Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Sebelumnya...
Gus Ikram mengusap wajahnya dengan kasar, entah kenapa merasa resah dan selalu terbayang-bayang wajah istri rahasianya.
Bahkan Gus Ikram tidak berhentinya tersenyum saat mengingat bagaimana beberapa hari ini sikap sang istri yang berubah, bahkan Ramiah terbilang sangat menggemaskan saat istri rahasianya itu menginginkan sesuatu.
Ah beginilah rasanya menghadapi seorang istri yang sedang hamil dan mengidam? Dan Gus Ikram sama sekali tidak keberatan. Ia malah bahagia dan bersyukur sekali.
Masalah keluarganya, entahlah,. Gus Ikram juga tidak tau, dan mengesampingkan hal itu terlebih dahulu, ia akan fokus pada Ramiah dan calon anaknya nanti.
"Emm, kayaknya makan rujak yang ada di simpang empat pertokoan Airma enak tuh. Tadi nampaknya seger banget." Entah kenapa Gus Ikram malah membayangkan rujak yang ada di simpang empat pertokoan Airma yang di lewatinya tadi. Bahkan air liurnya rasanya ingin menetes saja saat sekarang ini.
"Ah enggak bisa ini." Sudah di tahan, tapi rasa inginnya membuncah, jadilah Gus Ikram langsung menghubungi Verdi dan meminta Verdi untuk meneruskan pekerjaannya, Verdi di sana hanya pasrah dan mau protes juga tidak mungkin karena Gus Ikram memberikan bonus yang besar untuk dirinya.
Gus Ikram tidak memperdulikan Via yang memanggilnya sedari tadi, dirinya langsung memacu langkahnya menuju ke mobil. Bukan maksud mengabaikannya, tapi Gus Ikram malas berdebat panjang yang berujung membuat Via akan marah-marah lagi. Sudah cukup tadi, dan Gus Ikram sedang tidak ingin ribut dengan Via.
Dan sesampainya di simpang empat pertokoan itu, Gus Ikram malah harus menelan kekecewaannya karena pedagang rujak nya sudah tidak ada di sana. Ia sudah telat, karena kata beberapa orang yang duduk di dekat pohon besar sana, tukang rujak itu tidak mangkal di sana lagi, tapi sering pindah, dan mereka juga tidak tau kemana.
Karena tidak ada, Gus Ikram langsung melajukan mobilnya menuju ke apartemen Ramiah, ia akan mengajak Ramiah mencari makanan...
Namun, saat sampai di apartemen, Gus Ikram malah harus melihat seorang pemuda itu ada di dalam apartemennya, dan sedang mengobrol dengan istri rahasianya itu..
Kepala Gus Ikram rasanya mau pecah melihat itu.
*
"Mas sudah katakan sebelum nya , dan berulangkali mengingatkan sama kamu , tapi kenapa kamu tidak mendengar nya ?" Gus Zayan menatap tajam ke arah Ramiah yang saat ini tengah menunduk. Entah kenapa tiba-tiba takut dengan suaminya itu, padahal biasanya, Ramiah tidak pernah seperti ini, bahkan terkesan tidak peduli sama sekali mau Gus Ikram marah ataupun tidak.
"Dalam agama kita sudah di jelaskan, jika bertemu dengan yang bukan mahram itu dosa, apa lagi saat ini kamu yang sudah punya suami, bertemu diam-diam tanpa persetujuan suami kamu hmm? Itu semuanya dosa besar. Apa lagi mas sama sekali enggak pernah ijinin kamu bertemu sama dia!!" Kata Gus Ikram, sambil mengusap wajahnya dengan kasar, bahkan berulangkali mengucapkan istighfar di dalam hatinya agar emosi yang di pendanya hilang.
Ramiah mendongak dengan mata nya yang sudah berkaca-kaca, hatinya mendadak sedih mendengar suaminya marah. Entahlah, tapi di dalam dirinya sana seperti ada yang aneh, karena merasa tak ingin suaminya kecewa.
"Maaf" lirih Ramiah dengan suara isak-nya yang terdengar.
Deg
Gus Ikram terkejut, buru-buru menatap sang istri saat mendengar suara isakan yang keluar dari bibir istrinya itu.
"Astaghfirullah." Gus Ikram langsung menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, sungguh rasa bersalah semakin bercokol di dalam dirinya.
