Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Malam nya, Andin dan Gevano masih bercengkrama di dalam kamar setelah lama bergulat.
Tak hanya bergulat, kedua nya juga menonton film berjam-jam dengan saling memeluk tubuh polos mereka di dalam selimut.
Tok tok tok
Saat kedua nya sudah selesai membersihkan tubuh, terdengar suara ketukan dari luar.
Gevano segera membuka pintu karena ia sudah memasang baju berbeda dengan Andin yang masih handukan.
"Lama banget ngapain aja kalian di dalam? Makan malam dulu, Mama sampai lumutan ngetuk pintu" oceh Jasline saat pintu sudah terbuka.
"Nama nya juga suami istri, kayak nggak pernah muda aja Ma. Iya nunggu Andin dulu baru turun" balas Gevano langsung membuat Jasline melenggang pergi.
"Siapa tadi?" tanya Andin dari arah belakang Gevano yang sibuk mengeringkan rambut nya dengan handuk.
"Mama, nyuruh kita makan malam" jawab Gevano segera menutup kembali pintu dan menatap Andin.
"Sini aku bantu" ucap Gevano langsung mengambil alih handuk yang Andin pegang, dan ia dorong Andin untuk duduk di kasur.
"Kamu bosen nggak?" cetus Andin sembari memejamkan mata menikmati gosokan Gevano pada rambut nya.
"Sama kamu? Nggak lah, mana bisa bosan kalau sama kamu apalagi kalau di kamar seharian" balas Gevano membuat Andin manggut-manggut.
"Kamu nggak mau jalan-jalan kah? Di kamar mulu bikin aku mual" usul Andin membuat Gevano terkekeh.
"Mual karna apa? Kok bisa? Udah mau jadi?" Gevano memberi kecupan di pucuk kepala Andin saat ia sudah selesai mengeringkan rambut Andin.
"Cepat banget kalau udah jadi, aku cuma bosen aja di kamar terus. Sesekali kita di luar lah, jangan ngeram di kamar kayak ayam aja" sahut Andin bangkit dari duduk nya dan memeluk Gevano dari belakang yang melangkah ke meja rias.
"Kamu mau kemana?" tanya Gevano sembari mengambil hairdryer.
"Bebas, aku cuma mau jalan-jalan aja biar nggak suntuk di kamar terus-terusan" jawab Andin beralih memeluk Gevano dari depan.
"Wangi kamu kok enak banget, pakai parfum apa? Aku mau coba dong" ucap Andin dengan mengendus-endus bahu dan dada bidang Gevano yang tertutup kaos santai.
"Aku nggak ada pakai parfum" sahut Gevano membuat Andin terperangah.
"Kok bisa wangi banget, mau nempel terus rasanya" ujar Andin terus memeluk Gevano sesekali menghirup aroma tubuh Gevano.
"Beneran udah jadi kah?" tanya Gevano dengan antusias dan mata yang berbinar.
"Nggak secepat itu juga lah, belum ada satu bulan kita bikin" jawab Andin membuat Gevano terdiam dan manggut-manggut.
"Tiga bulan lagi kayaknya, atau kalau kamu mual-mual langsung bilang ke aku, jangan di sembunyiin walau itu cuma masuk angin biasa" ucap Gevano di angguki Andin.
Andin dan Gevano segera turun untuk makan malam bersama, dan seperti nya mereka akan kena semprot lagi karena membuat yang lain menunggu lama.
"Lama sekali kalian! Cacing di perut Mama sudah meronta-ronta" kan benar, Jasline lebih dulu menyemprot saat melihat kedatangan pasutri itu.
"Maklum lah Ma, masih baru-baru nya" sahut Gevano dengan nada santai sembari menarik kursi untuk Andin.
Grandma hanya diam menatap Gevano yang begitu manis memperlakukan Andin.
"Sudah-sudah, ayo makan. Jangan banyak bicara" tegur Grandma mulai memimpin makan malam itu.
Semua pun menurut, mereka makan dengan senyap. Andin sejak tadi diam sembari mencuri pandang pada gadis di hadapan nya yang begitu asing.
Kok dia ikut makan? Dia siapa sih? Keluarga? Tapi kok nggak mirip sama Gevano atau Mama? Sodara Grandma? Nggak mungkin deh, muda aja ini keliatan nya.
Gevano melirik Andin yang masih tak bersuara sampai makanan Andin sudah ludes.
"Gevano, temani Rose dulu mengobrol. Jangan menganggap dia tidak ada" cetus Grandma saat usai makan.
"Kenapa nggak Grandma aja? Bukan kah kalian lebih dekat daripada aku?" sahut Gevano dengan nada tak bersahabat, dia baru menyadari adanya Rose.
"Grandma lelah, ingin langsung istirahat" elak Grandma membuat Gevano menghela nafas.
"Kalau begitu suruh dia pulang, Grandma kan yang mengundang nya kesini jadi biar Grandma yang urus" balas Gevano segera menarik tangan Andin pergi dari meja makan.
Jasline geleng-geleng kepala tapi dengan tersenyum bangga menatap putra dan menantu nya yang memilih untuk pergi usai makan.
Rose menunduk kepala menahan kesal dengan tangan terkepal, tanpa Jasline sadari.
"Sudah lah Rose, kamu tak usah bersedih begitu. Sekarang kamu tamu ku, jadi istirahat lah di kamar tamu" ucap Grandma di angguki Rose.
"Rose ke kamar dulu Grandma, Tante Line" pamit Rose segera melenggang pergi. Ia sudah ingin melampiaskan kekesalannya pada sesuatu yang ada di kamar.
"Line, kamu jangan seperti anak mu itu. Dia jadi ketas kepala saat bersama si Andin itu, sangat tidak baik membawa pengaruh buruk" ujar Grandma membuat Jasline terdiam.
"Andin itu anak baik Mom, jangan di cap buruk oleh mu, yang ada Mommy akan menyesal nanti kalau sudah menjelek-jelekkan Andin" ucap Jasline membuat Grandma berdecih tak peduli.
Akhirnya mereka berpisah dan masuk ke kamar dan melakukan kegiatan masing-masing.