NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6: Percikan Api dalam Gelap

Malam itu, angin berdesir lembut di antara pepohonan hutan yang lebat, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang melayu. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari malam biasanya—keheningan yang mencekam. Tidak ada suara burung malam, tidak ada gemerisik ranting di antara dedaunan. Seolah-olah alam pun menahan napas, menanti sesuatu yang besar akan terjadi.

Mira melangkah pelan di antara pepohonan besar yang menjulang tinggi, setiap langkahnya terasa lebih berat, seperti ada kekuatan tak kasat mata yang menariknya semakin dalam ke hutan. Kegelapan di sekelilingnya tidak membuatnya gentar. Mata Mira, yang sudah terbiasa dengan cahaya rembulan yang remang-remang, dapat menangkap bayangan-bayangan di antara pepohonan, melihat setiap gerakan sekecil apa pun.

Namun, kali ini bukan hanya kegelapan yang membuatnya merasa tertekan. Ada sesuatu yang lain. Energi yang ia rasakan semakin kuat, seperti aliran magnet yang memaksanya terus maju, menariknya ke sebuah tempat yang belum pernah ia datangi. Suasana aneh ini semakin mendorong naluri Mira untuk waspada, tapi entah kenapa ia tidak bisa berhenti. Setiap langkah seolah bukan lagi pilihannya.

Tiba-tiba, di kejauhan, Mira melihat sesuatu yang membuatnya berhenti. Di antara pepohonan yang rimbun, ada cahaya kecil yang memancar—seperti api yang menyala, tapi terlalu terang untuk api biasa. Nalurinya mengatakan untuk berhati-hati, namun rasa penasaran yang terus menguasainya membuatnya melangkah lebih dekat.

Api itu tampak tidak seperti api pada umumnya. Nyala apinya tidak membakar pohon atau ranting di sekitarnya, melainkan berkobar dengan tenang di tengah tanah yang basah. Warna apinya bukan merah oranye biasa, melainkan berkilauan dengan semburat ungu dan biru, seolah ada sesuatu yang magis di dalamnya. Dada Mira berdegup kencang saat ia merasa seolah api itu "memanggilnya"—membangkitkan sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Sesuatu yang ia belum sepenuhnya pahami.

Ketika ia mendekat, langkahnya tiba-tiba terhenti oleh suara langkah kaki dari belakangnya. Mira langsung berbalik, tubuhnya tegang, siap untuk menghadapi apapun yang datang. Namun, ia tidak siap untuk melihat siapa yang muncul dari balik bayangan.

"Evano?" Mira berbisik, suaranya hampir tertelan oleh keheningan malam.

Evano berdiri di sana, tampak seperti bagian dari kegelapan yang mengelilingi mereka. Tubuhnya yang tegap dan berbalut pakaian hitam hampir menyatu dengan malam, namun matanya yang kelam memancarkan cahaya yang menakutkan. Di bawah sinar bulan yang temaram, wajahnya sulit untuk dibaca—emosi apapun yang ia rasakan tersembunyi di balik topeng dinginnya.

"Kamu tidak seharusnya di sini, Mira," suaranya datar, tapi ada nada peringatan yang tidak bisa disembunyikan.

Mira tidak mundur. "Aku bisa bilang hal yang sama padamu. Apa yang kamu lakukan di sini?"

Evano tidak langsung menjawab. Matanya melirik ke arah api aneh itu, sebelum kembali menatap Mira. Ia kemudian melangkah maju, melewati Mira, dan mendekati nyala api yang berkobar. Saat ia mendekat, sesuatu yang menakutkan terjadi—api itu semakin membesar, berkobar dengan kekuatan yang tidak wajar. Tetapi, anehnya, api itu tidak menyentuh apa pun di sekitarnya. Seperti terkendali oleh kekuatan yang tidak bisa dijelaskan.

Mira menahan napas, matanya terpaku pada api dan Evano. Ia tahu ada sesuatu yang aneh dengan api itu sejak awal, tetapi melihat Evano di sana—berdiri begitu dekat dan seolah-olah memiliki kendali atas api itu—membuatnya semakin bingung.

"Evano, apa yang sedang terjadi?" tanya Mira dengan nada yang bergetar, antara ketakutan dan kebingungan.

Evano masih tidak menjawab. Tangan kanannya terulur ke arah api, seolah memanggilnya. Dan seperti merespons, api itu bergerak, mengikutinya, membesar, namun tetap tidak membakar apa pun di sekitarnya.

"Aku tahu kau punya banyak pertanyaan, Mira," Evano akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh dengan ketegangan yang terkendali. "Tapi ini bukan tempat untuk penjelasan panjang. Kau hanya perlu tahu bahwa malam ini, kekuatan kita—kekuatanmu—sedang dibangkitkan."

