NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat
Popularitas:151.9k
Nilai: 4.5
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 DBAP

“Ar, aku datang. Kamu nggak merindukan aku?” Wanita itu hampir berlari untuk memeluk Arsen, namun dengan cepat Arsen menghindar, tubuhnya tegak dan kaku.

“Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Arsen dengan nada datar, hampir beku.

“Ar, aku merindukanmu. Jangan bersikap dingin seperti ini, ya?” Bella menghela napas, seolah berharap bisa mencairkan suasana dengan kata-katanya.

Arsen menatapnya tajam. “Bella, ingat siapa yang meninggalkan aku dulu. Sekarang, kamu datang dan bilang rindu? Mulutmu… benar-benar beracun,” ujarnya, suaranya dipenuhi kebencian yang terpendam lama.

Bella tampak terkejut, tapi segera mencoba menenangkan dirinya. “Ar, aku tahu kamu marah karena aku meninggalkanmu. Tapi itu dulu, sekarang aku kembali, dan aku janji tidak akan pergi lagi, meskipun kita menikah dan tidak punya keturunan,” katanya, mencoba meyakinkan.

Arsen terdiam, pikirannya kembali ke masa lalu. Sebuah kenangan yang tak bisa ia lupakan, meski sudah bertahun-tahun berlalu. Wajah Bella yang penuh harapan, saat itu di luar negeri, saat ia hampir menikahinya. Namun semuanya hancur dalam sekejap setelah hasil tes medis menunjukkan bahwa ia mandul. Saat itu, Bella langsung pergi, tanpa kata, tanpa melihatnya lagi, dan berlari ke pelukan pria lain. Arsen merasakan pedih itu kembali mengiris hatinya.

Sekarang, Bella berdiri di depannya, berkata rindu sebuah kata yang tak lagi memiliki makna bagi Arsen. Ia mengangkat pandangannya, matanya tajam, penuh amarah yang tak bisa disembunyikan.

"Rindu? Kamu tahu apa itu rindu?" Suaranya berat, penuh amarah dan luka yang tak bisa disembuhkan. “Kamu pergi begitu saja, dan sekarang kembali dengan kata-kata manismu. Tidak ada yang berubah, Bella.”

"Ar, aku tahu aku salah. Tolong... berikan aku kesempatan lagi," ucap Bella dengan suara bergetar, berusaha meraih tangan Arsen, namun pria itu tetap diam, dingin seperti batu.

Sementara itu, di ruang makan, Naya mendengar seluruh percakapan mereka. Dadanya bergemuruh keras, seolah-olah hatinya diremas.

“Pantas saja, kamu tidak mau mengakui secara langsung jika kamu ayah dari anak ini, karena kamu masih terikat dengan masa lalu,” gumam Naya kesal.

“Dasar bajingan. Kamu terlalu memandang tinggi dirimu Nay, kamu menunggu dia berkata jujur dan cinta? Nyatanya apa yang dia ucapkan hanya omong kosong,” imbuhnya.

Tanpa banyak berpikir, Naya mengambil kartu yang tadi Arsen tinggalkan di meja, bersama barang-barangnya yang akan dibawa ke restoran. Dengan langkah cepat, ia menghampiri Arsen yang masih berdiri di hadapan Bella.

“Paman, ini kartumu tertinggal. Aku pergi dulu,” ucap Naya dengan nada dingin yang menusuk.

Arsen terhenyak. Suara Naya... begitu asing, begitu jauh. Saat ia sadar, Naya sudah berjalan menjauh menuju pintu depan.

"Nay, tunggu!" serunya panik. Ia mengejar. "Kamu mau ke mana? Kamu belum boleh beraktivitas berat, Naya."

Naya berhenti sejenak, lalu menoleh, matanya berkaca-kaca namun penuh tekad. "Aku sudah membaik, Paman," katanya datar. "Dan jangan lupa... kamu hanya pengganti. Jadi, tolong, jangan ikut campur urusanku. Lebih baik selesaikan urusanmu sendiri."

Ucapan itu menghantam Arsen seperti tamparan keras. Darahnya berdesir, matanya membulat marah. Tanpa memperdulikan sekeliling, ia segera menghampiri Naya, mengangkat tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

"Paman! Apa yang Paman lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Naya, meronta.

Tapi Arsen tetap diam, rahangnya mengeras. Dengan satu tangan, ia membuka pintu mobil dan tanpa kesulitan memasukkan Naya ke dalam.

"Diam!" desisnya, sambil menepuk pantat Naya sebagai peringatan keras. "Kalau kamu masih berani melawan, aku bisa melakukan lebih dari ini. Mau coba?"

Naya membeku, wajahnya merah padam antara malu dan marah, tapi ia tak berani bersuara lagi.

