamamu Nak," ucap Aslan dengan perasaan bersalahnya.
"Perasaan apa Pa!" desak anaknya itu akan tetapi Aslan tetap bungkam dan diam seribu bahasa, kini tubuh pria itu terduduk lemas di lantai, raganya seakan hilang separuh akan tetapi rasa bersalahnya itu masih besar dan menetap tinggal di dasar hatinya.
*******
Saat ini jenazah istrinya sudah di bawa ke rumah duka, hujan rintik turut mengiringi kepergiannya, entah perasaan apa yang saat ini dia rasakan yang jelas sekarang tatapan pria itu kosong dan langkahnya pun nyaris tidak terdengar, tubuhnya begitu lemas seolah tidak sanggup menopang kesedihannya ini, tidak ada rasa sakit yang teramat tinggi selain rasa kehilangan yang saat ini yeng ia hadapi.
"Medina Maharani, kau begitu cantik Sayang, bahkan diakhir hidupmu pun kau masih bisa tersenyum indah, selamat jalan istri tulang rusukku," ucap Aslan sambil mencium kening istrinya.
********
Keesokan harinya di desa Suko Mulya saat ini ketiga anak kembar itu begitu bahagia, karena di pagi ini tercium aroma ayam goreng dan juga usus krispi yang membuat langkah anak itu harus cepat-cepat memakai seragamnya.
"Bunda, sudah matang apa belum rasanya sudah tidak sabar ingin mencicipi ayam goreng dan usus krispi nya," celetuk Arash.
"Sudah Adik, tinggal di tiriskan saja ke wadah," sahut Anika, yang begitu sabar menghadapi ketiga anaknya.
Saat ini Anika mulai membawa lauk yang barusan ia makan di ruang makan yang hanya beralaskan karpet lantai saja, di sini Anika merasa bahagia karena ketiga anaknya menunggu hidangan dengan tertib.
"Alhamdulillah akhirnya keinginan Adik, terkabulkan, iya kan Abang," celetuk Kakak Aruna.
"Benar banget Kak, gimana rasanya Dik,?" tanya Abang Arjun.
"Rasanya sangat bersyukur ternyata Tuhan mengabulkan doaku, dan terima kasih juga untuk Bunda yang sudah menuruti kemauan aku," ujar anak bungsunya itu sambil mencium pipi ibunya.
"Kembali kasih Sayang, Bunda akan selalu berusaha dan mengusahakan untuk kebahagiaan anak-anak Bunda," sahut Anika.
Saat ini mereka berempat mulai menikmati hidangan sederhana ini penuh dengan makna dan kehangatan keluarga yang terjalin selama ini, sebagai seorang ibu tunggal Anika di tuntut untuk kuat dalam segala hal, kuat mencari nafkah dan juga kuat menahan cibiran dan omongan orang-orang yang tidak menyukai keberadaannya.
Bahkan wanita itu memilih untuk bungkam mengenai ayah sang anak sampai saat ini, juga. Entahlah Anika seperti tidak mau berurusan dengan ayah mereka bertiga yang merupakan seorang pengusaha kaya raya di negeri ini, padahal jaman sekarang banyak seorang ibu yang menuntut keadilan sang anak, akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Anika.
Bukan berarti dia takut untuk mengambil jalan itu, akan tetapi wanita ini lebih memilih menjaga mental sang anak, jika dirinya ngotot ingin mencari pengakuan atas anak yang selama ini dia kandung dan dia besarkan tanpa seorang ayah.
"Mungkin jika Bunda egois Bunda akan menuntut identitas kalian Nak, akan tetapi Bunda sadar tembok antara Bunda dan ayah kalian terlalu tinggi sehingga Bunda lebih memilih diam dan tidak mengemis pengakuan, toh selama ini kita bisa melewati ujiannya," gumam Anika sambil menatap anak-anak yang begitu lahap menikmati sarapannya pagi ini.
"Bunda lain kali jika daging ayamnya kemahalan Bunda bisa masak usus krispi saja, yang mungkin harganya lebih murah," celetuk anak bungsunya itu yang menyadarkan lamunannya.
"I-iya Sayang, kamu suka dengan usus krispi buatan Bunda?" tanya Anika yang merasa senang karena masakannya selalu dihargai oleh ketiga anaknya.
"Iya Bunda, aku sangat suka," sahut Arash.
"Kalau Kakak dan Abang?" tanya Anika.
"Kakak mah, apa yang Bunda masak selalu suka," sahut anak sulungnya.
"Apalagi Abang, pasti selalu suka asal masakan itu dari tangan Bunda," timpal anak tengahnya.
******
Saat ini mereka sudah berjalan menyusuri jalanan, seperti biasa kali ini mereka bertiga mendapatkan tawaran dari Ibu Sari akan tetapi untuk sekarang mereka bertiga kompak untuk menolak ajakan dari Ibu Edo itu.
"Hai kalian ayo ikut," tawar Ibu Sari.
