NovelToon NovelToon
Jerat Pesona Duda Beranak 1

Jerat Pesona Duda Beranak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.

Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.

Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Menurunkan ego. Karena sulit bergerak sendiri, wanita itu meminta bantuan kepada pria yang baru saja diomeli.

"Keluar ...!"

Sudah sampai di kamar mandi, Melissa mengusir. Namun, Adria masih bertahan di posisinya. "Aku temani sampai selesai!"

"Keluar, aku mau mandi!" Sekali lagi Melissa mengusir. Ia sudah duduk di closet, sementara pria yang ada di hadapannya itu tengah berjongkok.

Adrian tampak berpikir, pria itu seperti memiliki banyak beban.

"Aku takut kamu membunuh anakku di sini!"

Melissa berdecak. "Ck, gak akan!"

"Apa jaminannya?"

Kejadian semalam membuat Adrian trauma. Melihat Melissa yang hampir mati karena kebodohannya, sungguh menjadi pengalaman paling buruk.

Sebelumnya ia juga merasa bersalah karena semua itu terjadi sebab ulahnya.

"Gak ada, tapi aku bisa menjamin! Luka ini masih sakit, gak mungkin aku ngelakuin kayak semalam lagi!" jelas Melissa.

Barulah Adrian mau setelah mendengar ucapan itu, ia beranjak lalu menutup pintu. Melissa merasa pria itu sudah benar-benar pergi, meski kenyataannya ia berdiri seperti bodyguardnya di depan pintu. Telinganya terus ditempelkan, berusaha mendengar apa yang terjadi di dalam.

Sembari menunggu, tiba-tiba Adrian melihat wanita pelayan memasuki kamar dengan membawakan peralatan body spa. Biasanya itu dilakukan oleh Sasa atau Yani untuk memanjakan nona-nya, sekarang dilakukan dengan orang yang berbeda.

"Letakkan saja, biar aku yang melakukan nanti!"

"Baik, Pak!"

Berselang beberapa menit, Adrian terhenyak mendengar suara gadebuk dari dalam. Ia mengira itu berasal dari Melissa yang jatuh.

Dengan perasaan cemas Adrian membuka pintu.

"Aaaaaak...!!" Sontak Melissa berteriak sambil berusaha menutupi bagian sensitifnya.

Ternyata, tidak terjadi apa-apa, yang jatuh tadi hanya botol jumbo shampoo dan sabun.

Entah, mengapa bagi Adrian itu seperti orang jatuh. Mungkin karena kekhawatirannya yang begitu over.

"Aku dengar kamu jatuh!"

"Itu cuma shampoo. Cepat keluar, aku belum selesai!" kelakar Melissa.

Bukannya menghilang dari pandangan, Melissa justru melihat Adrian semakin mendekatinya. " Sudahlah, aku gak bisa nahan cemas kayak gini. Cepat, aku bantu saja!"

Adrian mengambilkan handuk. Ia tak sanggup harus menahan kekhawatiran dari luar. Pria itu benar-benar sangat takut jika terjadi sesuatu lagi yang bisa saja membahayakan bayinya.

"Pak...."

"Jangan takut, aku gak akan macam-macam. Percayalah! Gak perlu malu juga, semuanya sudah kulihat!"

Akhirnya Melissa pasrah saat Adrian membantu memandikan dan memakainya handuk. Hingga selesai dengan kegiatan itu, Melissa langsung dibopong ke ruang ganti.

"Baju apa yang mau kamu pakai?"

Kini Melissa melihat pria itu sedang membuka lemari baju. Ia merasa risih saat Adrian menyela-nyela pakaian dalamnya.

"Pak, mending sama mbak Sasa atau Mbak Yani aja. Saya risih !"

Sontak Adrian menghentikannya kegiatannya. "

Mereka mau saya pecat!"

"Apa? Pecat? Kenapa?" Melissa syok. Sedikit ada rasa tidak rela saat Adrian mengungkapkannya.

"Mereka lalai. Mungkin kalau mereka ketat menjaga, saya gak akan lihat kamu sampai berd* rah-dar*h semalam!"

"Bapak gak tau gimana perjuangan mereka bantu saya.

Dari pagi, siang, sore, malam. Saya mual, muntah, pusing, sakit perut, bergadang, siapa yang temani kalau bukan mereka! Okey semalam itu murni kebodohan saya yang berniat bunuh diri karena saya gak mau punya anak dari Bapak!" tutur Melissa.

Adrian terdiam, mencerna semua ucapannya. Ia menyadari sesuatu jika dalam satu kesalahan, ia tidak tahu betapa banyaknya kebaikan dua pelayan itu sehingga memutuskan untuk memecatnya begitu saja.

"Terutama mbak Yani, dia yang handle semuanya, lalu besok tanpa dia bagaimana? Tolong jangan pecat siapa pun, mereka butuh pekerjaan, ada keluarga yang mereka harus dibiayai. Di jaman sekarang cari lapangan kerja itu susah, dan Bapak sebagai orang yang bisa memberikan setidaknya jangan sembarangan memecat orang!" papar Melissa dengan tandas.

