Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VI Teman lama
Dikantor polisi Taka diborgol kedua tangannya, ruangan interogasi itu hanya Taka dan Adriana, Han dan lainnya menonton diluar ruangan yang terdapat monitor untuk melihat dan memantau apa yang terjadi didalam ruangan karena dinding interogasi dilapisi kaca hitam yang tidak akan bisa melihat baik dari luar maupun dari dalam.
" Taka Wardana, berusia 23 tahun, yatim piatu, sejak kecil tinggal bersama ayahnya yang sudah meninggal 5 tahun yang lalu, oh kau baru saja pindah ketempat lansia itu setelah ayahmu meninggal."
" Menurut saksi, kau melakukan penculikan pada Amora Zira dan pengancaman pembunuhan pada Celio Ravanza, sekarang katakan dimana kau menyembunyikan Amora Zira." Taka hanya tersenyum, tidak mengatakan apapun.
" Jika kau tetap diam, kau kira kau akan lepas begitu saja? sialan."
" Aku akan mengundang pengacara, karena aku tidak bersalah, dia dalam perjalanan kemari." jawab Taka, Adriana langsung memukul meja.
Kenzo yang menonton dari monitor mendengar semua yang mereka katakan, Kanzo mengeluarkan ponselnya mengirim pesan pada Adriana untuk meminta Adriana keluar sebentar, setelah pesan itu terbaca Adriana keluar ruangan, karena dia memang butuh menenangkan diri jika tidak dia akan mengamuk dan akan memukuli Taka sehingga hanya akan menambah masalah.
" Ada apa?" tanya Adriana menemui Kenzo.
" Biar aku yang berbicara padanya."pinta Kenzo
" Kau? Kau bukan polisi yang berwenang, itu hanya akan menyalahkan aturan, kau tidak boleh.."
" Hanya sebentar, kujamin ia akan mengatakan semuanya sebelum pengacaranya datang." kata Kenzo memotong.
" Berapa persen keyakinanmu?"
" 70 persen."
" Oke."
" Tapi Kapten." Han Ingin menghentikan karena jika mereka ketahuan akan ada hukuman yang berat, paling ringan akan diskor dan paling berat akan dipindah tugaskan keluar daerah.
" Aku yang akan bertanggung jawab." kata Adriana menepuk pelan pundak Han untuk menenangkan pria itu agar tidak khawatir, Adriana duduk didepan monitor menonton saat Kenzo sudah masuk ruangan.
Kenzo menatap Taka, Taka hanya tersenyum menampakkan dua gigi taring kecil hingga nampak menawan, wajah tampan tetapi terselubung hati yang kejam sungguh disayangkan.
" Aku tidak akan mengatakan apapun." kata Taka, sudah 10 menit Kenzo masuk dan duduk disana tetapi tidak mengatakan apapun.
" Kau ingin mengintrogasi atau hanya melihatku." Taka tersenyum mengejek.
" Aku melihat seseorang dimalam itu, malam berdarah ditengah hujan, awalnya kukira dia adalah kau ternyata bukan, dia juga suka tersenyum hingga aku tidak bisa melupakan senyumannya itu." kata Kenzo tiba-tiba.
" Kau bertemu dengannya?" Taka tiba-tiba bersemangat.
" Kau menirunya?" Kenzo mendekati wajah Taka yang tengah bersemangat.
" Bagaimana menurutmu?" tanya Taka, wajah menawan itu tersenyum, matanya bersemangat membara, Kenzo tertawa mengejek Taka langsung mengubah ekspresinya.
" Dia pengecut." Taka langsung menendang kaki meja mendengar komentar Kenzo, ia menjadi garang dan marahnya meluap, seperkian detik ia tertawa.
" Kau tidak tau apapun, dia sangat luar biasa, dia... dia penolong hahahahaha." Taka menggila.
" Dia tikus kecil yang kotor, dia hanya bisa bersembunyi di lubang-lubang selokan, kau hanya sampah yang dikais olehnya untuk bersembunyi, dia hanya memanfaatkan rasa sakitmu untuk melakukan aksi tikus kotor." Kenzo tertawa mengejek padanya.
" Kau tidak mengerti, dia..."
" Dia hanya sampah." Jawab Kenzo memotong, Taka tertawa keras tetapi air mata mengalir disudut matanya.
" Kau tidak tau dia memberiku keberanian, ayahku melecehkanku sejak kecil, ibuku pergi bersama selingkuhannya, setelah dilecehkan ayahku memukuliku hingga aku tidak bisa bergerak dari tempat tidur." Taka mulai menangis. " Dia datang padaku menawarkan kekuatan yang bisa membuat orang takut, ayahkulah sampah sebenarnya, jadi aku membunuh sampah itu." Taka tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.
" Jika ayahmu sampah, kesalahan apa yang dilakukan gadis-gadis itu?"
" Mereka? Mereka pantas mati... Tania, Zhania, Elvia mereka bertiga menatapku seperti melihat kotoran, Tania dia sangat sombong, setiap melihatku dia akan meludah jadi kujahit mulutnya agar tidak meludah hahahahaha, , Zhania setiap melihatku dia merasa jijik jadi ku cungkil matanya agar dia tidak melihatku, bukankah aku sangat baik pada mereka, Elvia dia sangat cantik tetapi dia menolak cintaku jadi kurusak wajahnya sehingga tidak ada pria yang berani memandangnya lagi, ha aku suka mendengar jeritan mereka, kau tau mata mereka ketakutan semakin mereka takut aku semakin bergairah melihatnya hahahahahaha." Taka seperti kerasukan saat tertawa, Adriana yang mendengar dan menonton ingin sekali masuk dan menebak kepala Taka, dia sama sekali tidak merasa bersalah.
