Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Kecelakaan Orang Tua Raya
Tangisan Raya yang kencang dan suara polisi beberapa saat lalu menjadi satu dan terus berputar di kepala Aaron. Ia menjadi bingung tidak tau harus berbuat apa saat ini, ponsel yang ada di tangan nya pun sudah jatuh ke kakinya bersamaan dengan seluruh tubuhnya yang menjadi lemas.
"Paman, ayo cepat kita ke ayah sama ibu!" ucap Raya sambil mengguncang tubuh dari Aaron dan membuat Aaron menemukan kembali akal sehatnya.
"Jangan menangis Naya, tenangkan pikiran kamu, doakan ayah dan ibu kamu supaya mereka baik-baik saja" ucap Aaron.
Raya mengangguk dan berusaha untuk menahan tangisnya meskipun tidak bisa ia tahan. Ia berusaha menenangkan pikirannya dan berdoa tetapi tetap saja ia masih teringat dengan ucapan polisi sebelumnya yang mengatakan, bahwa orangtuanya telah mengalami kecelakaan mobil.
Sebelum melajukan mobilnya, Aaron memberikan kabar pada ibu nya bahwa Keenan dan Dayana mengalami kecelakaan mobil dan ia diminta untuk ke lokasi rumah sakit tempat Keenan dan Dayana di bawa setelah kecelakaan oleh polisi. Ia meminta pada ibunya untuk menjaga anak-anaknya selama ia pergi. Dan Aaron juga menghubungi sekretaris nya untuk mengurus pekerjaannya selama ia tidak ada di kantor.
Di perjalanan Aaron dan Raya terus berdoa untuk keselamatan Keenan dan Dayana, semoga mereka baik-baik saja dan tidak kenapa-napa.
Setelah beberapa jam melewati kemacetan di sepanjang perjalanan. Aaron dan Raya akhirnya sampai di rumah sakit tempat Keenan dan Dayana berada.
Setelah sampai Aaron langsung menanyakan pada resepsionis rumah sakit tentang ruangan tempat Keenan dan Dayana berada. Setelah beberapa saat resepsionis mendapatkan daftar pasien, Aaron dan Raya langsung berlari ke ruangan yang disebutkan.
Di depan pintu ruangan ada beberapa polisi yang berjaga dengan ketat.
"Apa yang sebenarnya terjadi, pak polisi?" tanya Aaron langsung ke inti.
"Mobil yang korban kemudikan sebelumnya tampak melaju tak terkendali dan akhirnya keluar dari jalur dan menabrak pembatas jalan dengan sangat keras, dan akhirnya terjatuh ke dalam sebuah jurang" ucap salah satu polisi menjelaskan proses kecelakaan dari hasil kamera CCTV yang ada di jalan tol.
Raya yang mendengarkan dengan seksama terus menutup mulut nya dengan kedua tangannya, mencegah agar tangis nya tidak pecah, ia terus-terusan menggelengkan kepalanya berusaha menyangkal kejadian yang terjadi.
"Istri dari korban yaitu ibu Dayana dinyatakan meninggal di lokasi kecelakaan karena benturan hebat di kepala."
Raya yang sudah dengan susah payah menahan tangis, akhirnya menangis ketika ia mendengar apa yang polisi sampaikan. Tubuhnya menjadi lemas seketika dan akan terjatuh jika saja Aaron tidak menahannya.
"IBU?!!!" Raya berteriak menyebut ibunya.
Aaron memeluk Raya untuk menenangkannya meski dia sendiri masih syok dengan kejadian ini. Dan Raya hanya bisa menangis di dada Aaron.
"Paman, ibu ada di mana paman?" tanya Raya sambil menangis di dada Aaron.
Raya merasakan bahwa dunia di sekitarnya sudah hancur dan menjadi gelap gulita. Ibunya sudah tidak ada di dunia ini, dan ia tahu ini bukanlah mimpi.
"Jenazah korban ada di kamar-" ucap polisi namun terhenti karena ada dokter yang keluar dari ruangan yang mereka tunggu.
"Bagaimana keadaan dari saudara saya dok?" tanya Aaron kepada dokter itu.
"Korban mengalami benturan keras di bagian belakang kepalanya dan mengalami banyak kekurangan darah, sehingga korban tidak dapat selamatkan," ucap dokter.
Ucapan dari dokter membuat Raya yang menangis di dada Aaron, langsung menerobos masuk dalam ruangan tempat ayahnya berada.
Selama beberapa detik, tubuh Raya menegang ketika melihat ayahnya yang sudah terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit. Ia merasa semakin hancur ketika melihat wajah ayahnya yang sudah pucat, dan jantungnya sudah tidak berdetak.
"Ayah?" bisik Raya di telinga sang ayah berharap sang ayah terbangun.
"Ayah, bangun ayah ini Raya, ayah," Raya kemudian mengguncang tubuh kaku ayahnya, semakin lama semakin kencang.
"AYAH?!!" Raya semakin histeris.
Raya akhirnya ditarik oleh Aaron, dan menariknya ke dalam pelukannya yang tidak bisa menenangkan Raya sedikitpun. Raya sudah tidak bisa menahan syoknya lagi, hingga akhir pandangannya menjadi gelap dan akhir pingsan.
Raya terus menangis di pelukan orang ia panggil nenek. Ia tidak kuat melihat orang tuanya yang kini sedang di kubur bersamaan di liang lahat. Tangisannya sudah sangat lemah, karena tubuhnya sudah kelelahan dan tidak punya tenaga lagi untuk menangis. Rani terus menenangkan Raya yang ada di pelukannya.
Kata Rani, Raya harus bisa mengikhlaskan kepergian orangtuanya agar mereka bisa tenang di alam sana. Meski itu begitu tangis Raya tak kunjung reda.
Setelah pemakaman selesai, orang yang datang pun satu persatu mulai meninggalkan tempat itu termasuk teman-teman Raya yang datang untuk menyemangati Raya. Hinga yang tersisa disana tinggal Raya, Aaron, dan Rani.
Setelah beberapa saat mereka bertiga juga ikut meninggalkan tempat itu. Aaron menuntun Raya untuk kembali ke dalam mobil. Raya yang sudah lemas, hanya bisa pasrah mengikuti. Aaron membuka pintu mobil dan membantu Raya masuk ke dalam, setelah itu ia pun juga masuk untuk mengendarai mobil tersebut.
Sebelum Aaron akan mengemudi Raya menunjukan sebuah surat kepada Aaron.
Ia pun melihat ke arah Raya dan merasa kasihan. Gadis itu terlihat kacau, mukanya memerah, mata sembab, dan napasnya tersengal-sengal karena banyak menangis.
Aaron pun menerima Surat itu "apa ini Raya?" tanya Aaron.
"Sebelum ayah sama ibu pergi, ayah ngasih surat ini ke Raya, tapi Raya lupa buat ngasih ke paman. Mungkin karena surat ini ayah sama ibu harus ninggalin Raya selamanya," ucap Raya pada Aaron, Raya kembali menangis setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
Aaron menarik tubuh Raya ke pelukan nya untuk menenangkan Raya. Aaron memeluk Raya dengan sebelah tangannya sedangkan tangannya yang satu lagi membaca surat yang diberikan oleh Raya.
Kata demi kata ia baca dari surat itu dan semakin ia membaca isinya semakin ia merasakan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.