Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-13
Pagi hari, Dry terkejut saat kakinya tak sakit lagi saat di buat untuk berjalan, balutan itu di lepas seketika dan terlihat luka jahitnya mengering.
"Salep itu luar biasa, lukaku bisa kering secepat ini rupanya" Dry tersenyum senang, meraba kembali bekas luka untuk memastikan, dan semua aman.
"Ev!" Teriak Dry, ingin mengabarkan kegembiraannya, berjalan tanpa menggunakan alat bantuan.
Saat membuka kamar dimana Evan tinggal, Dry dikejutkan dengan sesuatu, seperti Dejavu, ingatan masa kecilnya dulu, dimana Daddy-nya selalu melakukan hal yang sama di pagi buta.
"Evan?" Lirihnya, tanpa sadar berkata dan tak melepas pandangannya.
Evan menyudahi doa nya, mengusap wajahnya dengan kedua tangan, lalu memandang kearah pintu kamar yang sudah terbuka.
"Masuklah Dry, ada apa?"
Dry masih terdiam, mematung di tempat tak bisa menggerakkan tubuhnya.
"Dry?" Kembali Evan memanggil.
Kali ini Dry baru tersentak, tersadar, lalu terlihat bingung harus berkata apa, hingga dengan otomatis bertanya.
"Sholat?" Tanya Dry.
"Hem, ibadah pagi, ada apa?"
"Aku_, aku_,tidak ada, hanya ingin mengabarkan kalau aku sepertinya sudah sembuh Ev, ini luar biasa" ucap Dry dengan masih keterkejutan yang tersisa.
"Oh, syukurlah, kau memang wanita kuat Dry"
"Tentu saja" sahut Dry kini melangkah masuk dan duduk di kursi.
"Aku mau mandi dulu" pamit Evan.
Dry hanya tersenyum, namun masih tak beranjak dari tempatnya, dan memperhatikan di mana Evan tadi menggelar selimut di lantai untuk alas tempatnya melakukan ibadah paginya.
"Kau mau ikut aku mandi?" Tawar Evan dengan senyum nakalnya.
"Jangan harap"
"Oh, mungkin untuk menarik perhatian mu, aku tidak akan menutup pintunya, kau boleh melihat ku dari sana Dry"
"Dasar otak mesum!" Dry segera bangkit dan keluar dari kamar.
Seperti biasa, Evan tertawa senang, dan segera melakukan ritual pagi untuk menyegarkan badannya sebelum beraktivitas kembali.
Evan kini melangkahkan kakinya, akan pergi meninggalkan Apartemen mewah itu karena Dry sudah bisa melakukan semua aktivitasnya sendiri.
Saat pintu Apartemen itu tertutup, Evan melihat kedua tangannya, ada senyuman misteri terbit dari bibirnya.
"Ternyata kemampuannya masih lumayan juga" gumamnya lirih dan segera pergi di mana motor Sportnya terparkir.
Melaju dijalanan, pagi yang cukup sejuk dan menyenangkan, walaupun harus beberapa kali berhenti saat lampu merah menyala.
Sekilas nampak Evan berpikir, mobil Mustang berwarna hitam Dop lewat di jalur yang berlawanan, seperti pernah melihat sebelumnya, begitulah batin Evan sesaat tadi.
*
*
Dry melihat-lihat aplikasi belanja online yang di senangi, ingin belanja sesuatu yang di butuhkan saat ini, namun baru saja tangannya melakukan penjelajahan, tiba-tiba saja terdengar bel Apartemen berbunyi.
"My God, jangan bilang Evan kembali, pria mesum itu pasti tidak akan membuatku konsentrasi" gumamnya dengan wajah kesal.
Dry menyambar Remot control, menekan dan memastikan pintu terbuka dari jaraknya yang cukup jauh, dan_
"Good morning, my lady"
Tersentak dan kaget, Dry sampai berdiri dan segera melangkah maju menata gestur tubuhnya yang tak bersahabat sama sekali.
"Bagaimana kau bisa datang kemari?" Ucap Dry dengan nada yang begitu sinis.
"Begini kah caramu menyambut calon suami?"
"Cih, aku sudah tidak sudi"
"Oh ya?!" Laki-laki itu bukan lagi diam, malah maju dan terus masuk ke dalam, tersenyum miring sambil mengedarkan pandangan, seolah menelisik hunian yang di tempati tunangannya saat ini.
Kini kembali laki-laki yang bernama Sandiago Gurven itu menatap Dry dengan teliti.
"Kau sendirian Disini?" Tanya nya.
"Bukan urusan mu!"
