NovelToon NovelToon
UN PERFECT PLAN

UN PERFECT PLAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Keluarga / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 6

Zaki tak henti-hentinya tersenyum sambil sesekali melihat ke arah Arya, dan itu jelas membuat Arya kesal.

"Lo kenapa sih?! Senyam-senyum gak jelas dari tadi", Arya jengah melihat sikap Zaki.

Zaki mendekat ke Arya, khawatir Tiara yang berjalan di belakang mereka mendengar ucapannya.

"Gue cuma gak nyangka, ternyata lo juga bisa cemburu bro", bisiknya masih dengan senyum usilnya.

"Apa an sih lo, rese banget. Ngarang aja bisaan lo"

Zaki malah terkekeh nyaring.

Sampai di warung, Arya dan Zaki kemudian memesan makanan sementara Tiara langsung duduk.

"Ra, kamu mau makan apa?"

"Gak ah Mas, makasih. Aku kan tadi sudah makan. Sudah kenyang banget. Mas Arya sama Mas Zaki aja"

"Kalau gitu, minum aja gimana?"

"Gak usah Mas, nanti malah begah kebanyakan minum"

"Ya sudah kalau gitu", Arya kembali ke tempat menu.

Apa cuma perasaan Tiara saja kalau Arya sepertinya kecewa karena dia tak mau makan atau minum. Tiara jadi tak enak.

"Ehm.. Mas Arya. Kalau boleh Tiara minta peyek aja ya?"

Arya menoleh dan tersenyum cerah.

"Mau peyek? Oke", sahutnya lalu mengambil lima bungkus peyek dan membawanya ke meja.

Zaki yang sudah selesai mengambil makanannya melongo melihat peyek di meja mereka.

"Banyak banget, minta sebungkus ya buat temen makan"

Zaki mengambil sebungkus peyek di depannya. Tapi peyek itu langsung terlepas karena tangannya dipukul oleh Arya.

"Heh, apa an sih lo main minta-minta aja. Ambil sendiri sana"

"Ini aja gak papa mas. Banyak juga kok. Aku juga gak bisa ngabisin semua", Tiara hendak menyerahkan sebungkus peyek kepada Zaki.

"Gak usah, biar Zaki ambil sendiri aja. Kalau gak habis, bawa ke kantor buat ngemil di sana", sahut Arya seraya duduk dan mulai makan.

Zaki melengos, dia kemudian berdiri dan mengambil sendiri peyek di dekat tempat makanan.

"Habis makan aja ya kita ngomongnya"

Arya kemudian menyendok isi piringnya.

Tiara pun menunggu mereka selesai makan sambil mengunyah peyek. Tiba-tiba dia tersedak, spontan Arya menyerahkan es jeruknya untuk diminum Tiara.

Zaki melengos melihat kelakuan Arya.

"Kalau tahu bakalan jadi obat nyamuk, mending tadi gue gak usah ikut"

"Maksud lo apa? Kan lebih baik bertiga daripada cuma berdua. Ntar yang ketiganya setan"

"Iya.. gue kan sekarang yang jadi setannya?", protes Zaki kesal.

Arya dan Tiara tak sanggup menahan tawanya.

Setelah Arya menghabiskan isi piringnya, Tiara sedikit kaget karena Arya tanpa sungkan menghabiskan sisa es jeruk yang setengahnya sudah dia minum. Untungnya dia memakai cadar, kalau tidak wajahnya yang bersemu merah akan nampak jelas terlihat.

"Gini Ra, rencananya habis nikah kita tinggalnya di apartemen aja. Kalau tinggal sama Bunda atau Mbak Intan, takutnya nanti motif kita ketahuan"

"Kita.. tinggalnya berdua aja mas?", Tiara nampak ragu-ragu.

"Ya iya lah Ra.. masa gue musti ikutan pindah sama lo berdua?", timpal Zaki terkekeh.

"Lo tenang aja Ra. Arya orangnya baik kok, gak bakalan nyusahin lo. Paling juga bakal gangguin lo tiap malam. Ya gak Ar?"

Arya melotot kesal ke arah Zaki, sementara Tiara menunduk sambil menggenggam kedua tangannya.

"Eh, tu mulut pengen di lakban? Diam aja bisa gak?"

"Gak bisa. Kapan lagi gue bisa usil sama lo berdua kalo gak sekarang. Kalau udah nikah, ntar gak seru lagi"

"Segitu aja Mas? Kalau sudah, aku balik ke kantor dulu mau ngejar Mas Hanif, takutnya keburu pergi", Tiara kemudian berdiri karena sudah mulai gerah dengan ledekan Zaki.

"Nanti dulu, kita barengan ke sana. Aku bayar dulu", Arya ikut berdiri dan menuju kasir.

"Gue belom selesai nih bro. Tunggu bentar lagi ya?!"

"Lo habisin aja makan lo. Gue sama Tiara biar duluan ke kantor", sahut Arya, kemudian meminta kresek untuk membawa sisa peyek Tiara.

