Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Sudah terlambat
"Kamu pasti bercanda.Iya, kan,Rum?"Gerry menganggap kalimat cerai yang di lontarkan Arumi hanya lelucon semata.
"Salah besar jika Mas berpikir seperti itu.Apa dengan menyakiti aku? Apa itu bercanda? Tentu saja tidak,Mas! Setiap goresan tangan kamu itu masih membekas sampai sekarang! Hati aku terluka dan menderita selama ini.Apa kamu peduli? Tidak!Sudah cukup aku bertahan lima tahun belakangan ini,sekarang tidak lagi!" ungkap kekesalan Arumi yang selama ini di pendam sendiri.
Gerry meraih tangan Arumi berharap hati istrinya luluh." Sayang,aku sangat mencintai kamu.Aku tidak ingin kehilangan kamu apalagi bercerai. Aku janji, akan berubah menjadi suami yang baik dan ayah yang baik untuk Aqilah." Gerry mencoba membujuk Arumi.
Tetapi hal itu tidak membuat hati Arumi goyah dengan keputusan yang sudah di ambil untuk bercerai hingga menepis tangan Gerry.
" Maaf,Mas.Sudah terlambat.Kamu tidak bisa lagi menyatukan serpihan kaca itu seperti semula.Begitu juga dengan hubungan pernikahan kita tidak bisa lagi di satukan kembali.Sekarang juga angkat kaki dari rumah ini! Bawa ibu kamu pergi dari sini!" usir Arumi dengan tegas.
Ya sebelumnya, Arumi tinggal di rumah kontrakan bersama suami dan ibu mertuanya.Namun berjalannya waktu, dia bisa mengumpulkan pundi rupiah dari hasil jerih payah sendiri sebagai sekretaris.Hingga wanita itu bisa membeli rumah dua petak untuk di tempati tanpa harus membayar lagi sewa kontrakan.
Mendengar hal itu,Sarita naik pitam.Dia tidak terima apa yang di katakan menantunya.
" Enak aja mau mengusir aku dari sini!Apa kamu pikir pertolongan Gerry gratis, apa? Tentu saja tidak! Kamu harus membayarnya dengan memberikan rumah ini pada kami,"ungkit Sarita apa yang di lakukan Gerry untuk Arumi." Seharusnya yang angkat kaki dari rumah ini yaitu kamu Arumi.Bukan kami.Iya,kan,Ger?"
" Iya benar banget,Bu.Tidak ada yang gratis di dunia ini.Jika dia ingin tinggal di rumah ini, dia harus tetap bersamaku.Bagaimana?"Gerry masih berharap hubungan pernikahannya dengan Arumi masih bisa dipertahankan.
" Kalian benar licik! Aku tidak ridho kalian menempati rumah ini.Tapi silakan tempati rumah ini!Biar aku yang pergi, aku tidak ingin berada di keluarga toxic seperti kalian ini.Ayo, Aqilah sayang kita pergi dari sini!" Arumi mengajak Aqilah pergi dari rumah tersebut.
Namun sebelum pergi , Arumi mengambil beberapa pakaian di lemari termasuk pakaian Aqilah lalu di simpan di dalam tas jinjing.Setelah itu, dia keluar dari rumah bersama Aqilah.
Gerry mendengus kesal melihat kepergian Arumi." Arumi benar pergi, Bu.Tidak ada lagi yang akan menghasilkan uang untuk kita berdua."
"Biarkan saja dia pergi merasakan susahnya di luar sana tanpa tempat tinggal.lihat saja nanti, dia akan kembali!Masalah siapa yang menghasilkan uang, tentu saja kamu ,Ger! Ibu tidak bisa lagi bekerja seperti dulu lagi karena ibu sudah tua.Jadi mulai besok kamu harus cari kerjaan!" ucap Sarita dengan menepuk pundak Gerry.
"Tapi, kerja apa ,Bu?"
" Terserah kerja apa saja yang penting menghasilkan uang," sahut Sarita lalu pergi dari hadapan Gerry.
++++++
Sementara Aleta mengurung diri di kamar.Dia tidak terima mendapatkan bentakan dari suaminya.
Tetapi Irawan bukan suami yang pantang menyerah untuk membujuk istrinya yang lagi ngambek di kamar.
