"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Selamat pagi," sapa Ayara pada teman-temannya.
"Pagi juga, kenapa kamu terlihat lemas begitu? Apa ada masalah?" tanya Kurnia.
"Nggak ada apa-apa."
"Nggak mungkin nggak ada apa-apa. Kamu kelihatan sedih begitu, ada apa sih?"
"Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan Vartan."
"Aneh? Aneh kenapa?" tanya Vidya.
"Aku merasa dia selalu saja menghindariku sejak pulang dari rumah sakit. Apalagi semalam, kamu lihat sendiri dia sama sekali tidak bicara denganku. Malah dia pergi begitu saja." Ayara membuang napas dan menundukkan kepalanya.
"Dia bilang 'kan ada urusan dengan temannya. Mungkin memang benar dia ada urusan penting dengan temannya."
"Teman yang mana? Selama ini kita tahu teman Vartan cuman tiga orang itu. Kita tidak pernah melihat Vartan dekat dengan siapa pun. Kalau nongkrong di luar juga dengan mereka temannya bertiga itu 'kan? Mereka berempat ke mana-mana selalu bersama, tidak pernah ada orang lain."
"Iya, juga ya," sahut Vidya sambil berpikir, kemudian bertanya, "Kenapa nggak kamu tanyakan langsung saja pada orangnya?"
"Aku takut," jawab Ayara dengan suara pelan, nyaris berbisik.
"Takut kenapa?"
"Takut mendapatkan jawaban yang malah akan menyakiti hatiku."
"Yaelah ... kamu ini. Ayo, ikut aku!" ajak Kurnia sambil menarik tangan Ayara.
"Kamu mau mengajak aku ke mana?"
"Sudah, ikut saja."
Ketiganya pun pergi ke tempat di mana biasanya Vartan dan teman-temannya berkumpul, yaitu di taman yang ada di samping kantin. Biasanya mereka duduk di sana sambil memesan makanan.
"Wah? Kenapa nih cewek-cewek cantik datangin kita pagi-pagi gini. Tidak biasanya kalian nyamperin kita di sini, kangen ya sama abang ganteng?" goda Harya sambil mengedipkan satu matanya.
Kurnia memutar bola matanya malas. Harya memang selalu seperti itu setiap ketemu siapa pun. Suka sekali menggoda para gadis. Memang sudah biasa, tetapi tetap saja Kurnia merasa kesal.
"Vartan ke mana? Kenapa hanya kalian bertiga?" tanya Kurnia tanpa meladeni ucapan Harya.
"Dia belum datang. Ada apa sih?"
"Nggak ada apa-apa," sela Ayara sambil memberi kode Kurnia agar tidak berkata apa pun. Namun, temannya itu tidak mau mendengar dan bertanya pada ketiga pria itu.
"Apa kalian merasa ada sesuatu yang aneh dengan Vartan?"
"Sesuatu yang aneh? Ada apa? Aku sih merasa biasa saja."
"Ayara merasa kalau Vartan sengaja menjauhinya. Semalam dia juga main pergi begitu saja ninggalin kita semua padahal Tante Minarti mengadakan acara itu untuk dia. Dia juga bilang mau ketemu temannya, memang dia punya teman lain selain kalian?"
"Nah, itu juga yang membuat kami bingung. Selama ini dia tidak memiliki teman selain kami. Kalau ke mana-mana juga ngajakin kami terus."
"Nah, itu! Aku merasa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan Vartan, tapi apa?"
Mereka semua terdiam, memikirkan kira-kira apa yang membuat Vartan berubah. Tamaz yang sejak tadi diam pun juga ikut berpikir. Selama ini dirinya yang paling dekat dengan Vartan dibanding yang lain, tetapi dia juga tidak tahu jika Vartan memiliki teman lain di luar sana.
Di tengah kebingungan mereka, yang dibicarakan akhirnya datang juga. Vartan langsung duduk begitu saja di samping Asif dan meminum minuman temannya itu.
"Lo datang-datang langsung minum minuman orang. Pesan sendiri sana," sentak Asif.
"Gue haus. Lo aja yang pesan sana!"
