Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sumpah Jian Ying
Brug....
Jian Ying menjatuhkan dirinya setelah Kaisar keluar dari kamarnya, lututnya terasa lemas dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Air mata yang sudah sejak tadi ia tahan pun perlahan-lahan mulai membasahi pipinya.
Untuk pertama kalinya Jian Ying akhirnya berhadapan langsung dengan Kaisar semenjak dia kembali terlempar ke masa lalu.
Berhadapan dengan orang yang ia cintai sekaligus orang yang membu-nuhnya di masa depan tentu saja tidak mudah bagi Jian Ying.
Dalam dadanya yang masih menyimpan cinta namun sebagian besar telah berubah menjadi benci itu tentu saja terasa menyesakkan.
Jian Ying merasa kesakitan ketika harus menahan semua rasa sakitnya seorang diri. Pria yang baru saja keluar dari kamarnya itu memiliki wajah bak dewa namun sifatnya melebihi iblis yang sangat keji.
Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu menepuk-nepuk dadanya terasa sesak dan begitu sulit untuk digunakan bernafas.
"Bodohnya aku karena mencintai iblis macam dirinya! Sampai tujuh kehidupan selanjutnya pun aku tidak akan pernah memaafkan mu!! Aku bersumpah!!!"
Sorot mata Jian Ying memancarkan kekecewaan, kekalahan, kemarahan dan kebencian yang begitu mendalam.
(Ngeri kalai sumpah Jian Ying ini..😭😭😭)
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Pagi harinya Jian Ying harus kembali berhadapan dengan salah satu penghuni Istana yang tak menyukainya selain Kaisar. Sekarang Ibu mertuanya yang duduk dengan anggun di hadapannya. Entah angin apa yang membawa Ibu Suri yang begitu membencinya datang ke kediamannya.
"Hamba sangat merasa terhormat karena Ibu Suri bersedia datang menemui Hamba" Jian Ying menampakkan senyum tipisnya. Terlihat tenang dan tak tersulut amarah seperti biasanya.
"Aku hanya ingin melihat keadaan menantuku sekaligus Permaisuri Kerajaan kita ini. Maafkan Aku karena baru bisa melihatmu hari ini"
Ibu Surinya itu memang terlihat anggun namun sering kali mengeluarkan kata-katanya yang pedas dan menusuk.
"Tentu tidak masalah Ibu Suri. Saya justru sangat berterimakasih. Ibu Suri pasti penasaran dan ingin melihat sendiri apakah benar saya masih hidup dan baik-baik saja"
"Ternyata Permaisuriku ini sangatlah pintar"
"Saya justru senang kalau ada yang membenci secara terang-terangan seperti Ibu Suri, daripada terlihat baik di luar namun di dalamnya ternyata begitu busuk. Tentu itu lebih berbahaya, benarkah begitu Ibu Suri?"
Yu Wen justru tersenyum tipis karena keberanian Jian Ying saat ini. Sekarang Yu Wen sudah melihatnya sendiri, perubahan apa yang ada pada diri wanita di depannya itu.
"Sepertinya apa yang di katakan orang-orang tentang dirimu yang sekarang itu benar adanya"
"Memang apa yang mereka katakan Ibu Suri? Bukankah mereka hanya mengatakan keburukan saya? Ah tidak, mereka memang benar kalau saya hanya mempunyai sisi buruk dalam hidup ini"
Apa yang Jian Ying ucapkan justru semakin menarik bibir Yu Wen untuk tersenyum sinis. Entah karena dia mengejek Jian Ying yang justru terlihat memperihatinkan, atau ada maksud lain dari senyuman itu.
"Aku cukup senang karena kau menunjukkan sisi dirimu yang lain Permaisuri. Tapi aku sarankan, jangan terlalu hanyut dalam peranmu, kalau kau tidak bisa berenang, maka kau akan tenggelam, diam dan mengikuti arus adalah pilihan yang tepat"
"Terimakasih atas perhatiannya Ibu Suri, Hamba akan selalu mengingatnya"
Yu Wen kembali tersenyum sinis karena dia tau Jian Ying hanya mengeluarkan sarkasnya saja.
Perjamuan makan malam telah tiba. Perjamuan yang wajib di adakan setiap malam bulan purnama sejak jaman leluhur Kerajaan Han, jadi perjamuan ini termasuk acara penting yang wajib di hadiri oleh seluruh anggota Kerajaan baik yang bertugas di dalam maupun di luar Istana.
Perjamuan itu di adakan di depan aula kerajaan yang telah di siapkan sedemikian rupa dengan puluhan singgasana untuk para petinggi Kerajaan.