"Ya ampun.. beneran dibawa tu peyek", Zaki hanya bisa berucap lirih.

**********

"Cuti satu minggu? Kok lama Ar?", tanya Hanif pada Arya yang masuk ke ruangan itu tanpa Tiara. Dia perlu ke toilet dulu sebelum menghadap Hanif.

"Gue mau nikah Nif, Insya Allah awal bulan depan"

"Nikah? Sama siapa?", Hanif penasaran karena setahunya lelaki di hadapannya ini tak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita.

"Tiara"

Hanif tersentak.

"Tiara? Maksudnya, Tiara di kantor kita?", Hanif terlihat kaget.

"Ya iyalah, yang mana lagi?", sahut Arya santai.

"Kok, tiba-tiba Ar. Setahuku kalian gak terlalu dekat. Maksudku gak ada hubungan khusus kan?"

"Ya.. gitu deh. Kemarin kan gue sama Zaki nyariin calon suami buat Tiara. Dia mau nikah tapi gak punya calon. Karena gak ada yang available, akhirnya gue deh yang jadi calonnya"

"Ja..jadi yang kemarin dulu kamu sama Zaki nanya ke aku itu maksudnya buat Tiara?", entah mengapa wajah Hanif terlihat menjadi pias.

"Iya. Tapi sayang lo sudah punya calon terus sudah mau nikah kan, jadinya dicoret dari daftar. Padahal lo direkomendasi langsung sama Tiara loh, tapi ya.. mau gimana lagi"

"Kenapa kamu gak ngomong sih kalau itu buat Tiara. Kalau aku tahu, aku pasti bakal terima"

Arya jadi bingung dibuatnya.

"Maksud lo apa Nif? Bukannya lo sudah punya calon isteri, gimana ceritanya lo mau terima Tiara juga"

"Aku.. sudah lama suka sama Tiara. Tapi karena takut ditolak, jadinya aku gak pernah ngelamar dia. Sampai akhirnya aku dijodohin sama anak teman ayahku"

"Terus lo maunya gimana? Lo udah mau nikah Nif, ngapain ngungkit yang udah lewat sih? Lo mau batalin pernikahan lo kalau lo tau yang kemarin itu buat Tiara? Gitu?", kini Arya benar-benar kesal dibuatnya.

"Aku gak keberatan kok ngebatalin pernikahanku. Apalagi kalau sekarang aku sudah tahu kalau ternyata Tiara juga memiliki perasaan yang sama denganku"

"Lo gila Nif. Iya lo gak keberatan. Tapi gimana perasaan orang tua lo, calon isteri lo dan keluarganya? Lo gak mikir sampai situ?", Arya geram, mendapati ternyata sosok yang pada awalnya membuat dia insecure, ternyata seorang pecundang.

"Itu bisa aku urus Ar, tapi tidak dengan perasaanku dan perasaan Tiara. Bagaimana mungkin kami menikah dengan orang lain sementara hati kami terikat", Hanif seperti sudah hilang akal.

Arya hampir saja naik pitam lagi kalau tidak disela oleh seseorang.

"Kalau bisa hari ini sudah selesai surat cutinya ya Mas Hanif. Saya sama Mas Arya perlu secepatnya, soalnya masih banyak yang perlu kami siapkan", Tiara tiba-tiba masuk ke ruangan Hanif.

"Tiara..", ucap Hanif lirih.

"Oh ya, nanti jangan lupa bawa isteri Mas Hanif ke acara kami. Undangannya menyusul via pesan gak papa ya?"

"Tiara.. aku.." Hanif mencoba menyela.

"Kalau sudah selesai, surat cuti punyaku tolong sekalian diambilin ya Mas. Aku mau ijin pulang sekarang, tadi bunda telpon mau ngajak fitting baju", ucap Tiara ke Arya.

Arya hanya mengangguk.

"Ya sudah, kalau begitu aku permisi dulu. Makasih Mas Hanif dan selamat atas pernikahannya. Dan doakan pernikahan kami berjalan lancar, tidak terganggu sama perkara-perkara kecil yang gak penting. Assalamualaikum"

Tiara kemudian berdiri lalu meninggalkan ruangan itu.

Hanif hendak mengejar namun dihalangi oleh Arya.

"Nif, please. Lo gak perlu begini. Terlalu banyak yang bakalan rusak hanya karena lo ingin memaksakan kehendak lo"

"Ini salah kamu Ar, kenapa gak ngomong kalau yang mau nikah itu Tiara hah?! Kenapa? Atau jangan-jangan kamu sengaja kan, dari awal memang kamu yang ingin menikahi dia. Iya kan?! Ngaku aja Ar!", Hanif sepertinya sudah kehilangan kontrol.

Arya tersenyum miris. Sejurus kemudian dia meninggalkan ruangan Hanif seraya menggelengkan kepalanya.

