NovelToon NovelToon
The Mystery Of Life: MAGICAL TREE

The Mystery Of Life: MAGICAL TREE

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Fantasi Wanita
Popularitas:430
Nilai: 5
Nama Author: Carmellia Amoreia

Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.

Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.

Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.

Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 23 - THE LOSS OF PRECIOUS THING

Pada keesokan harinya, di hari Jumat tanggal 18 Mei 20xx pada jam 8.00 pagi.

Di sebuah taman yang berada di dekat rumahku, terlihat suasana di sana yang sedang sepi dan hanya terdapat beberapa orang dewasa yang berolah raga sehat dan jalan pagi serta beberapa juga membawa kakek dan nenek mereka.

Cuaca di pagi itu sangat sejuk, langit sedikit mendung karena langit kali ini diselimuti oleh awan yang mayoritas berwarna abu-abu muda sampai abu-abu gelap. Angin di sini juga bertiup lebih kencang daripada sebelumnya yang membuat semua orang di sini terasa adem.

Di pagi itu, aku sedang duduk di sebuah kursi kayu yang berhadapan dengan sebuah pohon cemara besar itu sambil melanjutkan pengerjaan penerjemahan buku pelajaran bahasa Inggris itu.

Terlihat pohon cemara besar itu sudah mengubah warna daunnya, yang sebelumnya berwarna hijau sekarang menjadi warna jingga kekuningan dan hal ini membuat pemandangan taman menjadi lebih indah.

Tak lama kemudian, tiba-tiba ponselku berdering. Aku pun mengangkat panggilan telepon yang masuk ke ponselku itu tanpa melihat nama kontak atas siapa yang menghubungiku terlebih dahulu.

“Halo” panggilku.

Meirilyn pun menjawabku dengan perasaan sedih dan nada bicaranya yang pelan itu.

“Halo Nai, kayaknya aku gak bisa kasih tahu Emmerio deh soalnya takut kalau dia nanti sakit hati”

Tanpa mengetahui nama kontak yang menghubungi, saat ini aku sudah tahu jika Meirilyn lah yang menghubungiku karena nada bicaranya yang khas itu, aku pun langsung menjawabnya kembali, “Lah jadi bagaimana?”

“Aku sama Ghaleo di minggu kemarin udah pesan tiket ke Australia, nanti di sana kita akan nikah secara tertutup” jawab Meirilyn dengan perasaan ikhlas.

Aku pun bertanya kembali kepadanya hanya untuk basa basi saja, “Kapan kalian akan berangkat?”

Meirilyn pun tersenyum sedikit karena habis membayangkan hal indah yang akan ia dengan Ghaleo lakukan di Australia nanti, lalu ia pun langsung kembali menjawab dengan nada bicara yang ceria dan senang.

“Nanti di jam 10 pagi Nai, habis ini kami akan tinggal di Australia” jawab Meirilyn.

“Owalah, hati-hati ya nanti, semoga lancar dan sukses selalu” kataku kepadanya dengan senang.

Meirilyn pun langsung berkata dengan nada yang ceria, “Terima kasih Nai, aku matiin teleponnya dulu ya. Dadah”

“Dadah” jawabku dengan tersenyum.

Setelah itu, panggilan teleponnya pun dimatikan oleh Meirilyn dan aku kembali meletakkan ponselku di atas kursi di sana lalu melanjutkan pekerjaanku itu.

Tiba-tiba terdengar suara bisikan yang familiar dan pernah kudengar juga sebelumnya, berbisik dengan jelas ke telingaku.

“Hiduplah dengan bahagia hari ini dan sampai selanjutnya, kamu akan bertemu denganku dua tahun lagi”

Lalu setelah aku mendengar suara tersebut, tiba-tiba air mataku menetes begitu saja mengalir keluar dari kedua mataku ini dan aku juga merasa sangat sedih tanpa adanya alasan, serta aku juga merasa seperti aku telah mendengar suara ini sebelumnya dan ini bukanlah pertama kali aku mendengar suara ini.

"Leo...." panggilku sambil menatap dengan dalam pohon cemara itu dengan nada suara yang pelan tanpa kusadari itu.

Setelah itu suara tersebut menghilang kembali, aku pun menengok ke arah kiri dan kanan untuk melihat siapa yang tadinya sedang berbisik itu namun tidak terlihat adanya orang sama sekali.

Aku pun kembali menyadari jika sebelumnya aku seperti sedang memanggil seseorang, lalu aku pun berkata kepada diriku sendiri sambil tersenyum lebar.

"Ahh sudahlah mungkin aku sedang halu tadi haha" kataku sambil tertawa kecil kepada diri sendiri.

Tak lama setelah aku berkata seperti itu kepada diriku sendiri, tiba-tiba aku merasa seseorang sedang memerhatikanku dari jauh.

Lalu aku menoleh ke arah kiriku dan di sana terlihat seorang ibu-ibu yang sedang menggendong anak bayinya yang kira-kira berusia 1 tahun itu menatapku keheranan seperti bertanya-tanya, ada apa denganku sampai aku berbicara sendirian di sini.

Selain itu aku juga melihat beberapa bapak-bapak yang sedang duduk di kursi taman yang berada tak jauh dari ibu-ibu itu juga menatapku dengan kebingungan sambil berbicara pada temannya dan menunjuk ke arahku lalu lanjut mengobrol dengan temannya itu.

