Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha
Melihat keadaan ayah dan ibunya yang terbawa emosi membuat Mutia merasa bersalah dan tidak enak. Mutia pun meminta maaf pada keduanya dan mengatakan bahwa ia tidak tahu kenapa Luluk tiba-tiba bisa datang kemudian berbuat ulah seperti tadi.
"Kok malah kamu yang meminta maaf? Kalau ada orang yang harusnya meminta maaf pada kita ya jelas orang itu. Orang itu sudah menebar fitnah pada kamu," terang Leha.
"Tapi kan sekarang Ayah dan Ibu jadi kena imbasnya."
"Kami itu nggak marah sama kamu, kami itu marah sama mamanya Dito yang sudah seenaknya menuduh kamu," terang Ahmad.
"Maafkan Mutia," isak Mutia.
Leha dan Ahmaf kemudian memeluk putri mereka dan berusaha menenangkannya, saat ini yang paling dibutuhkan oleh Mutia adalah ketenangan batin dan oleh sebab itu, kedua orang tuanya berusaha semaksimal mungkin memberikan itu pada Mutia.
"Sudah, kamu jangan pikirkan lagi apa yang dikatakan oleh wanita itu. Semua yang dikatakan olehnya jelas tidak benar."
Mutia menganggukan kepalanya, ia sangat merasa bersyukur karena punya ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayangi dia seperti ini.
"Terima kasih karena Ayah dan Ibu selalu ada buat aku," isak Mutia.
"Tentu saja kami akan selalu ada buat kamu, kamu adalah anak kami. Mustahil kalau kami nggak sayang sama kamu."
Ucapan lembut dari Ahmad barusan nyatanya membuat Mutia sangat tersentuh bukan main. Ia memeluk kedua orang tuanya dengan erat dan kemudian mereka berpelukan erat seolah tidak mau berpisah untuk selamanya.
****
Dito lega saat tahu bahwa Mutia sudah kembali ke rumah orang tuanya dan sudah diizinkan keluar dari rumah sakit. Satu hal yang mengganggunya adalah sikap sang mama yang masih saja memusuhi Mutia.
"Mama."
"Ada apa?"
"Apakah Mama membuat onar lagi?"
"Maksud kamu membuat onar lagi itu apa?"
"Apakah Mama menemui Mutia dan kembali melontarkan kalimat gak pantas padanya?"
"Oh, jadi rupanya dia mengadu sama kamu."
"Dia sama sekali nggak mengadu sama aku, aku tahu dari sumber yang lain."
"Sudahlah Dito, kamu nggak perlu mengelak dari Mama. Asal kamu tahu saja, sampai kapan pun Mama gak akan sudi membiarkan kamu menikah sama janda itu!" teriak Luluk.
Dito berusaha membicarakan masalah ini dengan sang mama namun Luluk sudah tak mau mendengar apa pun yang Dito katakan, keputusannya jelas sudah final dan ia tak mau diganggu gugat keputusannya oleh Dito.
"Keputusan Mama adalah keputusan final maka jangan pernah kamu coba untuk mengubahnya karena semua itu hanya akan percuma saja!" bentak Luluk pada sang anak sebelum wanita itu gegas masuk ke dalam kamarnya dan menenangkan diri.
****
Secara tak sengaja Zulfikar mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh Lestari dan seseorang lewat telepon namun dari percakapan itu, Zulfikar bisa dapat menyimpulkan bahwa Lestari merencanakan hal jahat pada mantan istrinya. Zulfikar tak habis pikir dengan Lestari yang masih saja dendam pada Mutia padahal ia dan Mutia sudah resmi bercerai. Tapi bukan itu saja yang membuat Zulfikar terkejut namun adalah fakta bahwa Lestari memang sudah melakukan banyak hal jahat bahkan sebelum ini termasuk mencelakai Mutia sampai berujung masuk rumah sakit. Mendengar semua yang dibicarakan oleh Lestari barusan membuatnya tak dapat lagi untuk menahan diri.
