Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Altan
Jadi lusa depan aku akan ke Cilacap. Astaga kenapa aku harus mengajukan usul itu?! Aku akan meninggalkan Aram bersama Kayla, atau sebaiknya Aram ku bawa saja, sekaligus dengan Kayla? Karena mencari gudang sudah pasti membutuhkan waktu berhari-hari.
Sepanjang perjalanan menuju kantorku sendiri aku pun berpikir keras. Ini sudah sore dan kulihat Kayla sedang menimang sambil bercanda dengan Aram di ruang tamu.
Astaga... Kayla ternyata sangat cantik! Berkali-kali aku menelan air liurku dan menghela nafas. Jantungku rasanya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Dari tadi aku disuguhi pemandangan eksotis! Entahlah wanita itu menyadari atau tidak, tapi dia benar-benar selalu berada di dekat Aram, dan Aram selalu berada di layar kamera.
Kujabarkan saja kegiatannya dari siang setelah aku meninggalkan unit apartemenku. Ini sepenglihatanku, ya.
Aku menghubungi Asistenku di kantor untuk berbelanja, kuketik beberapa daftar yang menurutku cukup untuk seharian ini. Tapi asistenku malah membalas pesanku dengan :
“Bapak mau seserahan ya?”
Aku mengernyit.
Ya itu yang kupelajari selama setahun aku hidup bersama Reina. Kebutuhan wanita sangat banyak. Dalam sehari bisa ganti CD beberapa kali, ganti br4 dua tiga kali. Kalau jogging pakaian dalamnya beda dengan yang kalau ke mall. Kalau pagi ke cafe, dan siangnya ke tempat nongkrong, lalu dilanjut sorenya ke mall, dia bisa tiga kali ganti pakaian ganti panty, ganti br4 juga. Kalau di rumah saja, baju di atas ranjang dengan main hape di sofa ruang tamu bisa berbeda.
Atau memang mantan istriku yang rada ribet?
Jadi kutanya balik Asistenku. Namanya Altan. Kali ini tidak dengan pesan singkat, aku langsung menelpon Altan.
“Jadi kebutuhan wanita dalam satu hari itu apa menurut kamu?” tanyaku.
“tergantung kondisi Pak, apakah wanita ini akan bepergian atau stay aja di kamar?”
“Lets say, dia di kamar saja seharian tanpa bisa keluar.”
“Terjebak begitu? Seperti... disandera mafia?” suara Altan berangsur-angsur pelan. Dia menuduhku menyandera seseorang atau bagaimana?!
“Nggak usah overthinking, anaknya Pak Furkan.” Furkan nama bapaknya si Altan.
“Ehem!” Altan berdehem. “saya tanya... hm... ibu saya dulu ya Pak, sebentar lagi saya WA bapak.”
Yang kusukai dari Asistenku, walau pun dia laki-laki, masih muda, tapi dia jujur. Memang kerjanya tidak secekatan perempuan. Tidak bisa multitasking juga. Sebenarnya kurang cocok jadi Asistenku yang kerjanya dituntut manajemen waktu, satsetsatset tapi teliti. Makanya selain dia, aku juga memiliki 4 orang lagi sekretaris. Kerja Sekretarisku mengurusi operasional kantor berhubungan dengan pekerjaanku. Tapi kalau urusan pribadi kuserahkan ke Altan.
Altan ini juga tidak terlalu suka bergosip. Buktinya, dia memilih bertanya ke ibunya dibanding bertanya ke wanita-wanita di sekelilingnya. Mungkin karena dia tahu hal itu akan jadi perbincangan hangat dan gosip liar kalau permintaanku aneh sedikit.
Aku duda, anak satu, ketahuan pula penyayang anak. Siapa yang tidak tahu berapa penghasilanku? Sudah pasti kalau kubuka lowongan calon istri, keempat sekretarisku akan berjajar di antrian pertama tanpa pakaian.
Aku bukannya sombong dengan kemampuanku, tapi yang terjadi berkali-kali mereka mencoba menggodaku. Sudah kuhardik, sudah kumaki, mereka malah semakin lengket.
Apa itu katanya... aku ini sigma male.
Apa sih itu? Ungkapan apa lagi itu?
Tidak berapa lama Altan mengirimiku pesan singkat, berisi daftar kebutuhan yang lebih sederhana dari yang tadi kuajukan. Aku setuju-setuju saja, karena yang memberi usul seorang ibu, dari anak yang berakhlak baik. Tentu saja aku approve. Dia bahkan memasukkan peralatan ibadah di sana. Kuakui aku memang jarang beribadah. Jadi kebutuhan itu terlewat dariku tadi.
Kuminta Altan membeli semuanya, kutransfer ia sejumlah uang.
Sekitar sejam kemudian, Altan mengabariku kalau ia sudah membeli semuanya. Ia minta izin untuk menggunakan sisanya untuk beli kopi kekinian yang harganya 100ribu.
“Pak, sisanya masih 5 juta, saya transfer kembali ke bapak 4.900.000 beserta nota belanja ya Pak. Haus banget Pak, belanja tuh buat saya capek rasanya, mendingan saya futsal seharian dah!” Kata Altan kemudian.
“Kamu transfer saya 4 juta saja, sisanya yang 900ribu untuk ibu kamu.” Balasku melalui pesan singkat.