Sementara itu, Bella yang melihat semua itu hanya bisa mengejar di belakang mereka.

"Ar! Arsen! Kamu mau ke mana?! Ar, dengarkan aku!" teriaknya, penuh putus asa. Tapi Arsen bahkan tidak menoleh sedikit pun.

Dalam hitungan detik, mobil Arsen melaju meninggalkan halaman, meninggalkan Bella berdiri sendiri di tengah panas yang membakar.

Bella mengepalkan kedua tangannya, napasnya memburu karena amarah dan rasa malu yang membakar. Dengan geram, ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Dia sudah menyukai wanita itu. Dia... tidak peduli lagi padaku," katanya, suaranya bergetar menahan emosi.

"DASAR BODOH! Aku sudah bilang, hancurkan hubungan mereka, Bella!" suara seorang pria terdengar keras dari seberang.

Bella mengepalkan rahangnya. "Pekerjaan ini... lebih sulit dari yang kamu bayangkan. Tapi aku bisa melakukannya. Asal, transfer dulu uang yang kamu janjikan."

"Dasar murahan!" cibir pria itu kasar.

Bella mematikan sambungan sebelum mendengar lebih banyak hinaan. Ia mendengus sinis, berbicara pada dirinya sendiri, "Murahan? Dia lupa siapa yang tidur dengan wanita 'murahan' ini untuk pertama kalinya?"

Beberapa detik kemudian, suara notifikasi masuk terdengar. Sebuah transfer uang masuk ke rekeningnya.

***

Di sisi lain, mobil yang dikendarai Arsen kini sudah terparkir di area rumah sakit.

Keduanya masih diam, membiarkan keheningan yang canggung memenuhi ruang sempit di antara mereka. Sepanjang perjalanan tadi, tak ada satu pun kata yang terucap.

Naya, yang sejak tadi menahan amarah, akhirnya sadar di mana mereka berada. Ia memandang sekeliling, lalu menatap Arsen dengan bingung dan kesal.

"Paman, kata dokter aku baru kontrol seminggu lagi. Jadi kenapa ke sini? Aku mau ke restoran, Paman!" protesnya dengan suara meninggi.

Arsen tetap menatap ke depan, suaranya datar saat menjawab, "Aku sudah bilang, jangan bekerja lagi di sana, Naya."

Naya mengepalkan tangannya. "Paman, sudah aku bilang—"

"Kamu berani menentangku?" potong Arsen, kini berbalik menatapnya tajam. "Coba saja. Aku pastikan kamu tidak akan mampu menerima konsekuensinya."

Ucapan itu sukses membuat Naya terdiam, menahan kata-kata yang hampir meluncur dari bibirnya.

Arsen menghela napas panjang. Kadang, menjadi keras memang efektif... tapi saat ia melirik Naya yang menunduk, matanya terasa perih sendiri.

"Nay," gumamnya, nada suaranya melunak sedikit. "Tolong... mengertilah. Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu."

Naya tetap diam, matanya menatap keluar jendela, berusaha menahan perasaan yang bergejolak.

"Dan..." lanjut Arsen, suaranya merendah, "jangan merasa sedih. Aku akan masuk ruang operasi sebentar lagi. Kalau emosimu gak stabil, itu akan—"

"Apa hubungannya emosiku dengan Paman?" potong Naya tajam, berbalik menatapnya, bingung dan marah sekaligus.

Arsen menggertakkan rahangnya, ragu-ragu. Bagaimana bisa ia mengatakan bahwa selama ini, setiap emosi Naya entah bagaimana turut bergetar dalam dirinya? Bahwa ada ikatan tak terlihat yang menghubungkan mereka?

"Iya... pokoknya kamu gak boleh sedih," ucap Arsen akhirnya, terdengar bodoh bahkan di telinganya sendiri.

Naya menatapnya lebih lama, mencoba membaca ekspresi lelaki itu. Tapi yang ia lihat hanya keheningan dan sesuatu yang tak mampu ia mengerti.

"Kalau begitu, biarkan aku pergi ke restoran. Aku janji, emosiku akan stabil, Paman," ucap Naya, suaranya berusaha tenang, meski ada nada getir di ujungnya.

Arsen menghela napas panjang, mencoba bersabar. Tapi kata-kata Naya... keras kepala dan seakan tidak paham maksudnya, benar-benar menguji batas kesabarannya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Arsen melepas sabuk pengamannya dengan gerakan cepat. Sangat cepat, hingga Naya bahkan tidak sempat menyadari apa yang terjadi.

