NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 7

"Maaf ya Ray, aku benar-benar gak tahu sama sekali kalau Min-Young mengundangnya", ucap Salman saat dalam mobil dalam perjalanan menuju ke Masjid.

"Iya, gak papa. Aku juga minta maaf kalau tadi sudah gak sopan di rumahmu. Cuma.. ya itu. Entah kenapa aku merasa agak risih sama sikapnya Wina", sahut Rayyan.

"Kamu tenang aja. Biar nanti aku bicara sama Min-Young", Salman sepertinya terlihat sedikit kesal pada isterinya yang bertindak di luar pengetahuan dirinya.

"Sudah..., gak perlu diperpanjang. Habis sholat nanti bantuin aku nyari buku buat In-ho, biar dia mudah belajarnya", pinta Rayyan.

Salman mengerutkan dahinya.

"In-ho?", tanyanya.

"Iya, Jeong In-ho. Yang mau kencan buta sama Eun-mi", sahut Rayyan.

Salman mengangguk.

"Siip, beres. Tapi dia kan belum bilang kalau dia setuju?", Salman sedikit ragu dan menganggap Rayyan terlalu optimis.

"Aku yakin dia bakalan setuju. Tapi kalau memang masih ragu, ya.. nanti aku paksa-paksa dikit", sahut Rayyan tertawa yang dibalas Salman dengan tatapan sinis.

Sesampainya di masjid, mereka melihat ada sekelompok muslimah yang juga baru datang untuk sholat di sana.

"Bro, lihat tuh. Aku yakin, di antara kumpulan bidadari itu, pasti ada yang masih single. Gimana kalo aku minta tolong ke Ustadz Suleiman buat ngenalin kamu ke salah satunya. Jangan cuma mikirin Eun-mi lah.. Kamu kan juga perlu menikah?", goda Salman seraya tersenyum miring, namun sebenarnya dia benar-benar serius dengan ucapannya.

Rayyan balas tersenyum seraya menghela nafas.

"Aku sudah punya calon Man, sudah disiapkan sama ortu. Mereka maunya aku nikah sama pilihan mereka. Aku sih gak masalah, yang penting memang niat buat membangun rumah tangga yang baik. Masa iya sih, ayah sama ibuku nyari calon isteri yang gak bener buat anak kesayangannya", sahut Rayyan.

"Tapi ya.. terpaksa aku tunda dulu. Aku gak sampai hati kalo harus nikah dulu sebelum Eun-mi. Aku sih gampang.. nah si Eun-mi, calonnya aja masih gak jelas yang mana?", sambungnya.

"Oh.. jadi gitu? Makanya kamu bela-belain bantu Eun-mi biar kamu gak merasa bersalah terus bisa secepatnya nikah juga? Gitu kan?", tanya Salman.

"Ya.. begitulah kira-kira", Rayyan terkekeh malu.

"Oke! Aku ikut. Aku akan bantu Eun-mi biar cepat nikah biar kamu juga bisa cepat punya isteri. Lagian kalo buat aku pribadi nih, urusan pernikahan kamu itu lebih penting dari perjodohannya Eun-mi", sahut Salman mantap.

"Thanks ya bro. Kamu memang bisa diandalkan", Rayyan menepuk punggung Salman sebelum akhirnya mereka memasuki masjid.

********

"Apa kau tidak mau mempertimbangkan untuk melepas tutup kepalamu saat kencan buta nanti? Aku terpaksa tak menyerahkan fotomu karena khawatir pria yang akan kau temui mengurungkan niatnya karena melihat penampilanmu", keluh Ha-na, bibi Eun-mi.

Eun-mi mendesah pelan, jengah dengan ucapan bibinya yang sedari tadi kalau tak mengkritik, maka memojokkan dirinya. Ingin rasanya dia menyahut sesuai dengan kata hatinya, tapi sadar kalau itu hanya akan memperkeruh keadaan.

"Bibi, aku akan menikah dengan orang yang bisa menerima diriku apa adanya. Bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan seumur hidupku dengan seseorang yang tak bisa menerima pilihanku?", Eun-mi berusaha bicara setenang mungkin.

"Tapi apa yang kau lakukan itu bukan sesuatu yang biasa di lingkungan keluarga dan kolega kita. Apa kau tidak risih dengan tatapan sinis orang-orang?", tanya Ha-na yang juga tengah menatap sinis pada Eun-mi.

Eun-mi memejamkan matanya seraya menghela nafas.

"Bi, aku akan melakukan apapun yang bibi dan kakek minta. Tapi tidak dengan meninggalkan keyakinanku dan setiap konsekuensi dari pilihanku itu", sahut Eun-mi masih dengan suara tenang namun juga tegas.

Ha-na menunjukkan raut tak senang pada Eun-mi. Dia menganggap keponakannya ini sungguh keras kepala. Bagaimana mungkin ia menolak begitu banyak pria dengan kualitas terbaik yang pernah dia ajukan, hanya demi keyakinannya.

Dan ia yakin itu juga tak luput dari pengaruh Rayyan, sahabat Eun-mi yang Ha-na yakin sudah menghasutnya untuk melawan keluarganya. Ha-na sangat tidak menyukai Rayyan, tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa karena mendiang abangnya, ayah Eun-mi sudah menganggap Rayyan seperti anaknya sendiri. Bahkan kakek Eun-mi pun sepertinya tak terlalu terganggu dengan Rayyan. Dia sepertinya tak bisa melihat pengaruh buruk pemuda itu terhadap Eun-mi.

"Dengar, pria yang akan kau temui berikutnya adalah yang terbaik dari yang pernah kuajukan. Begitu banyak keluarga yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi kita beruntung karena orang tuanya ingin berbesan dengan keluarga kita. Aku ingin memperingatkan mu kalau kau akan rugi besar bila melewatkan yang satu ini", Ha-na mewanti-wanti.

"Selain itu kau juga akan membuat malu aku dan pamanmu. Kami begitu memujimu di hadapan mereka sehingga mereka semakin yakin kalau kau adalah wanita yang tepat untuk menjadi isteri dari anaknya", sambung Ha-na.

"Bibi seharusnya tidak melakukan itu, kalau kenyataannya tidak seperti yang bibi sampaikan, bukankah mereka akan mencap bibi sebagai pembohong?", protes Eun-mi, tak tahan lagi.

"Karena itulah kau harus berperilaku sebaik mungkin di hadapan mereka, dan jangan membuat onar seperti yang sudah-sudah. Aku jadi curiga denganmu, jangan-jangan kau memang tidak ingin menikah. Apa kau ingin sendirian seumur hidupmu? Mau jadi perawan tua dan hidup sendiri sampai mati?", Ha-na terlihat sungguh geram dan akhirnya meninggalkan Eun-mi yang matanya mulai berkaca-kaca.

1
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!