Sekitar satu jam berikutnya, kulihat dari kamera, Kayla menghampiri pintu unit. Ia tampak ragu membukanya. Lalu Kayla menghampiri ponsel dan berbicara padaku.
“Anuu Pak, ada yang mencet bel.” Katanya melalui video Call.
“Coba tunjukkan ke saya melalui lubang intip.” Kataku.
Aku melihat Altan ada di balik pintu.
“Itu asisten saya, dia antar beberapa kebutuhan kamu sampai nanti malam. Termasuk makan kamu.” Kataku.
Kayla menaikkan alisnya, lalu meletakkan ponsel di kabinet samping pintu agar aku dapat melihat kegiatannya. Ia juga menarik stroller Aram agar berada di dekatnya.
“Ya Mas?” kudengar Kayla menyapa Altan.
Si Altan dasar kurang ajar... matanya langsung menatap ke arah dada Kayla.
“Buset.” Gumamnya. “Eh! Anuuu Bu! Saya disuruh Pak Zaki buat antar ini ke ibu.” Ia cepat menguasai dirinya, tapi tentu saja aku sebal dengan tingkahnya. Kok bisa ya dia terang-terangan melakukan itu ke Kayla. Wanita itu sampai agak membungkuk agar bentuk dadanya tidak terlalu kentara. Yang jelas saja hal itu gagal dilakukan. Dadanya memang sebesar itu.
“Kayla, ini Altan Asisten saya.” Aku mengenalkan mereka.
“Oooh asisten. Baik Pak. Salam kenal ya Mas Altan, saya Kayla.” Kayla tampak agak membungkuk menyambut Altan.
Seharusnya tak perlu. Dia kelewat baik sama orang.
“Saya ambil ya Mas paketnya. Terimakasih. Maaf merepotkan ya Mas.” Kata Kayla sambil menerima tas besar yang Altan bawa.
Setelah itu Kayla menuju ke arah kamar, tentunya dengan menarik stroller Aram.
Altan lalu menatapku yang sedang memicingkan mata ke arahnya dari VC.
“Pak... dapet dari mana yang begini? Manis banget Pak. Kayak boneka Tiongkok. Tapi nggak cocok sama tampang Arab bapak.” Bisiknya.
“Tiongkok matamu, dia dari Sukabumi!” desisku kesal. “Sejak kapan tampang Jawa Timur saya jadi Arab, hah?”
“Wah gila gila... ini spek khayangan Pak!” Altan sampai menggelengkan kepalanya.
“Dia babysitter Aram ya.” Desisku.
“Hah?!” seru Altan. “Babysitter Pak?! Bukannya pacar bapak?”
“Bukan.” Jawabku pendek.
“Jadi saya bisa-“
“Nggak bisa.” Jawabku cepat.
“Kan bukan punya bapak.”
“Ya punya saya lah, kan saya yang gaji. Kalau gara-gara kamu dia nggak fokus sama kerjaannya, awas kamu ya ganggu-ganggu dia!”
“Bapak kan sudah punya 4 sekretaris ,kasih yang ini buat saya kan harusnya nggak apa-apa-“
“Ya kamu ambil saja lah tuh 4 sekretaris. Saya sudah muak kalau mereka keganjenan!” seruku kesal.
Altan hanya terkekeh.
Beneran nih anak harus diajarin bertingkah laku.
“Ada apa ya Mas?’ Kayla datang menghampiri Altan. Mungkin karena mendengarku berteriak.
“Nggak apa-apa Bu, saya hanya... diomelin Pak Zaki sedikit.”
Aku tidak menanggapi, aku fokus menyetir mobil. Sedikit lagi sampai kantor, kalau ketemu akan kujewer telinganya!
Kayla tersenyum sambil menutup bibirnya, “Mas Altan, ya?” ia bertanya ke Altan.
“Ya Bu.”
“Altan itu artinya Fajar kalau dalam bahasa Turki. Maknanya cocok dengan Aram. Fenomena saat langit tidak gelap tapi tidak terang. Saat Fajar menyingsing, adalah saat hari yang baru dimulai, itu berarti masih ada harapan untuk hidup manusia menyambut kesempatan meraih berkahNya sehari lagi. Saya harap omelan Pak Boss tidak mempengaruhi semangatmu ya Mas Altan. Saya yakin beliau berbuat begitu karena ingin ada kebaikan dalam pekerjaan Mas Altan.”
Aku diam.
Altan sampai ternganga mendengarnya.
Wah.. quote of the day yang sangat menyentuh ya. Tapi Kayla betul sekali sih. Aku tidak asal marah ke Altan. Aku malah ingin dia bisa sukses di kemudian hari. Aku merasa ada harapan untuk jadi orang besar dalam diri Altan suatu hari nanti. Karena dia sudah memegang dua kunci penting kesuksesan. Yaitu ‘Kejujuran’ dan ‘bekerja keras’.
“Baik Bu!” seru Altan sambil menunduk. Ia meraih tangan Kayla dan menciumnya, seperti anak mencium tangan ibunya.
“Mulai sekarang, Bu Kayla adalah kakak saya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan nyuruh-nyuruh saya ya Bu! Walau pun saya nggak bisa ikutan jagain Aram, dia nangis terus kalau saya gendong. Tapi setidaknya, ibu butuh apa, nanti saya usahakan.”
Konyol sekali anak ini baru ketemu 10 menit udah kakak-adekan aja. Dasar modus!
maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,