"Mami yang cantik jelita, sayangnya Papi.Ayo keluar dari kamar,kita makan!" bujuk Irawan dengan begitu lembut yang nampak berdiri di depan pintu kamar istrinya.
"Aku tahu kok maksud pujian,Papi.Supaya Mami keluar dari kamar.Iya,kan Pi? Tapi itu tidak mempan sama sekali,Pi.Karena Mami akan keluar jika Papi mengizinkan Mami bertemu dengan Arumi," tegas Aleta di dalam kamar.
Mau tidak mau, Irawan harus menuruti keinginan istrinya yang lagi ngambek."Okey....Mami boleh menemuinya.Sekarang Mami keluar!"
Dengan berat hati Irawan membiarkan istrinya bertemu dengan putrinya walaupun sebenarnya tidak menginginkan hal itu.
"Yes... tidak sia-sia juga aku mengurung diri di kamar, akhirnya Papi setuju aku menemui Arumi," ucap Aleta sambil tersenyum sumringah.
Kemudian Aleta beranjak dari tempat tidur lalu berjalan ke arah pintu lalu membukanya.Setelah itu,memeluk suaminya yang berdiri di depan pintu.
" Terima kasih ya,Pi.Mami tidak sabar lagi bertemu dengan Arumi lalu mengajak dia pulang untuk tinggal di rumah ini." Aleta berharap putrinya bisa pulang dan tinggal bersama dengan mereka lagi seperti dulu.
Mendengar hal itu,Irawan segera menipis tubuh istrinya.Dia membiarkan Aleta bertemu dengan Arumi bukan berarti dia setuju jika putrinya kembali ke rumah.Ternyata Aleta sudah salah paham.
"Aku mengizinkan Mami bertemu dengan Arumi.Bukan berarti anak itu boleh tinggal di rumah ini.Aku harap, Mami bisa mengerti apa yang Papi katakan," ucap Irawan dengan memberikan pemahaman pada istrinya.
Sebenarnya Aleta paham apa yang di rasakan suaminya saat ini yang masih kecewa terhadap Arumi, begitu juga dengan dirinya.Tapi, sebagai seorang ibu yang memiliki ikatan batin yang begitu kuat dengan Arumi.Dia tidak bisa menahan diri lagi memendam rasa rindu yang begitu mendalam terhadap Arumi.
"Jika itu yang papi inginkan.Mami tidak akan mengajak Arumi tinggal di rumah ini.Tapi, biarkan Mami menemuinya besok."
"Emang Mami tahu keberadaan Arumi di mana?"
"Tidak,Pi."
"Yah...bagaimana Mami ingin menemui Arumi? Keberadaan dia saja tidak tahu."
Aleta sampai menghembuskan nafas berat karena usahanya gagal untuk menemui Arumi.Dia tidak tahu menahu keberadaan putrinya sekarang ada dimana.
****
" Hufff...Aqilah apek, Bunda," rengek Aqilah.
Sejak keluar dari rumah, Arumi berjalan kaki bersama Aqilah hingga anak kecil itu tidak sanggup lagi untuk berjalan kaki.
"Sabar ya sayang! Sebentar lagi kita sampai di halte di depan sana.Jika Aqilah tidak kuat.Sini Bunda gendong!"
Aqilah menggelengkan kepala."Jangan Bunda! Aqilah Idak ingin ngerepotin Bunda,"celoteh Aqilah.
Kemudian wanita itu jongkok, di hadapan Aqilah atas perkataan putrinya membuat dia terharu.
"Kamu tidak ngerepotin Bunda kok sayang.Justru Bunda yang sudah membuat kamu menderita," ucapnya lirih dengan meneteskan air mata.
Tetapi, Aqilah tidak tega melihat bundanya menangis hingga menghapus setiap tetesan air mata yang membasahi pipi bundanya.
"Jangan nangis, Bunda! lihat Aqilah saja idak nangis.Bunda payah, alah sama anak kecil,"ucap Aqilah sambil tertawa.
Arumi yang tadinya sedih ,ikut tertawa melihat tingkah lucu putrinya.Namun, segera memudar saat Aqilah berlari di tengah jalan menghampiri anak kucing dengan mobil yang berlalu lalang di jalan.
"AQILAH! AWAS....!!!"
Arumi berteriak saat melihat mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah Aqilah.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..