NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 06 — Mr. Arrogant

"Apa yang kau lakukan?! Jangan meletakkannya di sana! Apa kau tuli?" maki Faza pada pembantu rumah tangganya yang salah meletakkan guci. Bukan hal besar sebenarnya, bahkan ia tak terlalu peduli dengan detail-detail kecil di rumahnya.

Namun sejak pagi, mood-nya memang sedang terjun ke titik terendah saat mengingat penolakan Ashana terhadap dirinya. Hal itu, membuat Faza berpikir tentang apakah kekayaan yang ia miliki sekarang masih tak cukup memikat Ashana?

Apa yang salah dari permintaannya? Mengapa Ashana masih saja bersikap angkuh? Mengapa perempuan itu seolah tidak ingin bertemu dengannya? Dan berbagai pertanyaan lain yang membuat Faza merasa kesal ketika memikirkannya.

Faza masih terus memerintah, membentak pembantu rumah tangga yang menurutnya bekerja tak becus. Ia butuh pelampiasan lain. Dan sialnya, ia tak tahu pelampiasan yang lebih efektif selain kehadiran Ashana.

Tepat saat ia ingin menendang sebuah guci, salah seorang pelayan mendatanginya dengan sedikit takut. "Pak, ada seorang tamu, katanya ingin bertemu dengan Anda. Sekarang beliau masih menunggu di ruang tamu."

"Siapa? Jika orang tak penting, suruh dia datang lain kali saja, aku sedang tidak ingin bertemu dengan orang lain!" katanya tanpa menoleh. Amarahnya masih meledak-ledak ingin dilepaskan.

"Tapi, Pak, beliau bilang ini sangat mendesak dan beliau juga mengatakan bahwa Anda harus menemuinya," katanya lagi dengan kepala tertunduk.

Faza berdecak sebal. "Ck! Siapa?"

"Ibu Ashana, Pak."

"Kenapa tidak bilang dari tadi?! Katakan padanya aku akan menemuinya lima belas menit lagi," pinta Faza sambil berjalan cukup tergesa ke kamarnya. Senyum tipis tersungging di bibirnya, ia menjadi tak sabar saat membayangkan Ashana akan menjadi miliknya sekali lagi. Saatnya sudah hampir tiba, ia pasti akan membalas semua dendamnya atas pengkhianatan perempuan kejam itu.

Lima belas menit yang cukup panjang bagi Ashana, ia menatap tangannya yang gemetar dan dingin. Ia sangat gugup, bisakah ia menghadapi Faza sekarang? Bisakah ia meyakinkan pria itu seperti yang dilakukannya tujuh tahun lalu?

Hatinya berdebar-debar, bukan karena jatuh cinta tapi karena gugup yang melanda. Meski tujuh tahun sudah berlalu, kehadiran Faza — aroma tubuh, suara, pesona, gerakan tubuh dan semua hal tentang pria itu, masih memberikan efek yang sama terhadap Ashana. Segala yang ada dalam diri pria itu seakan berhasil menyalakan api asmara yang sempat ia padamkan dengan sengaja.

"Akhirnya kau datang, Ashana." Faza, dengan segala keangkuhannya, tersenyum saat Ashana menatapnya. Kemudian, ia duduk tepat di hadapan Ashana. Menatap lekat-lekat setiap inci wajah dan merekamnya dengan baik.

"Ada perlu apa kau datang ke mari?" tanya Faza. Satu tangannya terulur mengambil cangkir kopi yang tersedia, menyesapnya sedikit dengan penuh rasa. Tapi bukannya kenikmatan yang ia rasa, melainkan getir saat matanya tak sengaja melihat Ashana memalingkan wajah darinya.

"Katakan, ada perlu apa?" tanyanya dengan lebih lembut. "Kau tidak mungkin datang karena hanya ingin menemuiku, kan?"

Ashana berusaha menguatkan dirinya, menarik nafas dalam lalu beralih menatap Faza yang kini memandangnya dengan tatapan meremehkan. "Kau yang paling tahu dengan jelas apa tujuanku datang ke sini."

"Ah, sayangnya aku agak pelupa akhir-akhir ini," ejeknya membuat Ashana semakin geram.

