Irene, seorang gadis cantik yang gampang disukai pria manapun, tak sengaja bertemu Axelle, pria sederhana yang cukup dihindari orang-orang, entah karna apa. Sikapnya yang dingin dan tak tersentuh, membuat Irene tak bisa menahan diri untuk tak mendekatinya.
Axelle yang tak pernah didekati siapapun, langsung memiliki pikiran bahwa gadis ini memiliki tujuan tertentu, seperti mempermainkannya. Axelle berusaha untuk menghindarinya jika bertemu, menjauhinya seolah dia serangga, mendorongnya menjauh seolah dia orang jahat. Namun anehnya, gadis ini tak sekalipun marah. Dia terus mendekat, seolah tak ada yang bisa didekati selain dirinya.
Akankah Irene berhasil meluluhkan Axelle? Atau malah Axelle yang berhasil mengusir Irene untuk menjauh darinya? Atau bahkan keduanya memutuskan untuk melakukannya bersama setelah apa yang mereka lalui?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Red Rose
"Makasih ya, Kak, udah mau nganterin..." Ujar Irene, saat Stuart mengantarnya pulang.
"Sama-sama, aku hanya takut kamu nyasar lagi." Ujar Stuart, tersenyum geli.
Irene menggaruk kepalanya, pelan. "Gak akan lagi kok..."
"Kamu... Ah, gak papa, ini tempat tinggalmu?"
"Ya, di lantai 29. Kakak mau mampir?"
"Kalau saja aku tak punya kerjaan, tapi... Kamu harus kuliah juga, kan?" Tanya Stuart, membuat Irene mengingat kuliahnya. "Aku harus kembali, maaf, tak bisa mengantarmu."
"Gak masalah kok, aku ngerti." Ujar Irene, tersenyum. "Aku duluan ya?"
"Masuklah, aku akan pergi setelah kamu masuk." Ujar Stuart, tersenyum.
Irene berjalan masuk ke dalam, setelah Stuart mendorongnya masuk. Ia berjalan menuju lift, ia masih melihat siluet Stuart yang berada di depan gedung apartemennya. Apa ia tengah diawasi? Mendadak, Irene merinding. Itu hanya Stuart, ia mengenalnya, ia menyukainya, tapi kenapa aura pria itu seperti tak biasanya?
Irene bergegas menuju apartemennya, pikirannya masih dipenuhi Stuart yang tadi tampak sangat menakutkan. Apa karna Irene melihat siluetnya dari pintu lift?
Irene menggelengkan kepalanya, terlalu banyak pikiran membuat kepala Irene sedikit pusing. Pada akhirnya, Irene memutuskan untuk melupakan kejadian barusan.
Tiba-tiba terdengar suara bel yang tiba-tiba membuat Irene terlonjak kaget, ia segera melihat interkom. Tak ada siapapun, siapa yang bertamu sepagi ini ke rumahnya?
Irene membuka pintu, ia melihat kanan-kirinya, tak ada apapun. Irene hampir menutup pintu, tapi tatapannya terpaku pada bunga mawar merah yang tergeletak begitu saja disana. Sekali lagi Irene menengok kanan-kirinya, tapi tak ada tanda apapun seseorang berada di sekitar rumahnya.
"Siapa sih?"
Irene mengambil bunga itu, ia menatap bunga itu bingung. "Masa... Kak Stuart? So sweet banget, pantesan dia lihat gw sampe segitunya. Gw udah salah sangka, ya?" Ujarnya, penuh senyuman. "Bunganya cantik, di taruh dimana ya?"
Irene membawa bunga itu ke rumahnya, tanpa menyadari seseorang yang tengah tersenyum dibalik tembok itu. "Tunggu tanggal mainnya, Winter..." Gumamnya, tersenyum.
***
"Rene!! Rene!!"
Teriakan Joy membuat Irene terlonjak kaget, ia baru menyadari tengah berada di kantin yang cukup ramai. Irene sedari tadi selalu tersenyum-senyum sendiri, bikin teman-temannya bingung.