Hanif terduduk di kursinya sambil meremas rambut. Ia sungguh menyesal karena tidak pernah melamar Tiara sebelumnya. Tiara yang wajah cantiknya tak sengaja pernah dia lihat. Tiara yang ternyata memendam rasa yang sama terhadapnya.

Sementara itu Arya mencari keberadaan Tiara yang ternyata sedang duduk di kursi depan kantor, menunggu Aisyah menjemputnya. Tiara seperti tengah melamun dan tersentak saat Arya memanggilnya.

"Woi Shinzo Hattori, jangan ngelamun. Ntar kesambet malah bikin repot orang sekantor lagi", tegur Arya, membuat Tiara melengos karena kesal.

Arya kemudian duduk di kursi di depan Tiara. Kemudian berdehem hendak bicara sesuatu.

"Ra, apa..",

"Kalau Mas Arya pengen bicara tentang perkara kecil yang gak penting, tolong gak usah Mas. Aku gak mau dengar. Mending Mas pergi aja"

"Buset, galak bener. Belom juga ngomong apa-apa, main langsung serang pakai jurus pamungkas aja"

"Itu karena aku sudah tahu Mas Arya mau ngomong apa"

"Wuih, hebat dong. Kayak peramal aja. Kalau gitu, malam ini Barcelona lawan MU siapa yang bakalan menang Ra?"

"Apa an sih? Udah ah, aku gak mau ngomong sama Mas Arya" Tiara akhirnya merajuk.

Arya hanya tersenyum. Tapi jujur di dalam hatinya ada rasa yang mengganjal gara-gara ucapan Hanif tadi.

Tak berapa lama, mobil Aisyah tiba. Kaca mobil itu turun dan terlihat Aisyah tersenyum lebar seraya melambai kepada mereka berdua.

"Aku pergi dulu Mas, assalamu'alaikum", ucap Tiara seraya meninggalkan Arya menuju mobil.

Sepanjang sisa waktu kerja hari ini, Arya tak bisa konsentrasi bekerja. Dia melihat ke arah Irwan dan Intan yang kini terlihat semakin akrab. Ya, demi kebahagiaan mereka berdua lah ia dan Tiara melakukan semua ini. Tapi, apakah ia dan Tiara juga akan mendapatkan kebahagiaan itu?

"Ar, pulang kantor ikut Mbak ya?!", ujar Intan.

"Kemana Mbak?"

"Ada deh. Sekalian ada yang mau Mbak omongin", Intan tersenyum kemudian kembali ke pekerjaannya.

Sementara pandangan Irwan juga mengarah padanya. Ia tersenyum pada Arya, senyuman yang tidak Arya pahami maksudnya.

Kini Arya sudah berada di atas motornya, mengekor di belakang mobil Intan yang menyusuri jalanan entah menuju ke mana.

Sampai di suatu tempat, Intan membelokkan mobilnya diikuti oleh Arya. Sebuah komplek pemakaman.

Setelah mereka turun dari kendaraan masing-masing, Intan melambai pada Arya menyuruhnya mengikuti dirinya. Beberapa saat kemudian, mereka berhenti di sebuah makam yang terlihat rapi dan terawat.

"Ini makam ibu kami Ar"

Mereka kemudian duduk di situ, dan Intan mulai membersihkan rumput-rumput kecil yang ada di atas makam ibunya.

"Bu, ini Arya calon suami Tiara. Sebentar lagi dia yang akan menggantikanku menjaga Tiara", ucap Intan lirih, matanya terlihat berkaca-kaca.

Arya mengangkat tangannya, mengirim doa untuk almarhumah calon ibu mertuanya. Intan merasa senang melihatnya dan ikut mengaminkan.

"Tadi Irwan melamarku Ar", Intan tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

Arya sedikit kaget kemudian tersenyum lebar.

1
Listya ning
Haii
Salam kenal
Terus semangat Author
Jangan lupa mampir ya 💜
Oe Din
Asmara, konflik bisnis, mafia...
Bagus...
aca
q kasih bunga
aca
g dpet perjaka dpet duda nyanya ell/Curse//Curse/
aca
Fatimah berterima kasih lah ma tiara karena dia kabur lu bs nikah ma loise
aca
lanjutt
aca
bagus c rita nya kok like dikit yah
Oe Din
Lihat yang lebih bagus, seringkali "menyeret" kita pada iri dan dengki...
Puspa Indah
Selamat Membaca...
aca
rejeki Fatimah dpet jodoh ganteng kaya raya/Curse/
aca
tak kasih bunga
aca
lanjuttt
aca
lanjut donk
aca
q kira yg di novel Online istrinya taunya saudara kandung
aca
jd dia adeknya aris pant s aja orang kakak adek nya nikah ma bule
aca
lagi enak enak ama pembokat ya bapaknua hadeh
aca
ariana istri Jason bukan
Puspa Indah: Ho.. oh.. tul 👍
total 1 replies
aca
ariana adik bayu bukan
Puspa Indah: Ariana adiknya Aris dan Arya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!