"Lo mah kebiasaan seperti itu padahal tinggal pesan saja, tapi malasnya minta ampun."
"Sudah, pesan sana! Jangan ngoceh mulu. Eh, ngomong-ngomong kalian semua ngapain kumpul di sini? Apa kalian mau ngadain arisan?"
"Arisan kepala lo! Kita semua lagi ngomongin lo. Kita-kita ngerasa kalau ada sesuatu yang berbeda sama lo semenjak pulang dari hutan."
"Berbeda! Berbeda apanya? Gue merasa biasa aja dari kemarin, nggak ada yang berubah. Tangan gue masih dua, kaki juga. Kepala satu, emang apa yang berubah?"
Harya memukul kepala Vartan dengan buku yang ada di depannya yang ternyata milik Tamaz. Meski tidak keras tetap saja membuat Vartan mengadu kesakitan. Namun, Harya sama sekali tidak peduli dan tidak merasa bersalah karena terlanjur kesal dengan temannya itu.
"Maksud kita-kita itu bukan itu. Lo itu sekarang terlihat aneh, kadang suka diam dan melamun. Lo juga ngehindarin Ayara, kan? Memang dia salah apa, sampai kamu jauhin dia?"
Vartan pun beralih menatap Ayara. Dia pikir gadis itu tidak sadar dengan apa yang dirinya lakukan, ternyata Ayara lebih peka dari yang dia kira.
"Itu perasaan kalian saja, gue merasa biasa-biasa saja. Kalau masalah melamun dan suka diam, memangnya gue nggak boleh diam dan melamun memikirkan masa depan gue?"
"Tapi melamun lo itu beda."
"Ah! Sama saja. Sudahlah, ayo kita ke kelas! Sebentar lagi ini kelas akan dimulai. Kalian mau tetap di sini terus dan ketinggalan? Nanti kita nggak boleh masuk lagi."
Vartan berdiri dan berlalu dari sana lebih dulu, yang lain pun mengikutinya. Kini hanya tinggal Ayara dan kedua teman perempuannya.
"Kalian lihat sendiri 'kan? Vartan memang sengaja menghindariku padahal aku merasa tidak melakukan kesalahan apa pun," ucap Ayara sendu.
"Mungkin karena Vartan sedang ada masalah sekarang. Sebagai temannya kita harus mengerti keadaannya. Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Semoga saja nanti dia bisa kembali seperti sebelumnya," ucap Kurnia yang berusaha menenangkan sahabatnya.
"Iya, Ayara. Sudah jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita ke kelas!" ajak Vidya.
Ayara mengangguk, mereka bertiga pun berjalan menuju ke kelas.
Sementara itu, Vartan lagi-lagi melamun di dalam kelas. Dia memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Ayara. Apakah dirinya masih bisa menjalin hubungan dengan gadis itu yang seorang manusia normal, sementara dirinya sudah berbeda bangsa.
Dia tidak mau hidup Ayara susah jika mereka tetap menjalin hubungan. Vartan memang akan berusaha untuk kembali menjadi manusia normal dan dia berharap suatu hari nanti bisa menemukan caranya. Untuk saat ini memang lebih baik dirinya menjauhi Ayara lebih dulu. Biarlah gadis itu berbahagia dengan caranya sendiri tanpa ada dirinya di sampingnya.
"Vartan, lo ditanya dosen tuh," ucap Asif sambil berbisik.
Vartan terbengong dan melihat sekitar. Dia baru sadar jika saat ini masih berada di dalam kelas. Kini pandangan semua orang tertuju padanya. Vartan yakin dosen tadi sudah bertanya padanya dan dia sama sekali tidak bisa menjawab karena memang tidak tahu apa pertanyaannya.
"Jawab, Vartan!"
"Iya, Pak. Boleh diulang pertanyaannya? Maaf tadi saya tidak dengar."
Dosen itu menggeleng dan berkata, "Ini nih, mahasiswa suka seenaknya. Sudah tahu kelas sudah dimulai sejak tadi malah malamun terus. Mau jadi apa negara ini kalau isinya pemuda seperti ini?" ucap dosen tersebut yang membuat Vartan mendapat sorakan teman-temannya.
"Maaf, Pak."