Mira mengerutkan kening. "Kekuatan kita? Maksudmu… Phoenix dan vampir?"

Evano mengangguk, perlahan menurunkan tangannya dari api yang masih menyala. "Benar. Keduanya lebih terhubung daripada yang bisa kau bayangkan. Kekuatan kita bukan hanya berasal dari garis keturunan, tetapi dari ikatan yang lebih dalam dengan alam dan energi di sekitar kita. Tapi, Mira…"

Evano berhenti, tatapannya semakin serius. "Jika kita tidak berhati-hati, kekuatan ini bisa menghancurkan kita semua."

Mira terdiam, merasakan ketegangan semakin menguasainya. Ia tahu sejak awal bahwa dirinya berbeda—bahwa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya sejak ia bisa mengendalikan api. Namun, mendengar Evano berbicara tentang kekuatan ini dengan begitu tegas membuatnya sadar bahwa ia baru menyentuh permukaan dari sesuatu yang jauh lebih besar.

"Dan apa maksudmu dengan 'kita'?" Mira bertanya, matanya menatap Evano dengan cemas. "Kamu terus bilang kekuatan kita. Apa hubungannya kekuatan vampir dengan aku?"

Evano mendekat, matanya menatap Mira dengan intensitas yang membuatnya sulit bernapas. "Kau bukan hanya keturunan Phoenix, Mira. Ada sesuatu yang lain di dalam darahmu. Sesuatu yang lebih gelap… lebih dalam. Dan itu berasal dari masa lalu keluargamu yang tidak pernah kau ketahui."

Mira terperangah. "Apa maksudmu?"

Evano menghela napas, tatapannya berubah lembut untuk sesaat. "Darahmu bukan hanya milik Phoenix, Mira. Keluargamu terikat dengan dunia vampir jauh sebelum kau lahir. Kau memiliki dua warisan yang saling bertentangan, tapi juga saling melengkapi. Itulah kenapa kekuatanmu begitu unik—dan berbahaya."

Dunia Mira seolah berputar. Selama ini, ia mengira bahwa warisan Phoenix yang mengalir dalam dirinya sudah cukup sulit untuk dipahami. Namun sekarang, mendengar bahwa ada hubungan dengan vampir, membuatnya merasa terperangkap dalam teka-teki yang lebih rumit dari yang ia kira. Kepalanya berdenyut saat ia mencoba memahami informasi baru ini.

"Aku tidak mengerti..." bisik Mira. "Bagaimana bisa keluargaku terhubung dengan vampir? Itu mustahil."

Evano tidak menunjukkan tanda-tanda kejutan atau keraguan. "Semua sudah diatur sejak lama, Mira. Ada alasan mengapa dua dunia ini—Phoenix dan vampir—saling berbenturan. Kau adalah kunci dari pertarungan yang sudah berlangsung selama berabad-abad."

Mira merasakan hawa dingin di punggungnya, tapi bukan karena udara malam. Ada sesuatu yang lebih menakutkan di balik kata-kata Evano, sesuatu yang membuat darahnya berdesir. "Dan apa yang terjadi jika aku tidak ingin menjadi bagian dari semua ini?"

Evano menatapnya lama, sebelum akhirnya berbicara dengan nada pelan tapi penuh ketegasan. "Kau tidak punya pilihan, Mira. Takdir ini sudah ada di dalam darahmu, sejak lahir. Kekuatan ini akan muncul, apakah kau siap atau tidak. Dan jika kau tidak belajar mengendalikannya, kekuatan itu akan mengendalikanmu."

Mira menelan ludah, perasaan campur aduk antara ketakutan, kebingungan, dan kemarahan berkecamuk di dalam dirinya. Ia menatap api yang masih berkobar, merasa seolah-olah hidupnya sedang dibakar oleh takdir yang tidak pernah ia pilih.

"Tapi aku tidak mau, Evano. Aku tidak pernah meminta ini!" suaranya hampir pecah saat ia mengungkapkan ketakutan terdalamnya.

Evano mendekat dan meletakkan tangannya di pundak Mira, tatapannya penuh empati meski tetap dingin. "Kita jarang mendapatkan pilihan dalam hidup, Mira. Tapi kita selalu bisa memilih bagaimana kita menghadapi takdir itu. Kau bisa lari, atau kau bisa bertarung."

Mira menundukkan kepalanya, merenungi kata-kata Evano. Malam itu, kegelapan semakin pekat di sekeliling mereka, tetapi api yang berkobar di hadapan mereka terasa seperti simbol dari pertarungan besar yang akan datang—sesuatu yang tak bisa dihindari.

Dan Mira tahu, ia harus memilih.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!