Kenzo mengetuk-ngetuk meja, lalu melirik Jam tangannya untuk melihat jam sudah berapa lama dia berada dalam ruangan.
" 30 menit, terima kasih atas waktunya." Kenzo tersenyum lalu berdiri, Taka yang baru menyadari apa yang sudah dia katakan dia langsung mengerang marah.
" Sial, kau menjebakku?" Taka meronta marah.
" Kau yang mudah ditipu." Kenzo berjalan keluar ruangan
" Sialan, kemari kau...sialan..." teriak Taka menggila, ia meronta mengebrak meja karena marah.
" Satu lagi, aku beritahu bahwa Amora Sudah ditemukan." jawab Kenzo sebelum keluar.
" Tidak mungkin, dia aku sembunyikan dibawah tanah digudang rumahku, dia tidak akan mudah ditemukan."
" Terima kasih." Kenzo tersenyum lalu lalu keluar ruangan, Taka menggebrak meja karena dia sekali lagi ditipu dan dia mengatakan semuanya secara tidak sadar, dia mulai berteriak marah didalam ruangan.
Adriana bertepuk tangan menyambut Kenzo yang keluar ruangan, bagaimana pria itu bisa dengan mudah membuat penjahat itu mengatakan semuanya. Adriana tersenyum, dia sangat senang akhirnya kasus yang sudah 3 bulan membuat kepalanya pusing ini akan segera berakhir.
" Sudah selesai, aku harus pulang, sudah 3 hari aku tidak pulang karena kasus ini." kata Kenzo, Adriana mengangguk. Saat Kenzo berbalik badan, Adriana memanggilnya kembali.
" Aku ingin bertanya?" kata Adriana.
" Kau ingin bertanya bagaimana aku bisa memprovokasinya supaya dia berbicara?" Adriana mengangguk.
" Mudah, traktir aku makan."
" oke." Tiba-tiba ponsel Adriana berdering, ia langsung menjawab panggilan itu, Kenzo menunggu.
Han sudah mengurus Semua kesaksian Taka, ia melihat dimonitor Taka digiring oleh Han keluar ruangan. Adriana kembali setelah menjawab telepon.
" Ayo, kita bertemu seseorang." ajak Adriana.
" Lagi?" Kenzo berdelik tajam pada Adriana, ia benar-benar butuh istirahat sekarang, ini jauh dari perkiraannya, ibunya terus mengirim pesan bertanya kemana dia pergi, Kenzo hanya bisa berbohong mengatakan bahwa dia menginap dirumah temanya karena membutuhkan bantuan, padahal dia kurang tidur karena membantu mereka mencari pelaku.
Mereka pergi disebuah cafe break, cafe itu cukup nyaman untuk bersantai karena mengarah pada pemandangan orang berlalu lalang dan ditengah ruangan ada taman bunga yang nyaman untuk dilihat. Saat Kenzo dan Adriana memasuki cafe seseorang melambaikan tangan pada Adriana, langsung menghampiri orang tersebut.
" Louis." Adriana tersenyum lalu duduk didepan Louis, Kenzo duduk disamping Adriana Louis menatap heran pada Kenzo dan sedikit ada cemburu dimatanya.
" Namanya Kenzo, orang yang ku ceritakan kemarin." kata Adriana melihat ekspresi Louis yang kebingungan, Kenzo menaikkan sebelah alisnya menatap Adriana.
" Kenzo, ini Louis Pangestu, dia dokter forensik." Memperkenalkan mereka, tetapi kedua pria itu hanya saling menatap, Adriana kebingungan melihat sikap mereka.
" Aku tau." Jawab Kenzo.
" Hah? Kau tau?" tanya Adriana bingung.
" Kami satu sekolah sewaktu SMA." jawab Louis, ia lalu bersandar santai, wajah kesal Louis tidak bisa lagi ia sembunyikan saat melihat Kenzo musuh bebuyutannya sewaktu SMA.
" Kenapa kau tidak pernah cerita kalau kau punya teman baik disekolah?" tanya Adriana.
" Teman baik?" Louis tersenyum sinis melihat Kenzo.
" Dia selalu kalah dariku baik akademik maupun olahraga, wajar jika dia iri." jawab Kenzo sombong, Adriana menutup mulutnya tidak percaya apa yang baru saja dia dengar, bahwa kecerdasan Louis yang selama ini ia kenal ternyata bisa dikalahkan.
" Kau jangan berbicara omong kosong, aku tidak selalu kalah." Jawab Louis tidak terima.
" Oh, biar kuingat kapan kau pernah menang dariku, Ah... Aku ingat ,kau pernah mengalahkanku sekali sewaktu aku tidak masuk sekolah karena sakit." Kenzo tertawa mengejek, Louis menatap tajam pada Kenzo karena kesal.
Adriana tertawa kecil, ia belum pernah melihat Louis kalah telak seperti itu hingga tidak bisa membalas, tanpa Adriana sadari ia memandang Kenzo dan tiba-tiba timbul rasa kagum pada pria itu, ia tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
" apa yang terjadi? Aku pasti sudah gila." pikir nya. Ketika ia mengingat semua tindakan Kenzo, baik dari kata-kata, tindakan yang tidak kenal takut, tapi kadang-kadang dia cukup perhatian pada orang lain seolah ia bisa membawa kenyamanan untuk orang lain.