"Jalan dulu aja Bu, kami mau temani Bunda," tolak Aruna dengan tegas.
"Oh ya sudah kalau begitu," sahut Ibu Sari lalu mulai meninggalkan ibu dan ketiga anaknya itu.
Saat ini ketiganya mulai berjalan sambil tertawa riang apalagi si bungsu yang selalu membuat suasana semakin hidup, akan tetapi sebagai seorang Ibu Anika merasa keanehan terhadap ketiga anaknya itu yang tidak biasanya menolak ajakan dari Ibu Sari.
"Kak, kenapa menolak ajakan Ibu Sari?" tanya Anika pelan.
"Gak apa-apa Bu, Kakak dan adik-adik membiasakan diri saja biar tidak bergantung terhadap orang lain," sahut putri sulungnya itu yang selalu membuat hati Anika tersentuh.
"Subhanallah, terima kasih banyak ya Nak, kamu memiliki rasa kepekaan yang cukup besar, bahkan di usia mu yang masih belia kamu sudah mengerti tentang ajakan yang menyebabkan kalian bergantungan terhadap orang lain," puji ibunya itu dengan sedikit haru.
"Kan, Bunda juga yang selalu ajarkan kita untuk tidak bergantung kepada orang lain," sahut anak perempuannya itu.
Tidak terasa saat ini langkah mereka sudah sampai di depan pagar sekolah dan mereka pun langsung berpamitan karena memang pagar sekolah mereka yang berbeda dan hanya berjarak sepuluh langkah saja.
Saat ini ketiga kembar itu sedang berjalan sambil bergandengan tangan, keceriaan begitu terpancar di wajah ketiganya akan tetapi ketika berada di ambang pintu seorang ibu berpakaian modis tengah menghadang perjalanannya.
"Hai anak nakal! Berani ya, kalian menonjok wajah anak saya!" teriak Mely Ibu dari Mona.
Ketiga anak kecil itu hanya tertunduk karena mereka tahu wanita dewasa itu bukan lawannya sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa, akan tetapi ketika ibu dari temannya itu menyebutnya sebagai anak haram lalu Aruna pun mulai angkat bicara.
"Siapa yang kemarin nonjok muka anak Tante?!" tanya Mely dengan nada yang begitu menggema sehingga membuat ketiga anak itu ketakutan.
"Saya Bu," sahut Arjun yang mencoba mengakui kesalahannya.
"Oh kamu, berani sekali ya kamu menjawab pertanyaan ku dasar anak nakal," cetus Mely sambil menghampiri ketiga anak itu.
Saat ini Mely mulai menghampiri satu anak yang sudah berani menonjok wajah sang anak, sebagai seorang ibu dia tidak terima mendapati wajah anaknya yang memar sehingga dirinya dengan berani membalaskan dendam sang anak terhadap anak lelaki itu.
"Plaaaaak ... Plaaaak!" tamparan Mely mendarat ke pipi Arjun sontak Aruna pun mulai mengambil peran.
"Tante tidak boleh begitu memukul adikku, asal Tante tahu anak Tante dulu yang nakal dan membuang nasi kotak adikku," sahut Aruna sambil memegangi tangan orang dewasa dihadapannya.
"Berani sekali ya kamu, mengatakan anakku yang nakal duluan dasar anak haram!" cibir Mely.
"Stop ...! Tante jangan panggil kami anak haram, aku benci itu!" bentak Aruna yang tidak terima.
Di saat suasana menegang seperti ini beruntung dengan cepat bapak kepsek datang untuk melerai pertengkaran ini.
"Kalian kenapa," ucap Pak Abdul yang mengetahui kedua anak kembar itu menangis.
"Ibunya Mona menampar wajah abangku, lalu dia juga mengatakan kalau kamu anak haram, makanya Kak Aruna menangis," adu Arash.
"Ibu, kenapa tiba-tiba Ibu main hakim sendiri seperti ini, tindakan ibu ini bisa kena pidana loh," ujar Pak Abdul.
"Idiiih, sok ngomongin pidana giliran anak si guru janda ini nakal di lindungi giliran di balas main pasal pidana, apalah tetek bengek lah," cerocos Mely yang merasa tidak terima dengan ucapan Bapak kepsek.
"Saya tidak membela siapa-siapa ya Buk, baiklah biar tidak merembet kemana-mana ayo ikut ke kantor saya tunjukkan semua bukti-buktinya," ucap Pak Kepsek yang ditanggapi oleh Mely.
Saat ini Mona dan Edo begitu ketakutan pasalnya anak berdua itu tahu, kalau Bapak kepsek akan bercerita yang sesungguhnya mengenai apa yang terjadi sesungguhnya.
"Eh, gimana nih kalau Pak Abdul menunjukkan video kita yang mulai duluan," bisik Mona kepada Edo.
"Nggak tahu aku juga takut," sahutnya dengan nada yang bergetar.
Bersambung ....
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