"Tentang kesepakatan itu, apakah masih berlaku?" tanya Ashana kemudian sambil menahan geram. Ia bersumpah akan meninju wajah pria di hadapannya jika Faza masih memasang wajah menyebalkannya itu.

Faza memiringkan kepalanya ke samping, "Kesepakatan yang mana ya? Maaf, aku tidak mengingatnya." Sepertinya, mempermainkan dan membuat Ashana kesal adalah hobi baru baginya.

Rahang Ashana terkatup dengan rapat dan ia berkata, "Kesepakatan tentang kau yang akan menanamkan modal di perusahaan ayahku jika aku menjadi istrimu, kau puas?"

"Ah!" Faza sengaja berseru seolah ia baru mengingat hal tersebut. "Maksudmu penawaran yang itu."

Faza bangkit dari posisinya berjalan ke arah jendela dan memandangi halaman rumahnya yang tak lebih menarik dari wajah Ashana. Sedangkan perempuan itu, masih terdiam di tempatnya, enggan mendongakkan kepala atau sebatas melirik keberadaan Faza sekarang.

Namun, sunyi yang menari di antara mereka, seolah membawa Ashana untuk menatap Faza, menatap jauh ke dalam manik mata pria itu. Sulit bagi Ashana untuk mengartikan tatapan Faza padanya sebagai tatap memuja atau penuh benci membara. Yang jelas, Ashana tak dapat lagi leluasa untuk menatapnya lebih lama dan memutus kontak mata mereka.

Sepertinya, Faza sudah merasa puas dengan mengulur waktu perempuan itu. Ia kembali duduk di sofa, mengambil cangkir kopi yang hampir dingin dan menawarkannya pada Ashana. "Jika kau berubah pikiran, tentu saja penawaran itu masih berlaku."

Untuk sesaat, mata mereka masih terkunci satu sama lain sampai akhirnya Ashana yang lebih dulu memalingkan wajah. Ia menatap cangkir kopinya tanpa minat. Tak ada kesempatan untuk menarik ulang keputusan yang telah dibuat, pikirnya.

"Kau bersungguh-sungguh, kan? Maksudku, aku tidak mau menerima drama lain, misalnya, kau tiba-tiba memilih pergi dari pernikahan, seperti tujuh tahun lalu," sindir Faza, membuat Ashana langsung tertohok.

Apa maksudnya? Apakah dia menyalahkanku atas insiden tujuh tahun lalu?

Dengan susah payah Ashana menelan ludah, berusaha mempertahankan bungkamnya, namun, tatapan penasaran yang Faza tunjukkan seakan memintanya bicara. Ashana menghela nafas panjang, lidahnya terasa kelu tapi ia harus segera mengakhiri pembicaraan ini secepat mungkin.

"Ya, kau bisa memegang kata-kataku," jawab Ashana pada akhirnya. "Aku tidak pernah mengingkari janji ataupun ucapanku," lanjutnya lagi.

Faza tersenyum puas. "Baiklah kalau begitu, aku akan meminta seorang supir untuk mengantarmu pulang," katanya lalu beralih memanggil seseorang.

"Apa maksudmu?" Ashana menoleh begitu mendengar ucapan Faza. "Bukankah kita seharusnya membicarakan tentang perusahaan ayahku sebelum kau memutuskan untuk menikahiku?" tanya Ashana tak dapat menghilangkan keterkejutannya.

Faza berbalik dan menjawab, "Oh, kau tidak perlu mengurusi hal itu, aku akan mengurusnya langsung dengan Bartha. Lagipula, kau pasti tidak akan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan legalitas perusahaan."

"Jadi, menurutmu aku tidak terlalu pintar untuk mengurusi dan mengetahui tentang transaksi dan investasi itu?" tanya Ashana dengan berang.

Faza berdecak kecil dan mendekati Ashana, "Tidak, bukan itu maksudku. Aku tahu kau seorang wanita yang cerdas dan juga cantik. Tapi percayalah padaku, business is never your thing."

"Ya! Dan kau sangat andal dalam hal ini, begitu?"

"Oh, Ashana, mengapa kau selalu ingin setara dalam hal apapun? Sudah cukup! Biarkan aku mengurus semua hal ini, sedangkan kau," kata Faza sambil menunjuk Ashana dengan genit.

