"DUARRR"
Akhirnya Zevana mengetahui dibalik sikap dingin suaminya. Gadis bernama lengkap Zevana Azalia Hermina Salim itu harus menelan pil pahit dalam rumah tangganya. Ia baru saja mengetahui kalau suami yang baru seminggu menikahinya itu ternyata memiliki tambatan hati. Pantas selama ini suaminya bersikap dingin, bahkan mereka tidak tidur satu kamar.
Apakah pernikahan itu akan terus berlanjut? Atau Zevana akan mencoba membuat suaminya jatuh hati padanya? Bukankah akan sangat melelahkan dan menyakitkan bila bertahan? Dan apakah suaminya mau melepas Zevana jika ada seseorang yang mau membahagiakan Zevana?
Inilah kisah Zevana seorang Putri dari orang ternama nan alim dan disegani. Siapa sangka rumah tangganya begitu nelangsa. Beri support ke author yahh..
Sebelumnya mohon maaf bila ada kesamaan antara nama tokoh, alamat, ataupun yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Trihandayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WWK BAB 06
Sungguh tak Hanif sangka akan bertemu dengan Dokter Cantik di tempat seperti ini. Masih dia ingat sorot mata dan wajah ayu itu. Masih sama seperti dulu pikirnya.
📞 "Ck elah Je, napa nggak ngabarin kalo dah sampe? Yolo, yang disini ketar ketir." Ucap Zevan di lain negara.
"Ya sorry, tadi gue langsung di tarik sama gadis pake niqob. Katanya urgent, nurut aja gue sampe lupa ngabarin dulu." Jelas Zevana yang kini tengah rehat di luar tenda.
📞 "Nah.. Ini ni yang ane takuti. Ente pasti lupe yang disini kalo udah sibuk sama yang disono. Jeje, ane nggak mau tahu pokoknya hape ente harus standby." Terdengar suara menggebu-gebu di sebrang sana.
"Yolo JetPam. Elu pikir disini colokan charge dimana-mana? Ck, lagian disini sibuk Pan nggak kalah sama disitu. Gue kagak janji ye, bisa standby hape. Ini aja baru sempat buka hape setelah berjibaku dengan pasien." Papar Zevana.
📞 "Pan ente kerja di tenda RS enyak, Je. Lagian disana juga banyak relawan babeh. Inget loh ya, ente pulang harus dalam keadaan utuh. Dah itu aja pesen kembaran elu yang gantengnya nggak ketulungan ni. Disini udah malem banget, ane mau bobok. Assalaamu'alaikum cantiknya babeh." Zevan mengakhiri panggilan udara itu.
Zevana memutar bola mata malas mendengar kata "Cantiknya babeh" dari kembarannya. "Wa'alaikumsalam." Zevana menyimpan ponselnya kembali di saku jas.
Sebelumnya Zevana teringat akan ponsel yang masih teronggok di ransel. Dia lupa mengabari keluarganya di tanah air. Ia yakin kembarannya pasti tengah mengumpat karena dirinya tak kunjung mengaktifkan ponsel. Saat Zevana menyalakan ponsel, banyak notif masuk. Dugaan Zevana benar, sejurus itu dia langsung menghubungi nomor Zevan. Jadilah percakapan yang isinya Zevan mencak-mencak itu terjadi.
Kini Ia berjalan mengelilingi tenda-tenda medis milik RS Hermina. Salah satu tugasnya adalah memantau jalannya pengobatan disana. Tiba-tiba tangannya di cekal oleh seseorang dari belakang. Tubuhnya terhuyung kebelakang karena ditarik paksa.
"BRUKK"
Mata Zevana memejam sejenak, kemudian Ia melihat kebalik badan.
"ALLAH" Teriakan Zevana terdengar kencang. Beberapa orang yang didalam tenda pun keluar.
Sungguh mereka terkejut, salah seorang musuh menodong Zevana dengan senpi ditangannya. Zevana terkejut, jantungnya berdegup cukup cepat. Apa ini akhir dari hidupnya? Apa dia akan mati di tangan isriwil? Ahh sungguh Zevana tidak suka ini, tapi apa yang harus Ia lakukan?
"Bagaimana ini? Kita harus mencari pertolongan, cepat kamu pergi cari bodyguard Nona Zevana." Desak salah seorang suster kepada seorang perawat laki-laki. Sejurus itu pemuda itu langsung melesat pergi.
"Aduh, Nona Zevana tidak boleh terluka atau Nyonya Husna akan sangat sedih." Ujar suster itu kembali.
Keriuhan yang terjadi menarik perhatian Hanif yang baru saja selesai meminum obat setelah makan. Ia memanggil salah seorang relawan disana, dan bertanya.