"Maaf sayang."
Cup
Cup
Cup
Cup
Gus Ikram mengecup seluruh wajah sang istri, lalu memeluknya kembali dengan erat, sambil menggumamkan kata maaf pada istrinya itu. Sungguh ia tidak bermaksud marah pada Ramiah, namun bagaimana lagi, amarahnya memenuhi dirinya membuat dirinya tidak bisa mengontrol emosinya.
"Sayang maaf, mas tidak bermaksud seperti itu. Maafkan mas ya sayang. Jangan nangis lagi. Mas mohon"
Ramiah masih saja sesenggukan, rasanya hatinya sangat sesak sekali mendengar suaminya marah-marah seperti tadi.
"Maaf sayang..." Ucap Gus Ikram.
*
"Via, ummi sudah pernah katakan sebelumnya sama kamu. Jangan pernah seperti itu, kamu tau sendiri bagaimana sifat bu Ramlah itu" ummi Sekar berujar dengan nada lembut pada menantunya itu. Ia bahkan tidak marah, karena ia sangat tau bagaimana sifat bu Ramlah.
Via yang mendengarnya tak terima, kepalanya seolah berpikir jika sang mertua membela Bu Ramlah dan membenarkan apa yang di katakan oleh Bu Ramlah tadi. "Via tidak melakukan hal seperti itu ummi. Bu Ramlah fitnah Via, Via tidak seperti itu!!" Pekik Via mengelak semuanya.
"Via enggak pernah bersikap seperti itu, jadi kenapa ummi malah membelah Bu Ramlah!!!" Kembali suara Via meninggi.
Ummi Sekar tersentak saat mendengar suara Via, bahkan ummi Sekar mengelus dadanya saking terkejutnya. "Astaghfirullah nak, ummi tidak membela Bu Ramlah, ummi hanya--"
"Hanya apa?! Ummi ngomong kayak tadi itu udah membuktikan kalau ummi enggak menghargai Via!! Ummi malah belain Bu Ramlah, yang ummi jelas-jelas tau sendiri bagaimana tingkah lakunya. CK, ummi kelewatan banget." Via menggelengkan kepalanya, rasa kecewa muncul di dalam dirinya pada mertuanya itu, mertua yang selalu menyayanginya, tapi Via berpikiran lain.
Ummi Sekar menggelengkan kepalanya. "Nak, dengarkan ummi dulu, ummi tidak bermaksud seperti itu. Maaf, jika perkataan ummi yang menegur Via tadi membuat Via sakit hati, tapi nak, ummi benar-benar tidak bermaksud membela Bu Ramlah." Kata ummi Sekar.
Via tersenyum sinis, "oh ya? Kalau enggak bela jadi kenapa tadi menyudutkan Via seperti tadi ha?! Ummi kira Via perempuan bodoh apa?! Via dengar sendiri ummi bentak Via tadi. Dan ummi malah belain Bu Ramlah. CK, asal ummi tau aja, Via benci sekali dengan Bu Ramlah, bukan sekali ini saja Bu Ramlah seperti itu pada Via, tapi hampir setiap hari. Dan ummi, tidak mau tau itu."
Ummi Sekar menghela nafasnya kasar, rasa sesak di dalam dadanya tiba-tiba muncul, "Via, ummi tidak bermaksud seperti itu, maafkan ummi." Lirih ummi Sekar, matanya menatap sendu ke arah Via.
Via menggeleng, Via benar-benar marah sekali. "Via benci sama ummi. Semua orang enggak pernah mengerti Via, ummi juga sama saja." Teriak Via, lalu berlari pergi dari sana.
Ummi Sekar memegang dadanya yang terasa sangat sakit, kakinya ingin melangkah mengejar Via, namun tubuhnya tiba-tiba limbung.
"Vi--"
Bruggg
Ummi Sekar jatuh, beruntung ada seorang Ustadzah yang kebetulan lewat di tempat itu, dan langsung berlari menahan tubuh ummi Sekar.
"Astaghfirullah, ummi, bangun" Ustadzah itu panik saat ummi Sekar langsung tak sadarkan diri.
"Ya Allah... Astaghfirullah.."
"Tolong, tolong, ummi Sekar pingsan!!" Teriak Ustadzah itu.
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya