AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
"Mas, semua yang menginap di sini terlihat seperti orang kaya semua ya!"
"Biasa aja ah. Terkadang ada orang yang berpura-pura kaya biar gak kalah saing!"
"Lalu bagaimana dengan mas?"
Wira meletakan kedua sendoknya, pria ini menatap wajah sang istri.
"Kapan-kapan mas ajak kamu pergi ke perusahaan. Biar kamu tahu kalau suami mu ini kaya beneran!"
"Hilih, gitu aja sombong!" seru Mawar.
"Tapi, kamu harus bangga memiliki suami ganteng, kaya, dan idaman para wanita ini."
Ting.... suara dentingan sendok menghantam piring langsung menghentikan ucapan Wira.
"Bercanda sayang, jangan di ambil hati,"
"Awas saja, jangan mentang-mentang genteng dan kaya mas Wira ingin menduakan aku!"
"Hih, kok genteng?"
"Dah ah, mau makan!"
Selesai makan malam, Wira mengajak istrinya pergi jalan-jalan keluar sebentar. Mawar sangat senang, meskipun hanya di ajak keliling jalanan saja.
"Kamu gak minat apa beli tas atau barang lainnya? kalau iya, kita beli sekarang!"
"Gak ah mas, cari uang susah. Jadi, aku gak mau mubazir."
"Uang mas kan banyak, gak akan habis deh!"
"Jangan sombong mas, kalau uang mu di ambil sang maha kuasa bagaimana?"
"Dia ini, mendoakan yang jelek!" protes Wira.
"Bukan mendoakan, hanya mengingatkan!"
"Cepat pikiran, kamu ingin beli apa? mas gak bisa nih kalau pergi gak beli sesuatu!"
Mawar menggaruk kepalanya tak gatal, gadis ini bingung sendiri ingin membeli apa. Jadi Wira seperti enak sekali, mau apa aja tinggal beli.
"Sayang, apa ini?" Wira bingung sendiri ketika istrinya membeli dua kelomang🐚 berwarna biru dan merah.
"Satu buat mas, satu buat aku. Kita pelihara mereka!" ujar Mawar yang seperti anak kecil.
Seumur-umur, Wira baru menemukan jenis mainan seperti ini.
"Cuma lima ribu, gak mahal kok mas!"
"Maksud mas itu barang sayang, bukan benda seperti ini...."
"Terserah aku dong mas mau beli apa. Mas bilangkan yang penting beli...!"
"Memang bocah prikkk....!" ucap Wira pelan.
Beda lagi jika Wira mengajak perempuan lain, mereka pasti akan tetap meminta belikan barang-barang mahal.
Mereka kembali ke hotel, setibanya di hotel Mawar malah sibuk bermain sendiri. Hati Wira geli sendiri melihat kelakuan istrinya yang meniup hewan berbentuk keong itu.
"Kenapa seperti itu?" tanya Wira yang tidak mengerti.
"Biar orangnya keluar mas,...!" jawab Mawar membuat Wira tidak percaya.
"Ah, masa sih?"
"Nah, coba aja!"
Wira yang penasaran langsung meniup-niupnya, lelaki ini kaget ketika melihat pemilik rumah keluar.
"Eh iya, kok bisa?"
"Ya bisa dong mas, ini sama seperti pedang mu. Di sentuh sedikit langsung bangun!"
"Heeeem....sudah pandai ya sekarang!"
"Mas Wira yang ngajarin...!" seru Mawar.
"Mancing nih....?"
"Gak ih, kenapa sih kalau aku yang bercanda di anggap serius?"
"Memang harus di seriusin!" seru Wira langsung menggendong Mawar naik ke atas tempat tidur.
"Mas mau apa eh?"
"Main pedang-pedangan!" jawab Wira dengan santainya.
Bukan main, belum ada dua puluh empat jam menginap di hotel, Wira sudah membabat habis istrinya sebanyak dua kali.
Entah apa yang di rasakan Wira, Mawar sangat menggoda dirinya sehingga membuat Wira ingin melakukannya lagi dan lagi.
Aaaaah.....
Sekali lagi, Wira berhasil membuat sang istri merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Lelaki ini seakan tidak ada lelahnya, sejak hari pertama menikah terus menggempur Mawar.
"Ayo sayang, kamu bisa sekali lagi....!" bisik Wira semakin mempercepat gerakannya.