"Apa yang terjadi di luar?" Tanya Hanif kepada seorang pemuda.
"Seorang dokter di todong senpi oleh musuh. Ana dengar dokter itu baru tiba hari ini dan beliau adalah Putri pemilik RS Hermina." Papar pemuda yang berdiri didekat ranjang pasien Hanif.
Hanif mencerna sejenak ucapan pemuda tadi dan seketika bola matanya membulat sempurna.
"Dokter wanita yang tadi disini?" Hanif ingin memastikan dan mendapat anggukan dari pemuda tadi.
"Astagfirullah hal adzim." Hanif hendak turun dari tempatnya namun, dicegah oleh pemuda tadi.
"Ehhh, jangan bergerak dulu.. dokter berpesan pasien disini harus istirahat total." Ucap pemuda itu menahan pergerakan Hanif.
"Tapi dokter itu butuh bantuan." Elak Hanif mencoba bernegosiasi.
"Tidak, seseorang sudah memanggil bantuan. Dokter itu dikawal oleh beberapa bodyguard katanya." Jelas pemuda itu yang membuat Hanif sedikit lega.
Sedangkan disisi lain, Zevana masih stay diposisinya. Senpi pun masih mengarah padanya, keringat mulai bercucuran di dahi dokter muda itu. Zevana mencoba untuk tenang, dia harus bisa melawan rasa takutnya. Ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya sedari tadi. Untuk apa musuh sampai berani kemari. Ini bukan ranahnya karena tidak termasuk wilayah yang mereka incar. Pasti ada sesuatu yang membuat mereka akhirnya datang ketempat ini.
"Apa yang membuat kalian kemari?" Tanya Zevana, suaranya sedikit bergetar karena menahan rasa takut. (Tentu pake bahasa planet sana ya gaes.)
"Teman ku terluka, aku butuh dokter dan disini paling dekat jaraknya." Jelas lelaki yang masih stay menodongkan senpi tepat di pelipis Zevana.
"Cihh, sudi amat gue nolongin manusia bar-bar minim akhlak kek kalian. Rugi dongg..." Ucap Zevana terang-terangan, tentu Ia menggunakan bahasa Indonesia. Mana berani Zevana menjawab seperti itu dengan bahasa mereka. Meluncur sudah peluru ke kepala Zevana, almarhum deh.
"Kalo gue tolong ente, apa ente mau berhenti menjajah? Nggak kan?" Kembali Zevana berucap dengan santainya.
Ucapan Zevana mengundang perhatian musuh, "Apa yang kamu katakan?" Tanya lelaki dengan senpi ditangannya.
"Terjemahin sendiri pake google translete." Jawab Zevana enteng.
Tak disangka, tiba-tiba Zevana menyiku perut lelaki itu. Sepersekian detik kemudian Ia menampik senpi yang ada di tangan lelaki itu. Sebelum meraih senpi itu, Zevana lebih dulu menendang bagian paling sensitif lelaki itu. Suara rintihan terdengar keras keluar dari mulut lelaki yang terlihat sangar itu.
Tak berselang lama, pemuda itu mengaduh kembali. Rupa-rupanya lelaki itu tertembak di bagian dada sisi kiri, tepat di jantungnya. Setelah itu terlihat beberapa lelaki mendatangi Zevana. Mereka tampak membawa revolver, senpi yang tidak berisik saat di gunakan.
Ahh, ini pasti kerjaan Zevan. Rupa-rupanya Zevan sudah menyewa agensi milik Cyrus Cyber. Perusahaan penyedia jasa sewa bodyguar**d milik keluarga Cyrus. Keluarga itu masih kerabat dengan keluarga Hermina. Sungguh Omnya tidak pernah gagal dalam mendidik anak buahnya.
"Nona baik-baik saja?" Tanya salah seorang pemuda berpakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker.
Zevana mengangguk, "Aku baik-baik saja, ah iya.. Si kutu kupret itu tadi bilang temannya sekarat. Coba cek, aku tidak mau ini jadi semakin runyam. " Sungguh ucapan Zevana barusan membuat beberapa lelaki tadi menahan tawa. Apa tadi dia bilang? "Kutu kupret?". Sebutan konyol untuk para pembuat onar.
"Kami mengerti, beberapa dari kami akan tetap bersama Nona Zevana. Segera hubungi, kembaran anda Nona. Kami terus terhubung dengan beliau dan juga Tuan Marcel." Papar salah seorang lelaki sebelum pergi.
"Yolo, bukan maen da Kak Marcel. Apa lagi si bungsu Martin, double M yang membuat ku ketar ketir. Ck, nggak guna gue sandi ponsel sama laptop apa lagi ipad selama masih ada mereka." Gumam Zevana seraya pergi dari tempat kejadian perkara.
To Be Continued...