Tak seperti dulu yang selalu bersemangat untuk menghadiri apapun acara penting yang bersangkutan dengan Kaisar, Jian Ying justru memilih datang paling terakhir. Dia sengaja melakukan itu karena dia tak mau berbasa-basi dengan yang lain sembari menunggu tamu-tamu yang belum datang.
Jian Ying datang mengenakan hanfu berwarna merah yang serasi dengan Sang Kaisar, dia mengenakan itu bukan karena ingin, tapi karena terpaksa.
Jian Ying berjalan dengan tenang menuju kursinya yang selalu ada di sisi kanan Kaisar. Tatapannya yang datar serta wajahnya yang tenang tanpa ekspresi itu mengudang bisik-bisik semua orang yang ada di sana.
Bukan hanya itu, tapi penampilan sederhana Jian Ying tanpa mengenakan hiasan kepalanya juga tanpa tusuk konde burung Phoenix yang khusus untuk permaisuri tentu semakin menarik perhatian.
Tak heran karena dilepasnya tusuk konde oleh seorang Permaisuri menandakan bahwa Permaisuri itu siap melepaskan gelarnya.
Jian Ying semakin dekat pada Kaisar. Hanya tinggal beberapa langkah saja hingga ada hal membuatnya berhenti.
Di sana, di kursinya tempat singgasana yang seharusnya menjadi miliknya telah ditempati seseorang.
Tak lain tak bukan, orang itu adalah Li Mei, Selir yang sangat dicintai oleh Kaisar. Wanita yang di jadikan selir oleh Kaisar berselang satu purnama pernikahannya dengan Jian Ying.
"Sungguh mengenaskan" Batin Jian Ying ketika mengingat masa itu.
Mungkin jika Jian Ying yang dulu, dia akan menghampiri Li Mei, menjambak rambutnya dan mendorong wanita itu hingga tersungkur untuk meminta maaf padanya.
"Kaisar, biarkan aku duduk di kursiku sendiri"
"Tidak Li Mei, kau tetap duduk di situ!"
Li Mei sudah sangat ketakutan dengan tatapan Jian Ying yang lurus kearahnya. Tapi mau bagaimana lagi, Kaisar yang memintanya duduk di sana. Dia juga tidak berani menentang permintaan Kaisar.
Tapi kali ini berbeda, Jian Ying bukanlah wanita arogan dan keras kepala seperti dulu. Dia tak peduli lagi kalau Li Mei akan mengambil semua yang menjadi miliknya.
Alih-alih merebut singgasananya, Jian Ying malah berjalan ke arah kursi yang masih kosong. Kursi yang biasanya ditempati oleh Li Mei.
Suara bisikan semakin terdengar dengan jelas di telinga Jian Ying saat ini. Mereka pasti sedang menertawakan Jian Ying yang telah kalah telak dari seorang Selir.
Sikapnya yang tak peduli itu mendapat tatapan tajam dari Kaisar. Lagi-lagi dia merasa kalau Jian Ying sedang merencanakan sesuatu di balik sikap anehnya itu.
Tatapan mata Kaisar juga tertuju pada rambut Jian Ying yang di sanggul tanpa ada hiasan sedikitpun yang dikenakannya. Jian Ying hanya memakai sebuah gelang giok berwarna hijau pemberian Ibu Suri Agung.
Acara perjamuan itu berjalan dengan lancar tanpa ada drama yang diciptakan oleh Jian Ying seperti bulan-bulan sebelumnya.
Biasanya Jian Ying akan menarik perhatian Kaisar dengan memancing amarah Li Mei dengan sengaja menghina Li Mei di depan banyak orang.
Tapi kali ini, Jian Ying justru memilih undur dulu terlebih dahulu di saat mereka semua masih menikmati hiburan yang disuguhkan oleh pekerja seni Kerajaan.
(Jain Ying ini definisi datang belakangan pulang duluan ygy😂😂)
Kepergian Jian Ying yang tanpa pamit sedikitpun membuat Kaisar menatap lurus pada punggung berambut panjang yang mulai menjauh itu.
"Permaisuri, apa Permaisuri tidak sadar kalau sejak tadi Kaisar terus menatap ke arah Permaisuri?"
Shuwan memang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Sang Kaisar yang berkali-kali tertangkap basah menatap ke arah Jian Ying yang tampak tak peduli.
"Aku tau Shuwan. Tapi cara yang paling mudah ketika seseorang ingin melupakan cintanya adalah dengan cara mengabaikannya"
terimakasih atas karya nya kak, terimakasih jg sdh buat aq tertarik baca kisah seperti ini karena jujur ini pertama kali nya aq baca novel dgn alur cerita kerajaan 🥰🥰🥰
ganteng bgtttt. lebih cocok d gombalin sih ini thorrr🤣🤣🤣😅😅😅
a Ying biadab