NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH SEMBILAN

Langkah kaki Gala terlihat begitu tegas dan penuh semangat, terlihat dari cara Gala saat menerima telepon masuk entah dari siapa.

Nara yang sedari tadi menguntit sang suami, tampak mengatur napasnya yang terengah-engah, jantungnya berdebar kencang saat dia melihat mobil Gala berhenti di depan sebuah rumah yang terletak di sebelah pondok  pesantren tua di Semarang.

Dengan hati yang diliputi kecemasan, dia meminta sopir taksi online untuk menunggu sebentar. "Pak stop di sini, tunggu saya sebentar," ucapnya dengan suara yang tergesa-gesa.Sopir itu mengangguk paham, "Siap Mbak," jawabnya singkat.

Nara segera melompat keluar dari mobil dan bersembunyi di balik taman rumah yang Gala kunjungi, matanya tidak lepas dari pintu rumah tersebut.Dari jarak yang tak begitu jauh, Nara melihat Gala keluar dari mobil dan dengan langkah yang pasti, berjalan menuju pintu rumah tersebut.

Tak lama, seorang wanita cantik  dengan hijab syar'i menyambutnya dengan senyum lebar, dan tak hanya itu, wanita itu bahkan mencium tangan Gala dengan takzim.

Yang dibalas Gala dengan mengelus kepala wanita itu dengan penuh kasih sayang.

Nara terus mengawasi kedekatan mereka, yang tampak seolah tanpa jarak. Dengan manja wanita tersebut bergelayut di lengan Gala. "Apa itu istri Prof Gala? Ataukah dia ratu yang menguasai hati Prof Gala, selama ini?" Nara merenung dalam kebimbangan dengan  rasa yang sulit untuk diungkapkan.

Nara merogoh tasnya lalu menghubungi nomor Gala,Nara ingin tahu reaksi suaminya.Nara tersenyum kecut, saat Gala  hanya melihat layar ponselnya yang menyala.

"Siapa Mas? Kenapa gak diangkat?" tanya Wanita itu cukup jelas dipendengaran Nara.

Gala tak menjawab, pria berhidung mancung itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan  wanita ayu di sebelahnya. Lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Kenapa gak diangkat?"

"Sengaja" sahut Gala sambil tertawa.

Kening wanita itu berkerut lalu mencubit pipi Gala.

"Dasar kamu tu Mas, seneng bikin orang penasaran" sahut Wanita itu begitu akrab.

Tubuh Nara bergetar menyaksikan semua itu,serasa tak sanggup menahan bobot tubuhnya. Nara memejamkan matanya, saat  melihat Gala menutup pintu rumah wanita itu dengan pelan.

Nara tersenyum getir, meredam rasa sakit yang membara di dalam dada. Dengan penuh kesadaran akan pernikahannya yang rapuh dan tanpa sandaran hukum, dia memilih untuk tidak mengungkit atau menuduh suaminya dengan wanita itu. Meski hatinya remuk, Nara berusaha tegar, menyimpan derita yang hanya dia yang tahu.

Nara membalik badan, lalu masuk ke mobil."Ayo Pak, kita pulang," pinta Nara pada sopir taxi. Pak sopir pun kembali mengikuti intruksi dari Nara. Nara membeku duduk di kursi penumpang.

Dia menggigit bibirnya keras-keras, mencoba menahan air mata yang siap tumpah. Emosi bercampur aduk dalam dada Nara, antara marah, kecewa, dan sakit.

Bayangan Gala dan wanita itu menghantui pikiran Nara,seakan apa yang Gala lakukan itu, tidak ada yang salah dengan dunia ini.

Nara tersenyum getir, terhimpit sesak akan  realita pahit. Sketsa harapan nyaris lebur tak teratur. Mewajarkan deru tangis sang akan pecah.

Nara menatap langit biru yang seakan sedang menatapnya dengan sendu.Tak ada teriakan yang menggelegar. Namun cakrawala seakan  sedang bersaksi, atas apa yang Nara rasakan saat ini.

Di perjalanan pulang yang sunyi, Nara berjuang keras menekan nomor Bara. Tak lama, suara sang kakak menyambut dari kejauhan.

 "Iya, Dek. Tumben kamu telepon," ucap Bara, suaranya seperti ejekan, karena sejak menikah Nara tak menghubungi kakaknya.

"Apakah salah jika adikmu yang cantik jelita ini merindukanmu, Mas?" Nara mencoba bertahan dengan nada candaan.

"Tentu tidak Dek. Tapi mengapa tiba-tiba kamu, hubungi Mas? " Bara bertanya, kekhawatiran mulai terasa dalam nada suaranya.

"Hmm..." Nara menggumam pelan, mempersiapkan diri.

"Ada apa, Dek?" tanya Bara, serius.

"Mas, dulu... apakah Prof Gala dekat dengan wanita lain, selain aku?" tanya Nara, suaranya mencoba menyembunyikan getaran dalam suaranya.

Bara terdiam sejenak, seakan memilah kata-kata. "Setahu Mas, tidak ada, Dek. Mengapa kamu tiba-tiba menanyakan ini? Ada yang mengganggumu?" Nara tidak langsung menjawab. Dia merasakan hatinya seperti diremas-remas.