"Loe kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Loe baik-baik aja, kan?"
"Gw gak papa." Ujar Irene, tersenyum. "Tadi pagi gw ketemu Kak Stuart, gw sarapan bareng dia."
"Eh, beneran? Kok bisa? Dia kan sibuk, gimana cara loe ketemu dia?" Tanya Gisel, tak sabaran.
"Gw nyasar di tempat dia, terus dia nganterin gw pulang." Ujar Irene, tersenyum.
"Beruntung banget, ihh!!" Ujar Gisel, sedikit iri.
"Nyasar? Di tempatnya? Tempat tinggal dia lumayan jauh, kok loe bisa sampe sana?" Tanya Joy, curiga.
"Yeee, namanya juga nyasar, ya kan?" Ujar Gisel sambil memukul bahu Joy, tapi tak menyurutkan tatapan Joy pada Irene. "Kenapa sih, Joy?"
"Loe kayak gak kenal Irene aja, dia kan mageran orangnya. Gimana bisa nyasar sampe sejauh itu?"
"Eh, gw juga dapet bunga lho dari dia." Ujar Irene lagi, ia tak memperdulikan tatapan Joy padanya.
"Bunga?"
"Dia naruh di depan rumah gw waktu dia nganterin gw, sweet banget kan?"
"Heh!! Loe yakin itu bunga dari Stuart? Kan loe baru jalan sama dia, gak masuk akal, tau gak?"
"Kenapa sih? Gak mau lihat Irene seneng aja loe?" Ujar Gisel, kesal. "Ya, mungkin aja setelah mereka jalan, Kak Stuart jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Lagian dia tau gedung apartemen gw kok, itu pasti dia." Ujar Irene, membuat Joy tersenyum sinis.
"Terserah deh, gw itu orang yang gak percaya cinta pada pandangan pertama ya, maaf." Ujar Joy, lagi.
Irene terdiam, ia menatap Joy curiga. "Loe kok gitu??"
"Terus, terus, gimana acara sarapannya? Seru, gak?" Tanya Gisel, ia berusaha mengalihkan suasana yang mendadak sesak.
"Seru, Kak Stuart ternyata orangnya malaikat banget..."
Irene terdiam, kala ia melihat Axelle berjalan melewati kantin begitu saja. "Dia nyebelin banget, gw gak suka dia..." Ujarnya, kesal.
"Hah? Katanya malaikat?"
"Bukan Kak Stuart, tapi orang di sana itu." Ujar Irene, Gisel mengikuti arah tatapannya. "Setelah apa yang terjadi, dia masih aja galak sama gw, gw benci banget sama dia."
"Emang apa yang terjadi?" Tanya Joy, penasaran.
Irene terdiam, ia kelepasan membicarakan Axelle tadi. "Ah, gw masih ada kelas, nanti kita cerita lagi ya?" Ujarnya sambil beranjak dari kursinya, lalu berjalan terburu-buru
"Apa-apaan dia? Bukankah jadwal kita sama?" Tanya Gisel, Joy melihat jam tangannya.
"Masih ada setengah jam lagi, mau kemana dia?"
Irene terdiam, saat Axelle tengah berdiri di jalan yang akan ia lalui. Dia ingin menghindari Axelle hari ini, dia tak mau bertemu pria menyebalkan itu. Tapi ia malas kembali, pada akhirnya ia harus melewati jalan itu.
Irene berjalan dengan langkah angkuh melewati Axelle, padahal jantungnya berdegup cukup kencang, apalagi saat berada di hadapan Axelle. Tapi pria itu seperti tak melihatnya, atau bahkan tak peduli? Masa bodo, Irene gak mau memikirkan pria galak itu lagi.
Irene berjalan pergi, tanpa menyadari tatapan Axelle yang terus mengawasinya. Semoga dengan begini, loe bisa selamat dari mereka. Asal mereka gak tau loe, loe pasti gak akan bisa mereka temukan.