Adrian menghampirinya, ia berjongkok di hadapan Melissa yang saat itu masih memakai lipatan handuk. Dia melihat wanita tersebut dengan tatapan intens. Baiklah, saya tidak akan memecat mereka, tapi apa kamu bisa berjanji untuk mempertahankan anak saya? Apa kamu bisa berjanji tidak ada lagi niatan untuk mengugurkan, atau bunuh diri lagi?"

Melissa tertegun, melihat mata pria berkaca-kaca seperti ada ketulusan yang mendalam.

"Dia sangat menginginkan anak ini. Jauh dari kenyataan saat mbak Yani bilang kemarin, sekarang justru sebaliknya," batin Melissa.

"Saya berjanji akan menjaga anak ini sampai dia benar-benar lahir ke dunia, tapi itu pun saya lakukan untuk kebebasan saya, jadi Bapak juga harus menepati janji!"

"Setelah anak ini lahir, saya bersumpah akan membiarkan kamu pergi!"

Melissa mengangguk. Keduanya sama-sama bersepakat. "Baiklah, jadi percayakan saja. Anak Bapak gak akan saya apa-apakan!"

"Terima kasih, Melissa!"

Adrian mengambil meraih tangannya. Betapa terkejutnya saat pria mendaratkan kecupan di sana.

"Pak...."

***

Sementara itu ....

Kita sama-sama menyaksikan Sasa dan Yani yang tengah berlomba-lomba menguras air matanya. Baju dan barang-barang berharga, sudah terkemas. Kini dengan berat hati mereka akan menindaki kakinya keluar dari singgasana yang sudah bertahun-tahun mereka tempati.

"Waktunya berpamitan dengan rumput-rumput yang bergoyang, huhu... Selamat tinggal dunia!" Hampir satu bungkus Sasa menghabiskan tisu.

"Mau mati kau?!" sergah Yani." Ayo kita hampiri kamar bapak!"

"Buat apa? Minta pesangon?" tanya Sasa.

"Minta asuransi!" cetus Yani.

"Asuransi apa? Asuransi pemecatan?!" sewot Sasa

"Sudah ayo!"

Keduanya pun bergerak menghampiri kamar yang biasa mereka kunjungi untuk merawat nona-nya. Kini, pemandangan yang seharusnya menjadi kebahagiaan mereka, untuk saat ini tetap saja akan menjadi kesedihan.

Mungkin jika mereka masih bertahan, keduanya akan merasa senang melihat Melissa sedang disuapi oleh majikannya.

Penampakan itu sungguh menyejukkan hati.

"Kalian mau ke mana?" tanya Melissa.

Sasa dan Yani menunduk sedih. "Kita mau pamit, Nona!"

"Pamit ke mau mana? Ke pasar?" celetuk Melissa, membalas.

"Pamit dari dunia, Non!"

"Sasa!" tegur Yani. Kini ia yang angkat bicara. "Bapak maafkan atas kesalahan kami yang tidak becus menjaga Nona Melissa. Selama tidak ada saya sebagai ketua, saya berharap ada pengganti yang lebih baik nanti!"

"Iya Pak, mungkin ke depannya kita akan selalu merindukan tempat ini!"

Terdengar suara kekehan dari Melissa. Selama satu bulan lebih, baru kali ini lagi mereka melihat Melissa tertawa. "Mau ke mana si? Sudah-sudah, balik ke posisi awal. Gak ada yang dipecat. Yang salah itu aku karena bodohnya mau mati, padahal cuma setress sedikit!"

"Enggak Non, ini salah saya. Andai saya gak lalai benahi peralatan makan, mungkin gak akan terjadi seperti semalam!" ujar Sasa.

"Saya yang seharusnya lebih disalahkan. Mengecek kamar setiap saat tapi saya lakukan kalau ingat saja. Maafkan saya, pemecatan ini memang yang terbaik," sahut Yani.

Melissa dan Adrian saling menatap. Kemudian Melissa lah yang memberikan kode supaya Adrian angkat bicara.

"Apa ini main salah-salahan, semuanya salah saya, mengerti?!" ujarnya.

"Ya udah, Bapak aja deh yang salah!" sahut Sasa.

"Sasa!"

Bersambung ~

1
Sarita
sabar Adrian nanti juga lama" bucin tuh si melisa
S.gultom
karya yang bagus🙏
codefive_
Teruskaaaan👍🏻
codefive_
Semangat ya kak utk novelnya, lanjutkaan👍🏻
codefive_
Saran ya kak, untuk koma jangan ditengah. Bisa spt ini “tenang melissa, ngangkang dikit abis itu kabur!”
codefive_: Samasama, yuk gantian support karya terbaru ku🥰
S.gultom: makasih sarannya kak 🙏
total 2 replies
Little Sister
ceritanya seruuu, semangat yaaa/Determined/
♐EP𒈑⃟⃞𐦉CintaAfya𒈑⃟⃞🦅💞
kk mampir di sini dan simpan di favorite nnti baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!