"Kamu yakin, Mas? Apa Prof Gala tak memiliki teman dekat perempuan semasa SMA? Kamu tidak tahu? Ata memang kamu tak pernah tahu,Mas?" Desakan dalam suara Nara terasa semakin tegas, seolah berusaha menggali kebenaran yang tersembunyi.

"Iya, mas yakin seyakin-yakinnya," Bara meyakin kan adik kesayangannya dengan penuh keyakinan. "Setahu mas, suamimu itu bukan tipe orang yang suka bergaul dengan banyak orang. Dia hanya dekat dengan orang-orang yang menurutnya penting dalam hidupnya, apalagi kalau itu perempuan."

Nara mengerutkan kening, mencoba mencerna kata-kata Mas Baranya. Apa maksudnya? Aku tahu Prof Gala cukup pendiam, tapi ucapan Mas Bara seolah menegaskan sesuatu yang mengganggu pikiranku. "Kenapa hanya orang penting? Dan kenapa ini tentang teman perempuan?" pikir Nara dalam hati.

Nara pun menyimpulkan, ada bagian dari ucapan Bara yang terasa benar, tapi ada juga yang membuat Nara semakin tidak tenang. Apakah Nara yang salah menilai ucapan Bara? Atau Bara hanya menduga-duga? Nara benar-benar tidak tahu harus memihak pada pemikiran yang mana.

"Jika begitu, wanita itu memang penting bagi Prof Gala? Dia pasti wanita spesial bagi Prof Gala," Nara menelan ludah dengan gugup, hatinya berdebar semakin kencang.

Kegelapan malam makin merajalela, membisikkan kegelisahan yang mencekam jiwa. Keputusan berat terpahat di benak Nara—malam ini, dia harus mencari ketenangan sejenak. 

"Pak, ke bar terdekat, ya," ujar Nara kepada sopir. Langkahnya gontai menuju bar yang dipenuhi deru musik dan cahaya redup. Sambil menyeruput minuman yang ia harap bisa meredam gelora hatinya, Nara terhanyut dalam lamunannya di meja bar.

Pukul satu dini hari. Di lain sisi, Gala yang baru saja pulang merasa gelisah tidak mendapati Nara di kamar mereka. "Di mana dia?" desahnya, diliputi kekhawatiran yang mendalam. 

Secepat kilat, dia menghubungi nomor Nara. "Halooo..." suara Nara yang tidak jelas terdengar, penuh dengan pengaruh alkohol yang menusuk hati Gala.

"Astaghfirullah, dia pasti di bar lagi!" geram Gala, hatinya seperti dicabik-cabik kecewa. Mendadak, Gala berlari kencang menuju lantai dasar, dan pergi ke bar tempat Nara mungkin berada. Nafasnya tersengal, dahinya berkerut ketika matanya menangkap sosok istrinya yang sempoyongan, dengan segelas minuman di tangannya.

Tanpa berkata apa-apa, dengan cemas dan geram, Gala langsung menggendong Nara, membawanya ke mobil dengan langkah cepat yang dipenuhi rasa frustrasi dan kecemasan yang memuncak.

Di sepanjang jalan yang sunyi, Nara meracau tanpa henti, air mata mengalir deras ditengah racaunya.

"Kenapa kau memaksa diri menikahiku, Prof? Coba katakan, apa tujuanmu menikahiku, heeem..." Suaranya terdengar terbata-bata di barengi dengan tawa yang terdengar kacau. 

"Ah, wajahmu... begitu lucu saat kau bingung," ucapnya dengan tawa yang pahit, sambil air matanya jatuh seperti hujan. "Tunggu... aku tahu..." Nara tiba-tiba menarik kerah kemeja Gala dengan gemetar, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Gala, mata mereka bertemu dalam keputusasaan.

"Kamu pasti...sedang mencoba memahami ucapanku, bukan?" Gala, yang terus fokus pada kemudi, hanya bisa mengeluh pasrah.

"Nara, saya sedang nyetir. Tolong tenang," kata Gala mencoba menenangkan. Nara tersenyum sinis, mata merahnya berkaca-kaca.

"Tenang... Ya, aku harus tenang..." Suara Nara bergema hampa dalam mobil mewah yang dingin. "Aku tak boleh marah... karena kau, suamiku... ya... suamiku." Sarkasme tajam terpancar dari setiap kata yang Nara lontarkan.

Menciptakan suara luka yang mengoyak keheningan malam mereka.

Tawa pahitnya meluapkan segala kepiluan yang terpendam dalam dada Nara. Gala terdiam, tenggelam dalam kebingungan yang pekat. Kata-kata Nara yang beracun dalam keadaan mabuknya menjadi teka-teki yang menyiksa pikirannya.

"Kenapa dia bertindak sembrono seperti ini? Dan apa yang sebenarnya membuat air mata itu meluncur di pipinya?" Gala terpaku, menatap wajah Nara yang terdistorsi oleh fakta jika suaminya menemui wanita lain,tanpa sepengetahuannya.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!