"Mas.....!"
Mawar mencengkram punggung suaminya, itu artinya sedikit lagi dirinya akan merasakan kembali sesuatu yang keluar.
Aaaaah....aaah......
Aaaaah.....aaah.....
Tubuh Mawar dan Wira saling menggelinjang, menggeliat penuh kenikmatan. Cairan hangat keduanya saling menyatu membentuk sebuah cinta. Sungguh Wira sangat kecanduan tubuh istrinya.
Wira tersenyum mengusap wajah istrinya. "Suami mu jago, karena mas bisa membuat kamu melayang!" ucap Wira dengan bangga.
"Tidak ada lelahnya!" seru Mawar.
"Tapi kamu nagih kan?" goda Wira.
"Mas Wira....!"
"Apa sayang ku, mau lagi kah?"
Mawar mendengus kesal, bergegas dirinya pergi ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri.
Wira puas, benar-benar puas.
"Menikah dengan bocil enak juga ya. Masih sempit dan polos!" ucap Wira, "ah, bocil apaan sudah di atas dua puluh!" timpalnya.
"Bicara sama siapa mas?" tegur Mawar heran.
"Eh, gak ada. Sama nyamuk!"
"Emangnya di hotel semewah ini masih ada nyamuknya?"
"Entahlah, mas juga gak tahu!"
Malam semakin larut, Mawar dan Wira beristirahat. Seperti malam sebelumnya, Mawar merasa hangat tidur dalam pelukan suaminya. Pacaran setelah menikah, sungguh di rasakan keduanya. Ada rona bahagia yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.
Malam telah berganti pagi, selesai mandi dan sarapan Mawar dan Wira mulai sibuk dengan acara resepsi mereka. Mamah Asti juga terlihat sibuk mengatur saudaranya yang baru tiba di hotel.
Mawar syok ketika memasuki ruangan dengan dekorasi yang sangat mewah ini, baru sekarang Mawar melihat tempat yang akan membuatnya menjadi ratu dalam semalam ini.
"Kenapa?" tanya Wira heran menoleh ke arah istrinya.
"Mas, apa semua ini tidak berlebihan?"
"Tidak, kenapa memangnya?"
"Aku merasa tidak pantas berada berdiri di tempat ini."
"Semuanya mamah yang mengurus. Jangan merasa pantas atau tidak pantas. Mas hanya ingin melihat mu bahagia, masalah pernikahan mas tidak pernah main-main!"
"Terimakasih mas...!" Mawar memeluk suaminya, tubuh pendek gadis ini hanya setinggi bahu Wira.
Berbeda lagi dengan Mawar dan Wira yang sedang memantau orang-orang yang masih mempersiapkan acara. Di luar sana tepatnya di loby hotel, Asti sedang beradu debat dengan Yunita yang tiba-tiba melabrak ke sana.
"Anak mu itu memang tidak tahu diri, menggantung anak ku dan malah menikah dengan perempuan lain. Dasar bajingan!" Yunita mengeluarkan kata-kata kasarnya.
"Wah, jaga mulut mu ya. Anak ku dan anak mu tidak ada hubungan apa-apa. Anak mu saja yang kegatalan mengejar anak ku!"
"Halah, kau saja tidak bisa mendidik anak lelaki mu. Bisa-bisanya menyakiti anak ku yang sudah menunggunya sekian tahun."
"Maaf bu, jika ingin membuat keributan sebaiknya di tempat lain saja!" tegur salah seorang petugas keamanan.
"Usir saja perempuan ini pak. Dia akan mengacau pesta anak ku!" titah Asti benar-benar kesal.
"Mah, ada apa?" tanya Wira yang bergegas pergi ke loby setelah di beritahu salah seorang saudaranya.
"Nih, mamah Farah ngamuk gak jelas!" jawab Asti kesal.
"Sebaiknya tante pergi. Jangan membuat onar di sini...!" ujar Wira.
"Dasar bajingan, kau sudah menyakiti anak ku!"
"Aku tidak pernah menyakiti anak tante. Farah hanya mantan karyawan ku, tidak lebih!"
Ketika Wira mengatakan Farah adalah mantan karyawannya, wajah Yunita langsung mendadak malu. Orang-orang yang sengaja menonton keributan mereka langsung menggunjing Yunita. Yunita mendengus kesal, dengan wajah malu dirinya pergi dari hotel.