"Tentu saja masih urusanku Nona Dryana Mozart, apa kau lupa perusahaan mu berhutang cukup banyak padaku?, dan aku tidak mempermasalahkan hal itu, jika kau mau bekerjasama dengan baik, menjadi istriku"
"Bukan aku yang berhutang, tapi paman Markus sialan itu yang tidak becus memimpin perusahaan Mozart Company"
"Oh sial, apa kau sudah lupa ingatan, jika perusahaan itu atas namamu Dryana?"
"Tapi aku tidak pernah memimpinnya!"
"Dan berapa kali aku katakan, jika itu tidak penting"
"Kau gila!"
"Aku tergila-gila padamu sejak dulu, kau pasti tau itu, dan akan aku lakukan apapun untuk mendapatkan mu Dryana my love"
Semakin kesini Dryana memang harus waspada, tangan dan seluruh tubuhnya sudah bersiap, jika laki-laki dihadapannya melakukan tindakan gila, maka, mau tak mau Dry akan menghajarnya.
Keturunan keluarga Gurven terkenal dengan keberingasannya, sepak terjang kasar dan semaunya sendiri itu hal biasa, dan seperti yang dilakukan saat ini.
Sandiago Gurven kini menyerang Dry yang sengaja ingin mengusirnya dengan beberapa pukulan yang bisa ditepis.
Dengan seringai bengis, dan Sandiago kini berhasil memujul mundur Dryana, menekan tubuhnya ke tembok hingga tak bisa bergerak.
"Katakan padaku, siapa laki-laki yang sudah berani berbuat kurang ajar padaku Dry" ucapnya pelan dan dingin.
"Lepaskan tanganku!" Dan rupanya Dry tak pantang menyerah.
"Katakan padaku!" Teriak Sandiago.
Sret
Tangan laki-laki itu kini berbuat lebih, memaksa Dry berbicara mungkin merasa percuma, hingga merobek pakaian bagian bawah Dry dengan paksa.
Tangannya mulai menjamah disana, dan Dry terus meronta, kakinya yang baru saja sembuh tak bisa berbuat banyak, gerakan berlebihan masih menimbulkan nyeri yang terasa.
"Kurang ajar, lepaskan aku!" Teriak Dryana, tangannya kini berhasil meraih sesuatu dan dengan cepat memukul Sandiago.
"Shit!"
Sandiago terpaksa melepaskan Dry karena rasa nyeri di kepalanya.
"Wanita Sialan!" Teriak Sandiago dan kini menerjang Dryana kembali, lebih keras dari sebelumnya, karena merasa kesal akan luka di kepala karena pukulan Dryana.
Pertahanan di lakukan, Dryana terus melawan walaupun mendapat beberapa tendangan, tak ada kata menyerah jika harus menyelamatkan dirinya, dan pada akhirnya semua terhenti saat terdengar suara beberapa security berteriak memperingati.
"Usir laki-laki ini!" Teriak Dryana.
Dan tentu saja Sandiago harus berpikir ulang jika harus membuat keributan dengan banyak orang.
"Aku belum selesai my love, ingat itu!"
"Pergilah ke neraka brengsek!" Sahut Dryana sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya yang robek karena pukulan yang sempat mendarat di wajahnya.
"Nona tidak apa-apa?" Tanya Security itu nampak mencemaskan keadaan Dryana.
"Aku tidak apa-apa, beruntung kalian segera datang, lain kali jika wajah orang itu memasuki kawasan ini, tolong hentikan, dia berbahaya dan ingin menyakitiku"
"Baiklah Nona, setelah kami mendapat telpon, tadi kami segera ke sini, sekarang kami permisi" ke tiga security itu segera pergi meninggalkan Dry yang nampak tak ingin di ganggu.
Dryana mengangguk, membalikkan badan setelah menutup rapat pintu Apartemennya, namun langkahnya segera terhenti saat menyadari sesuatu.
"Mereka mengatakan segera kemari setelah mendapatkan telepon?, dari siapa?"
Dryana nampak berpikir keras, penasaran siapa yang sudah membantunya kali ini, dan sesaat kemudian pikirannya terhenti, ada satu nama yang kini ada di otaknya.
"Mungkinkah itu _?"
Makin penasaran?, jangan lupa kasih VOTE, VOTE, VOTE, biar Author tambah semangat nulisnya.
Bersambung.
apalagi dikemas author dengan bahasa yg lugas dan enak dibacanya.ditambah sosok dryana yang mandiri dan serba bisa jadi makin komplit special nya...
terimakasih atas bacaannya yang bagus thor
terus semangat berkarya thor 🥰🥰🥰🥰
anak2 mereka ya thor lanjutannya
yuk Bochap thor
request dong Thor,, bikin cerita anak2nya triple twins 😍