"Lestari!"
Lestari terkejut buka main saat suara sang suami memanggilnya dengan nada marah, ia berusaha tenang dan memasang wajah datar.
"Kenapa kamu memanggilku?"
"Katakan, apa saja yang sudah kamu lakukan selama ini pada Mutia!"
"Apa yang sudah aku lakukan selama ini pada Mutia sama sekali nggak ada hubungannya sama kamu, Mas. Jadi jangan pernah ikut campur sama masalahku."
"Mustahil kalau aku diminta untuk nggak ikut campur dalam masalah ini! Kamu sekarang istriku dan pasti ini akan melibatkan aku juga!"
Lestari nampak tertawa sinis mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya ini, ia sama sekali tidak memercayai apa yang dikatakan oleh sang suami.
"Apa yang lucu? Aku mengatakan hal yang serius dan kamu sepertinya menganggap bahwa semuan ini hanya sebuah lelucon?!"
"Aku tertawa karena kamu! Aku tahu kamu pasti masih cinta sama wanita itu!"
****
Zulfikar tak habis pikir lagi dengan Lestari yang masih saja menuduhnya yang bukan-bukan. Sudah berulang kali Zulfikar menjelaskan pada wanita ini bahwa ia dan Mutia sudah bercerai dan di antara mereka berdua sudah tidak ada hubungan apa pun kecuali masalah anak-anak. Tapi sayangnya apa yang dikatakan oleh Zulfikar itu seolah dibantah dengan semua asumsi liar yang ada di dalam kepala Lestari.
"Kamu pikir aku ini bodoh?! Aku tahu kalau kamu masih mencintai Mutia! Kamu tega! Kamu tahu kalau saat ini aku sedang hamil anak kamu tapi kamu malah seperti nggak senang dengan kehamilan aku ini!"
"Lestari, siapa yang bilang kalau aku nggak senang dengan kehamilan kamu?! Aku senang kok kalau kamu hamil."
"Tapi sikap acuh kamu membuat aku yakin bahwa sebenarnya kamu nggak menginginkan anak ini!" seru Lestari.
Lagi dan lagi Zulfikar harus menarik napas dalam-dalam untuk menghadapi tingkah Lestari yang mana semakin diluar kendalinya. Zulfikar kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan Lestari sendiri, bukan karena ia marah atau benci namun ia memilih pergi karena ingin memberikan waktu pada Lestari mengeluarkan semua emosinya dan ia tak mau menjadi sasaran emosi yang meledak itu.
****
Dito dengan langkah tegap berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah keluarga Mutia, di sana ia tentu saja tidak datang dengan tangan kosong melainkan ia membawakan bebebrapa buah tangan untuk keluarga ini. Ia mengetuk pintu rumah dan mengucapkan salam sampai akhirnya pintu terbuka dan menampakan sosok Ahmad di sana. Dito tersenyum dan memperkenalkan diri pada Ahmad sementara Ahmad balas tersenyum kemudian meminta Dito duduk di kursi teras.
"Jadi ada apa kamu datang ke sini?"
"Saya ke sini untuk menemui Mutia, saya dengar dia sudah pulang dari rumah sakit dan oleh sebab itu maka saya ingin memastikan bagaimana kondisinya saat ini."
"Jujur saja Nak Dito, saya sangat bersyukur bahwa anak saya punya teman yang baik seperti anda. Anak saya memang sudah diizinkan pulang oleh dokter tapi tentu masih harus kontrol dan juga minum obat."
"Syukurlah, saya senang mendengarnya. Apakah saya boleh bertemu dengannya secara langsung?"
"Nak Dito, saya mau bertanya sama kamu."
"Apakah kamu serius mau melamar anak saya?"
"Tentu saja Pak, saya serius dengan apa yang saya katakan."
"Tapi bukankah mama kamu nggak setuju dengan pilihan kamu ini?"
"Saya tahu kalau mama saya masih belum setuju tapi saya akan berusaha untuk dapat meyakinkan beliau."