Tiba-tiba, tangan besar Arsen sudah melingkup tengkuk Naya, menarik tubuh mungil itu lebih dekat. Dalam satu gerakan yang begitu mendadak, bibirnya menemukan bibir Naya, menekan, menuntut, seakan melampiaskan segala kekesalan, kekhawatiran, dan rasa yang tak pernah berhasil ia ucapkan.

Naya membeku, matanya membelalak.

Sentuhan itu kasar, namun di balik kekasarannya ada getaran dalam, ada rasa yang membuat dadanya bergetar hebat. Ia tahu ia harus mendorong Arsen, ia tahu ia harus marah... tapi tubuhnya menolak bergerak, membiarkan perasaan aneh itu merambat ke seluruh dirinya.

Arsen sendiri terkejut pada dirinya. Ia memejamkan mata, menahan napas, seakan takut kehilangan kendali lebih jauh lagi. Perlahan, ia melepaskan ciuman itu,tapi tetap menahan wajah Naya dalam genggamannya, menatapnya dari jarak begitu dekat hingga Naya bisa merasakan napas hangatnya.

"Jangan keras kepala lagi, Naya," bisiknya, sedekat itu hingga Naya bisa merasakan getaran emosinya.

1
Nur Nuy
sukurin bapak anak lagi disiksa puas gue, semoga naya ga kenapa kenapa, secepatnya ketemu orang tuanya, arsen tutup mulut teman koas naya dong jahat tuh mulutnya apalagi dara
Fani Indriyani
Tingkah kalian berdua ini bikin aku senyum2 sendiri...
Retno Harningsih
up
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
makin2 si arsen ini
Marya Dina
sweet juga si arsen😁
partini
aihhh posesif nya babang tamvann
meita
org diam itu ibarat gunung berapi dia akn diam ketika d sakiti tpi skalinya meledak mka akn mnghancurkan sgalanya
Hayurapuji: iya kak betul sekali
total 1 replies
Nifatul Masruro Hikari Masaru
ya ganggu lah
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ngeriiiii
Hayurapuji: apa seperti psiko kak?
total 1 replies
partini
wah kejutan
css
next 💪💪💪
kok yg satunya g up2 kak🙏
Hayurapuji: hehhe malam ini baru up kak, kemarin ketiduran.
total 1 replies
Nur Nuy
sukurin roki karma lu
Nur Nuy: puasss ss dong Thor thankyou
Hayurapuji: puas banget kak
total 2 replies
Aisyah Ranni
seorang suami singa berbulu domba,akan dibalas istri menjadi Duri didalam daging 😡😡 semangat Bu Puput readers mendukung mu
Hayurapuji: gak salah klo dia jadi jahat sama suaminya, kalau ama anak masih bisa dimaafkan meskipun ada konsekuensinya.
total 1 replies
Happy Kids
ya juga siii dia junjung harga diri. untung roki ringkih yaaa 😅
Hayurapuji: klo sehat mungkin langsung dikasih racun kak
total 1 replies
partini
ternyata orang diam kalau di sakiti war biasaaaahhh mengerikan
Hayurapuji: aku percaya kak, karena di abad 21 ini juga masih ada yang begitu.
partini: buangttttt ,dulu ayahku pernah di gituin bukan paku dkk sih KLW ga salah rambut dah lama th 90n percaya ga percaya sih lihat sendiri dulu
total 5 replies
Fani Indriyani
Luka yg ditorehkan oleh Roki terlalu dalam sehingg, Puput memilih jalan ini daripada berpisah,yah kalo berpisahpun blm tentu Roki tdk berulah lebih baik dibikin sakit sekalian untung aja kamu ga dikebiri oleh Puput
Fani Indriyani: Bener kak,kebanggaan lelaki kan dsitu wkwkwk
Hayurapuji: dibikin gak bisa anu lagi ya kak
total 2 replies
Fani Indriyani
Ayo Nay seperti Arsen yg selalu jujur padamu begitu juga kamu harus jujur ma Arsen,jgn biarkan ada celah yg akan merusak hubungan kalian
Fani Indriyani
Haduh gak bapa ga anak sama aja jahatnya,semoga Naya cepet bs berkumpul ma keluarga besarnya sehingga ada pengawal khusus untuk Naya,walau sdh ada Arsen tp dia juga seorang dokter yg pasti sangat sibuk
Fani Indriyani
Semoga aja tes DNA nya ga direcoki si Roki ya,bener kata Dito tuh jgn percaya ma kaka iparmu Arsen
Fani Indriyani
Ayo jujur Arsen kalo kamu janjian ma Dito trus ketemu ulet bulu di cafe,inget jalin komunikasi ma Naya biar dia ga salah paham...Wah jgn2 Naya ma Nisa sodara ya,atau ayah Naya ma papa Nisa adik kaka,atau malah Naya anak angkat ortunya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!