"Kau sebaiknya bersiap untuk pernikahan kita. Besok, Ashana, aku akan menikahimu besok. Di saat itu, aku ingin melihatmu mengenakan gaun pengantin yang cantik. Pulanglah dan biarkan aku mengurus semuanya, oke?"

Ashana mendecih, kesabarannya mulai menipis. Tapi pria itu benar soal Ashana yang tak akan berpikir tentang bisnis. Ia lebih suka menjadi dokter dan mengobati orang.

"Tidurlah yang nyenyak, aku akan mengatur semuanya untukmu. Hanya untukmu."

"Aku akan pulang sekarang," kata Ashana lalu meraih tas tangannya.

"Tunggu! Supirku akan mengantarmu pulang."

Ashana menggeleng, "Tidak perlu! Aku bawa mobilku sendiri." Setelah mengatakannya, Ashana berjalan ke luar dengan hentakan kaki yang besar.

Aku tak sabar menantikannya, Ashana.

Faza tersenyum senang, matanya masih menatap punggung Ashana yang perlahan menjauh.

1
〈⎳ Moms TZ
lagian dirimu gak ada perjuangannya, wanita itu penginnya didengerin dan dimengerti lah dirimu bablas membiarkan Ashana sendirian,
selamat berjuang bro
〈⎳ Moms TZ
mamamlah itu rindu, udah salah tp mlh gak berusaha dengan keras, perempuan walau mulutnya bilang pergi tp hatinya bilang jangan
〈⎳ Moms TZ
sukurin, lagian sih, udah punya istri masih pelukan sama wanita lain yg jelas² suka sama dia. sedangkan dia aja cemburu sm abimanyu
〈⎳Mama Mia
😤😤😤😤😤😤
〈⎳Mama Mia
wahh, ada jantunya gitu/Chuckle/
EsTehPanas SENJA TEARS👑
ayo dong.... masa gara2 betina gatel kamu nyerah? ultimatum faza supaya jaga jarak sama betina gatel itu ..!
EsTehPanas SENJA TEARS👑
ini ga tau malu yah betina ini... ish gatel memang 😶😶😶
EsTehPanas SENJA TEARS👑
ngapain urusin Indira...kamu udah punya isteri za.... agak jaga jaraklah sama indira gatel itu 😐😶
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bersabarlah kalian berdua 😌
〈⎳ Moms TZ
haah, angker?
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Luka hati yg baru akan sembuh ternyata ditambahi lagi yg lebih banyak, semoga kau kuat Ahsana dan segera bisa baikan lagi dengan Faza, bersama kembali menghadapi ujian hidup kalian
〈⎳ Moms TZ
oooalaahh, ada Albert juga ternyata to, kirain gak ada
〈⎳ Moms TZ: oalaaah, kurang fokus, ibu terlalu fokus sm Ashana jd yg terlupakan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ maaf
HK: Kan Albert yg jemput Faza di rumah bininya, Bu /Blush/
total 2 replies
〈⎳ Moms TZ
Fasa yg datang kenapa Albert yg masuk ke dalam rumah?
〈⎳ Moms TZ
lagian udah punya suami masih mengharap suami orang
〈⎳ Moms TZ: nah itu, gak sadar diri.
HK: Dia pasti langsung tantrum /Facepalm/
total 4 replies
〈⎳ Moms TZ
sat????
〈⎳Mama Mia
gantung teruuuussss, Sampek dadi kripik
HK: kripik gantung? 🫣
total 1 replies
〈⎳Mama Mia
lhaahh, ngapain masih nunggu bojone uwong
〈⎳Mama Mia: kaya apa nih /Chuckle//Chuckle/
HK: ben cepet kaya Mak /Proud/


kaya annu 🤣🤣🤣
total 4 replies
〈⎳Mama Mia
beneran udhin ternyata/Grin//Grin/
〈⎳ Moms TZ: oalaahhh, habis udin pake dh jadi ku pikir nama orang
〈⎳Mama Mia: udhin, artinya sudah, mbk
total 6 replies
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenapa kamu tidak nginep saja sih Faza istri lagi ngambek juga, kan bisa tidur di kamar tamu atau ruang keluarga dulu, kalo tidak bisa tidur sekamar
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kamu harus tegas Faza👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!