Oh Tuhan, memangnya suaraku sekencang itu kah? Perasaan suaraku sudah terlalu pelan untuk bisa didengar oleh orang lain yang jaraknya 10 langkah dariku.

Aku pun langsung menatap pohon cemara besar yang ada di depanku itu lalu bertanya-tanya dalam hati, dari manakah suara bisikan ini? Dan apa yang diinginkannya? Kenapa suaranya seperti pernah kudengar dulu?

Tanpa berpikir lama lagi, akhirnya aku pun memutuskan untuk membawa semua barangku di sana dan berjalan pulang ke rumah lalu lanjut mengerjakan pekerjaanku itu di rumah saja.

...***...

Pada jam 9.30 pagi saat di dalam sebuah bandara yang terlihat sibuk itu, terlihat Meirilyn yang mengenakan gaun sepanjang lutut yang berwarna hijau tosca itu dengan hiasan beberapa berlian di bagian leher gaun itu dan beberapa renda yang menjuntai ke bawah dari pinggang gaun serta menggunakan sepatu hak yang tidak terlalu tinggi berwarna coklat susu sedang menarik kopernya yang berwarna abu-abu itu menuju ruang tunggu yang terletak tidak jauh dari sana.

Di sana juga terlihat beberapa turis yang baru saja sampai dari negara asal mereka atau beberapa mungkin ada yang baru ingin berangkat dari sini. Setelah beberapa menit berjalan dan mencari tempat tunggu, tiba-tiba Meirilyn menemukan sebuah ruang tunggu yang kursi di sana masih banyak yang kosong.

Ia pun berjalan menuju sebuah kursi yang berada di dekat dengan jendela yang langsung mengarah ke arah lapangan tempat penerbangan pesawat itu. Namun sebelum ia sempat duduk di sana, ia melihat adanya seorang pria dengan mengenakan jaket hijau tua yang menutupi seluruh tubuhnya dan celana panjang hitam dengan menggunakan sepasang sepatu sneakers berwarna abu-abu gelap sedang membaca sebuah majalah dengan mengenakan kacamata hitamnya itu.

Meirilyn yang langsung mengenalinya itu pun langsung mengambil dengan cepat majalah yang sedang dibacanya lalu menatapnya dengan tajam.

Pria yang sedang duduk di sana pun langsung menoleh ke arah wanita yang sedang mengambil majalahnya itu dengan tidak sopan lalu berkata, “Hei nona, kamu tidak boleh mengambil majalah orang sembarangan”

Meirilyn yang sudah muak dengan sifatnya itu pun langsung melepaskan kacamata hitamnya itu dengan raut wajah yang kesal namun dengan kecepatan yang lebih pelan menggunakan tangan kanannya itu.

“Sudahlah Ghaleo, gak usah pura-pura gak tahu lagi” jawab Meirilyn dengan nada yang terdengar sedang kesal sambil menunduk.

“Kenapa kamu menunduk? Sekarang lihat wajahku!!” teriak pria itu kepada Meirilyn.

Meirilyn pun menatap ke arah sumber suara dengan perasaan yang kesal dan ingin menamparnya namun sebelum ia dapat melakukannya, pria itu langsung melayangkan tangan kanannya dan menamparnya terlebih dahulu.

“Kamu ke sini dengan membawa koper maksudnya apa hah? Kamu akan meninggalkanku sendiri di sini begitu kah! Sekarang jawab aku, kamu pergi dengan siapa?” Tanya pria itu dengan nada bicara yang sangat kesal dan penuh dengan amarah serta sedikit berteriak di ujung kalimat.

Meirilyn yang langsung menyadari jika pria itu sebenarnya adalah calon suaminya sendiri yaitu Emmerio pun merasa sangat kaget dan langsung menatap ke wajah Emmerio itu dengan raut muka yang sangat tidak percaya dengan apa yang sekarang dilihatnya itu.

Tatapan wajahnya Emmerio yang terlihat sangat marah serta beberapa tetes air mata yang mengalir keluar dari matanya itu yang sebentar lagi akan membasahi kedua pipinya itu pun berteriak kembali kepadanya, “Jawab aku dengan cepat Mei!! Gak usah kamu lihat wajahku begitu, sudah muak aku menahan sikapmu ini dari dulu”

Suara teriakannya yang terdengar sangat kencang itu pun akhirnya membuat beberapa orang di sana berhenti sejenak dari melakukan aktivitasnya dan memerhatikan serta melihat apa yang sedang terjadi di sini, bahkan beberapa orang lainnya ada yang rela berjalan mendekati kami untuk bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Lalu tanpa menunggu lama, Meirilyn pun menjawabnya dengan nada suara yang pelan, “Iya aku akan pergi ke Australia dan tinggal di sana bersama Ghaleo lalu aku tidak akan balik lagi ke sini”

“Apa yang barusan kau bilang? Tidak akan balik lagi?” tanya Emmerio dengan nada bicara yang sangat kecewa itu namun juga terasa menegangkan karena suaranya terdengar sangat marah.

Saat Emmerio sedang melayangkan tangan kanannya dan ingin menamparnya kembali, tiba-tiba seorang pria datang menghalanginya dengan menahan tangan kanan Emmerio itu dengan kuat lalu menatap wajah Emmerio dengan tajam. Setelah itu, Emmerio yang menatap wajah pria itu pun langsung menurunkan dan melepaskan tangan kanannya itu.

1
Sinho
sedikit saran, tolong dikurangi kata 'itu' terlalu banyak dan aneh, semangat kak
Alpha Betha
Lanjutkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!